Kisah hidup Amaya Mentari yang mencari kebahagian sejati nya di tengah perselingkuhan suaminya.
Dimana delapan tahun pernikahan tidak ada artinya di mata suaminya.
Pengorbanan Mentari tak di hargai selama ini. Kesetiaan nya di balas air mata. Dan yang paling mengenjutkan ternyata selama ini suaminya telah menikah lagi dan memiliki anak dari wanita lain. Dan paling sial nya, keluarga suaminya mendukung itu semua.
Mentari" jika kesetianku di balas penghianatan, jika pernikahan ku tak berarti di mata nya, buat aku pertahankan!"
"Bandingkan aku dengan wanita lain nya mas. Apa ada yang bisa menerima mu dengan kemiskinan mu?"
"Apa ada yang melayani mu sebaik aku saat kamu lumpuh mas?"
"Bahkan mantan si4lan mu meninggalkan mu di hari pernikahan mu mas?"
Dan sekarang, kamu malah menikahinya dan memiliki anak dengan nya, di saat sembuh? Terlalu kamu mas?"
"Apa guna nya hadir ku selama ini di hidup mu mas? "
Yuk ikuti Kisah hidup Amaya Mentari di tenggah badai rumah tangga nya. Mentari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIDAK ADANYA KEADILAN
Kamar berhasil Haikal dobrak bersama asisten nya Doni. Sudah setengah jam lama nya dia menunggu di depan kamar pintu tak juga di buka.
Mana dari luar dia sama sekali tak mendenggar ada suara orang di dalam kamar nya.
Kata asisten nya mungkin istri tuan nya ini tak ada di
rumah. Sebab dari semalam dia disini, tak ada tanda kehidupan sama sekali.
Tapi setahu Haikal, istrinya ini memang mengadu semua habis di rumah nya jadi ya begini keadaan nya.
Daripada bertanya tak jelas. Mereka memutuskan mendobrak saja. Haikal yakin kalau istrinya tak berbohong.
Apalagi saat ini Haikal sangat memerlukan berkas itu buat meeting pagi ini, dengan klien penting nya.
Brakk,,, Brakkk,,, brakkkk suara nya sangat keras dan
pintu berhasil di dobrak.
" Mas,,," panggil Mentari di lemah. Dia tergeletak di
lantai dengan air menggenang di sekitarnya.
"Mas,, tolong aku mas, sakit" lemah nya.
Haikal malah bengong, bukan nya segera menolong.
"Tuan nyonya seperti nya tak sehat. Saya bantu angkat ya?" Ijin Doni.
"Tak usah biar aku saja," tolak Haikal. Baru juga mau
Mendekat. Mentari nampak seperti ingin muntah.
Uwek,,, uweek,,, suara nya keras.
Haikal mundur, masalah nya kan dia mau ada pertemuan penting. Kalau bau kan malu. Masa pengusaha sukses mau manula.
Mentari memang melengkapi acting nya dengan bau balsem. Biar makin menjiwai.
"Doni angkat istriku bawa ke ranjang," titah nya.
"Baik tuan," jawab Doni.
"Maaf nyonya,,," sopan Doni.
Mentari memang tak muntah lagi. Tapi dia mendelik kesal melihat ini asisten. Tapi lebih baik di angkat si kacung daripada suami satu untuk semua nya.
"Sakit," r!ntih Mentari lagi, soal nya suami nya nampak tak perduli padanya. Dia seperti memindai isi kamar nya. Mungkin masih ingin mencari berkas nya yang tertinggal kemarin.
"Aku mau m4ti rasa nya mas," suara Mentari terbata dengan muka di buat sesakit mungkin.
"Nyonya,,, anda sakit apa? Biar saya carikan obat?" tawar Doni.
Mentari menggeleng.
"Sakit semua," paling jelas dia menunjuk hatinya.
"Gawat tuan,,, nyonya menunjuk jantung nya. Apa mungkin nyonya sakit jantung," ucap Doni.
Mentari melotot di kataiin sakit jantung. Kan dia
emang sakit hati karena penghianatan suaminya. Bukan sakit jantung beneran.
"Ais si kacung mulut nya asal nyablak," kesal Mentari dalam hati.
Haikal langsung mendekat. Dia menatap aneh pada istrinya.
" Sejak kapan kamu punya penyakit seperti itu?" tanya Haikal.
Mentari cuma menggeleng.
"Kamu bercanda kan?"
"Nggak tahu,,, yang jelas dad4 ku sakit," r!ntih nya lagi.
"Ayolah Mentari serius! Aku tak punya waktu menggurus penyakit mu. Aku ada meeting bentar lagi mana berkas penting ku hilang," omel haikal.
Mentari menunduk. Tanggis nya mulai terdenggar.
Ini bukan acting ya...? Sakit hatinya terlampau sakit. Itulah yang Mentari rasakan saat ini.
Dia di maki hanya karena sakit. Suaminya bener sama sekali tak perduli pada nya. Untung selama ini dia jarang sakit hingga tak pernah merepotkan.
Gimana dengan dirinya saat suaminya lumpuh. Dua tahun dia yang merawat nya. Bahkan untuk ke kamar mandi saja Mentari yang membantu Haikal. Mana ada keluarga nya disana.
Kan bangs4t.
"Doni coba cari berkas nya di seputaran ruang tengah," titah Haikal. Si pria tak ingin ada yang tahu gimana
perlakuan nya pada istri tua nya.
Doni sempat ragu pergi. Sebab dia tak tega melihat sang nyonya yang kesakitan.
Bukan nya ke dokter di bawa malah di marahi, itulah yang ada di kepala sang asisten. Mana nyonya nya satu ini hidup kekurangan. Listrik pun padam karena kehabisan token listrik nya. Sedangkan suami nya yang bos besar tak berniat mengisikan token.
"Maaf," ucap Haikal sepeninggal Doni.
"Aku ada klien penting, dan itu nilai nya milyaran.
Tak mungkin aku tak ikut. Bayangkan berapa keuntungan yang kita dapatkan.
Itu baik untuk perusahaan ku kedepan nya," ucap Haikal lembut. Dia membelai surai lembut Mentari.
Mentari masih sesegukan, dia tak perduli dengan ucapan suaminya. Apapun yang di katakan suami nya saat ini adalah palsu belaka.
Ponsel Haikal bedering, tepat nya di dalam tas. Mata Mentari menyipit, rupanya sang rubah memiliki dua ponsel, dan salah satunya di simpan di tas kerja nya.
Berpura tak melihat, Mentari masih sibuk dengan tanggis nya.
Haikal segera membuka tas nya, di liat siapa yang menghubunggi. Dengan cepat dia mengangkat ponsel tersebut meninggalkan tas nya di dalam sana.
Iya sayang,,, jelas terdengar oleh Mentari ucapan manis suaminya. Dan dia yakin itu pasti pelakor berkedok istri.
'Ha,,ha,,ha,,,"Mentari tertawa sumbang saat suami nya menjauh.
"Apa yang kamu harapkan Mentari, liatlah. Kamu yang sakit mengaku hamp!r tinggal nama saja, dia tinggalkan. Lebih penting telpon dari madumu."
"Bahkan kamunya pun tak di tanya apa yang sakit, atau sekedar di tawari obat atau pergi berobat. Tak ada sama sekali kecemasan di wajah suami mu itu."
" Yang begini masih di pertahankan?"
Di tengah marah nya, Mentari tak sengaja melihat tas kerja suami nya yang terbuka. Niat nya ingin membakar kembali berkas suami nya yang lain, saking panas nya hati nya kali ini.
Mata Mentari mengerjab lucu melihat apa yang di temukan di dalam tas suaminya. Satu gepok besar uang merah. Dia hitung ada sepuluh gepok.
Tanpa pikir panjang setengah dari uang itu Mentari ungsikan. Dia simpan di bawah ranj4ng, kemudian dia berpura tidur kembali setelah tas suaminya dia tutup kembali. Tas dengan kode rahasia itu tak mungkin bisa di buka kalau bukan pemilik aslinya.
Mentari tak takut mencuri sebab uang suami adalah uang istri juga kan. Apalagi hutang suaminya banyak di orang tua nya.
Dia juga tak takut ketahuan, sebab di rumah nya mana ada cctv. Suaminya tak sebaik itu. Lagian rumah tak punya harta seperti ini, buat apa cctv.
" Mentari mas harus pergi. Kamu bisa kan berobat sendiri, nanti Doni yang akan mengantar setelah
mengantar mas ke tempat meeting." Ijin pak suami.
"Nggak usah mas, aku nggak mau menyusahkan.
Tolong isikan aku pulsa dan token listrik aja. Nanti biar tante sebelah aku suru mengantar ke rumah sakit depan sana."
" Maksud nya?"
"Mas d4da ku sakit, aku takut ini luka. Aku rasanya sulit napas," saking sakit nya tunjuk Mentari ke arah jantung nya.
" Maaf ya mas nggak bisa nganter, ada apapun kabari aja mas."
"Iya,,, tinggalin uang mas buat berobat kesana. Uang kemarin takut nya nggak cukup."
"Aku nggak sanggup kalau harus berobat ke puskesmas," ujar Mentari lagi.
Haikal mengeluarkan dompet nya. Sepuluh lembar uang merah di letakan di meja.
"Kamu sebelum berobat tanya dulu biaya nya. Info mas! Kalau mahal nggak usah kesana? Nanti aku suru Doni yang antar."
"Dokter umum lebih murah."
"Iya," angguk Mentari pelan.
Haikal keluar dari kamar Mentari. Doni sudah menyambut nya.
"Bos bentar lagi jam delapan, kita bisa telat kalau tidak segera berangkat."
" Sial umpat Haikal. Bagaimana bisa itu hilang, mana
nggak ada salinan nya lagi," geram Haikal.
" Ya udah ayo berangkat. Moga aja tuan Leon tidak marah dan memberikan kesempatan pada kita membuat ulang proposal nya."
"Iya," jawab Doni pelan.
"Tuan, apa nggak sebaiknya nyonya Mentari di bawa dulu ke rumah sakit. Takut nya dia sakit parah."
" Udah lah,,, nggak usah kuatirkan dia. Orang kampung sepertinya mana mungkin punya penyakit aneh kayak gitu?"
"Lagian buat apa kerumah sakit, obat warung aja cukup," ucap Haikal.
"Oya Doni isikan nomor Mentari pulsa nanti, sekalian token rumah ku. Minta padanya nomor nya."
"Baik tuan," jawab Doni. Haikal menyerahkan satu lembar uang ratusan pada sang asisten.
"Apa ini tuan?"
"Uang buat isi pulsa sama token listriknya."
Doni melotot dengan jawaban sang atasan.
" Ini tuan?"
" Ya,,, masing lima puluh ribu, pas kan? "
"Trus sarapan nonya Mentari gimana?"
"Sarapan?" ulang Haikal.
" Bukan nya tadi tuan menyuruh saya mencarikan sarapan buat nyonya Mentari ya?"
"Bodoh," umpat Haikal.
" Itu buat Lisa? Mana mungkin Mentari makan makanan mahal begitu? Yang ada perut nya sakit," amuk Haikal.
" Buruan batalkan, aku nggak mau sampai makanan itu sampai ke tangan Mentari," marah Haikal.
"Astaga tuan,,, untuk token listrik istri tua nya satu bulan lima puluh ribu. Tapi sarapan istri muda nya sekali makan lima ratus ribu dia tak keberatan."
Dari semalam, entah kenapa Doni selalu bertentangan dengan bos nya ini, yang di anggap sudah keterlaluan dengan Mentari.
Timbul rasa kasihan di hati sang asisten ini.
tetapi blm bucin
yg bucin duluan Gina
mentari hamil
yg ngidam Yg bikin mentari hamil...
lanjut Thor ceritanya