Semua berawal dari rasa percayaku yang begitu besar terhadap temanku sendiri. Ia dengan teganya menjadikanku tumbal untuk naik jabatan, mendorongku keseorang pria yang merupakan bosnya. Yang jelas, saat bertemu pria itu, hidupku berubah drastis. Dia mengklaim diriku, hanya miliknya seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusi Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Aku sudah kembali ke mansion, makan siang lalu istirahat. Sepanjang perjalanan pulang tadi, aku dan Elbarra tidak henti-hentinya berdebat membahas undangan yang diberikan oleh Addie. Aku ingin datang, tapi dia tidak mengizinkan.
Penolakan dari Elbarra membuatku kesal, hingga aku tidak ingin bicara dengannya. Walaupun ia sudah berusaha membujukku, aku masih enggan mengeluarkan suara. Alasannya karena disana banyak pria, bukankah dia bisa ikut denganku?
"Sampai kapan kau akan memilih untuk diam, hmm?"
Aku bergerak memunggunginya, saat ini aku sedang rebahan sambil bermain ponsel. Kurasakan elusan lembut di rambutku, bahkan aku juga merasakan bahwa Elbarra mencium kepalaku.
"Disana pasti banyak pria, Sayang. Oleh sebab itu, aku tidak mengizinkanmu!"
Nah kan, dia membahasnya lagi.
"Kita jalan-jalan saja, oke?" tawarnya, aku menggeleng.
Elbarra terdengar menghembuskan nafasnya kasar. Dia pikir aku akan menyerah, tentu saja tidak.
"Baiklah, ayo kita pergi bersama."
Spontan, aku menoleh menatapnya, "Benarkah?"
Ia mengangguk seraya tersenyum, refleks aku memeluk lehernya antusias. "Terima kasih..."
"Sama-sama, Sweety."
Aku yang menyadari akan kelakuanku, segera melepaskan diri. Namun sebelum itu terjadi, Elbarra lebih dulu menahan punggungku.
"Sebentar lagi, Sayang.." Tangannya mengelus-elus punggungku, ada sesuatu yang hangat terasa menjalar ditubuhku. Aku merasa nyaman dan.. aman.
Secepat inikah aku menyukainya? Saat bersamanya, aku tidak lagi merasa sendiri dan kesepian. Namun saat berjauhan dengannya, aku selalu ingin cepat-cepat bertemu.
Apa benar yang dikatakan pepatah, bahwa cinta akan datang seiring berjalannya waktu? Ah, entahlah. Memikirkannya membuatku pusing. Yang jelas, aku membutuhkannya mulai saat ini.
...****************...
Waktu yang kunantikan akhirnya tiba. Aku bersemangat dan antusias sekali, tak berhenti aku memuji gaunku yang sangat cantik dan mewah. Elbarra yang memilihnya, agak sedikit tertutup memang.
Pria itu benar-benar memperhatikanku dari ujung kepala hingga kaki. Mulai dari memilih gaun, hingga menyewa penata rias dan penata rambut agar aku terlihat cantik katanya. Untung saja selera Elbarra aku suka.
Rambut yang disanggul, gaun panjang berwarna hitam membuatku terlihat sempurna.
"Sudah?" Elbarra muncul dari balik pintu kamar. Ia mengenakan tuxedo berwarna hitam, sangat serasi dengan gaunku.
Aku mengangguk seraya tersenyum. Ia menghampiriku lalu menelisik penampilanku dari ujung rambut hingga kaki, kemudian mengangguk singkat
"Berangkat sekarang?" Lagi, aku mengangguk setuju.
Tangannya yang besar itu menggenggam tanganku yang mungil. Biasanya aku tidak perduli saat ia menggenggam tanganku, tapi sekarang entah kenapa terasa berbeda.
Kami masuk ke kursi penumpang dan membiarkan Lucas yang mengemudi. Perjalanan kami cukup jauh, karena hotel yang dijadikan tempat pesta berada di San Francisco. Aku berulang kali bersandar padanya saat merasakan bosan.
Hingga tibalah kami di lokasi, sebelum masuk Elbarra menggenggam tanganku erat seraya menatap tajam.
"Ingat. Jangan jauh-jauh dariku!"
"Baik, Boss." Aku memperagakan gaya hormat padanya, yang membuatnya langsung menampilkan senyum simpul.
"Ayo masuk!!" ucapku sambil menarik tangannya.
Aku berdecak kagum, untuk pertama kalinya aku datang ke sebuah pesta yang begitu megah dan mewah. Konsepnya berwarna cerah, hingga membuat mata terbuka lebar.
"Semua warna ini membuatku sakit kepala."
"Ishhh," Aku melirik sinis kearah Elbarra. Tidak tahukah dia bahwa semua wanita menginginkan pesta seperti ini?
"Sisiii!!" Addie mendekatiku sembari tersenyum lebar. Aku membalas senyumannya itu, tak lupa memeluknya sebentar.
"Woww, aku rasa kau paling bersinar disini. Clarissa sepertinya kalah darimu," kekeh Addie, aku jadi tersipu malu dibuat.
Kuperhatikan penampilan Addie, cukup terbuka. Gaun berwarna silver yang ketat, menampilkan paha dan dada putihnya. Jika aku yang memakai gaun itu, jangan harap Elbarra membiarkanku keluar dari kamar.
"Ayo kesana!" Addie menarik lenganku begitu saja, hingga genggaman tanganku dan Elbarra terlepas. Tapi meskipun begitu, Elbarra selalu mengikuti kemanapun aku pergi.
Addie membawaku ke sebuah meja, yang dimana terdapat beberapa pasangan disana. Kami berkenalan, namun saat tanganku akan bersalaman dengan seorang pria, buru-buru Elbarra menepisnya.
Melihat kecemburuan Elbarra, mereka malah menertawakan dan mengejeknya. Kupandang pria itu yang memasang wajah dingin, semoga dia tidak terlalu memasukkan ucapan para pria tersebut kedalam hatinya.
"Kita pindah meja saja yaa.." Tanpa menunggu persetujuannya, aku membawa Elbarra menuju kursi sofa panjang. Kami duduk disana dan Addie mengikuti.
"Maaf, Si. Aku tidak bermaksud membuatmu merasa tidak nyaman."
"Its okey, Ad. Lupakan saja." Aku tidak terlalu mempermasalahkannya, lagipula bukan salah Addie tapi para pria itu.
Acara begitu meriah, Clarissa muncul dan membawakan sebuah sambutan hangat untuk kami. Pesta pun dimulai, lagu yang begitu kencang menyala dan banyak orang yang menuju lantai dansa untuk menari.
Rasanya seperti di dalam Club. Aku berkata seperti itu bukan karena pernah masuk Club, tapi orang-orang yang memberitahuku.
Dentuman musik dan lampu disko membuat kepalaku berdenyut nyeri. Elbarra yang sadar segera menarik tubuhku agar bersandar di dadanya.
"Masih ingin datang lagi ke pesta seperti ini?" tanyanya, sontak aku menggeleng.
"Aku rasa, ini terakhir kalinya aku datang ke pesta." Aku benar-benar kapok dibuatnya.
"Sisi, kau ingin minum?" Addie menawarkan sebuah minuman kepadaku, baru saja hendak kugapai, Elbarra merebutnya.
"Jangan memberinya alkohol!" pungkas pria itu tajam.
Raut muka Addie langsung berubah tidak enak, "Ah, maaf. Aku tidak tahu."
"Kau berteman dengannya sudah cukup lama, tapi masih tidak tahu apa yang baik dan buruk untuknya."
Kata-kata Elbarra begitu tajam, Addie terlihat memasang wajah bersalah.
"El, jangan terlalu kasar kepadanya!" Aku memperingati. Elbarra tidak membalas, ia nampak menghela nafas panjang. Sepertinya itu sudah menjadi kebiasaannya.
"Tidak apa-apa, Ad. Jangan terlalu dipikirkan yaa perkataan Elbarra tadi."
"Tapi ucapannya tidak sepenuhnya salah, Si. Memang aku yang kurang paham tentangmu." Addie tersenyum sedih.
"Sebagai gantinya, aku ambilkan jus untukmu yaa.." Belum sempat aku menjawab, Addie sudah lebih dulu pergi.
Sepeninggal Addie, Elbarra tak henti-hentinya memandangi punggung wanita itu dari kejauhan. "Kau yakin dia sahabatmu?"
Aku menatapnya heran, "Kenapa kau bicara seperti itu?"
"Tidak ada. Hanya memastikan."
Dasar tidak jelas!
Addie kembali sambil membawa segelas jus, kemudian memberikannya kepadaku. Entah mungkin karena tanganku yang licin sehingga gelas itu terjatuh dan jusnya tumpah mengenai gaunku.
"Sisii!!" Elbarra refleks berdiri, ia mengambil tisue sebanyak-banyaknya untuk mengelap gaunku.
"A-aku minta maaf, Si. Aku tidak sengaja."
"Tidak apa-apa, Ad." Aku menjawab seraya tersenyum menenangkan.
Kulirik Elbarra yang memandangnya tajam, buru-buru aku menyentuh wajahnya lalu menggeleng pelan. Ini bukan salah Addie, melainkan karena kecerobohanku sendiri.
"Ayo kita ke kamar mandi saja. Aku akan membantumu membersihkan gaunmu," ujar Addie yang terlihat panik.
Aku mengangguk setuju. Aku berdiri yang diikuti oleh Elbarra.
"Aku akan menemanimu!" Mataku langsung melototinya.
"Ini kamar mandi wanita, El. Lagipula ada Addie yang menemaniku. Kau tunggu disini saja, oke!"
Perlahan, genggaman tangan kami terlepas. Dengan dibantu Addie, aku masuk kedalam kamar mandi lalu membersihkan gaunku dengan air. Aku tahu bahwa gaunku akan basah, tapi setidaknya aroma jusnya menghilang.
Ditengah kesibukan kami, ponsel Addie tiba-tiba berdering.
"Hm, Si. Aku keluar sebentar yaa.."
Sekarang aku sendirian di kamar mandi. Tak ada satupun orang disana, bahkan di bilik-bilik sekalipun. Disaat aku masih coba membersihkan gaun, seseorang mendadak masuk ke kamar mandi.
Brakk!!