NovelToon NovelToon
Jejak Dosa Di Ujung Restu

Jejak Dosa Di Ujung Restu

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua / Hamil di luar nikah / Dark Romance / Romansa
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Sylvia Rosyta

Bagi Aditya, Reina bukan sekadar kekasihnya tapi ia adalah rumahnya.
Namun dunia tak mengizinkan mereka bersama.
Tekanan keluarga, perjodohan yang sudah ditentukan, dan kehormatan keluarga besar membuat Aditya terjebak di antara tanggung jawab dan juga cinta.

Dalam keputusasaan, Aditya mengambil keputusan yang mengubah segalanya. Ia nekat menodai Reina berkali kali demi bisa membuatnya hamil serta mendapatkan restu dari orang tuanya.

Cinta yang seharusnya suci, kini ternodai oleh ketakutan dan ambisi. Mampukah Aditya dan Reina mengatasi masalah yang menghalang cinta mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Aditya menggeleng perlahan, darah di bibirnya terus menetes.

“Tidak, Ayah… Aku tidak akan pulang. Aku tidak akan kembali ke tempat yang tidak pernah memberiku kebahagiaan.”

Reina berlari mendekat, berlutut di samping Aditya yang kini berusaha bangkit kembali. Ia memegang pipi laki laki itu itu yang lebam dengan kedua tangannya yang gemetar.

“Tolong hentikan, Aditya. Aku mohon, kamu sudah terluka. Tolong jangan lanjutkan lagi.” Isak Reina dengan lirih Namun Aditya justru tersenyum samar, meski napasnya tersengal-sengal.

“Tidak akan terjadi apa-apa padaku selama kamu di sini bersamaku, sayang. Aku baik-baik saja, dan aku bersyukur kau masih peduli padaku.”

Air mata Reina jatuh membasahi tangannya sendiri. Ia menatap lelaki itu dengan pandangan penuh cinta, dan di matanya ada kepasrahan yang begitu dalam. Surya yang melihat semua itu akhirnya menundukkan kepala.

“Pak, saya mohon jangan dilanjutkan lagi. Ini sudah keterlaluan.”

Namun sebelum Pak Arman sempat menjawab, suara deru mobil terdengar dari arah jalan utama. Sebuah mobil berwarna putih berhenti mendadak tak jauh dari tempat mereka berdiri. Pintu mobil terbuka dengan cepat, dan dari sana keluar seorang wanita dengan wajah pucat dan langkah tergesa-gesa.

“Aditya!!” teriaknya panik.

Semua orang menoleh. Itu Ibu Ratna, istri dari Pak Arman sekaligus ibu dari Aditya.

Ia berlari menuju anaknya yang terjatuh di tanah, lalu langsung berlutut, memeluk tubuh Aditya yang kini penuh luka dan darah.

“Ya Tuhan… Aditya… anakku…” suaranya bergetar hebat, matanya memerah menahan tangis. Ia menatap ke arah suaminya dengan pandangan yang penuh kemarahan dan kekecewaan.

“Arman!” seru Bu Ratna dengan suara keras yang membuat semua orang terdiam. “Apa yang sudah kau lakukan ini?! Kau menyuruh orang-orang mu menghajar anakmu sendiri?!”

Pak Arman terdiam. Ia tidak bisa membalas. Tatapan mata istrinya menembus segala tameng egonya yang selama ini ia pasang.

“Aku… hanya ingin membuat dia pulang, Ratna,” ucapnya pelan namun masih dengan nada kaku. “Aku tidak bermaksud—”

“Tidak bermaksud?” potong Bu Ratna dengan suara gemetar, air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. “Kau menyuruh pengawalmu memukul darah dagingmu sendiri, dan kau bilang kau tidak bermaksud?! Apa hatimu sudah sedingin itu sekarang, Arman?!”

Pak Arman menunduk sejenak, lalu menarik napas panjang.

“Aku melakukan ini karena aku tidak punya pilihan lain, Ratna. Aku hanya ingin menyelamatkannya dari jalan yang salah. Gadis itu—”

“Cukup, Arman!” bentak Bu Ratna dengan air mata yang mengalir deras. “Jangan pernah salahkan gadis itu! Kalau ada yang harus disalahkan, itu adalah keras kepalamu sendiri! Kau selalu memaksakan kehendak mu, bahkan kepada anakmu sendiri!”

Suara tangisan Reina terdengar lirih di samping mereka. Ia menunduk dalam-dalam, dan tak berani menatap siapa pun. Di sisi lain, Aditya yang masih dalam pelukan ibunya mencoba membuka matanya perlahan.

“Ibu… aku… aku tidak apa-apa…”

Bu Ratna menggeleng, menatap wajah putranya yang penuh luka.

“Tidak, Nak. Kau tidak baik-baik saja. Dan ibu tidak akan membiarkan siapapun, bahkan ayahmu sendiri, menyakitimu lagi.”

Pak Arman menatap pemandangan itu dengan tatapan kosong. Dunia di sekelilingnya seperti membisu, hanya menyisakan suara isak tangis dan suara angin yang melewati dedaunan.

Reina menatap Aditya dengan air mata yang terus mengalir. Ia menggenggam tangan laki-laki itu dengan erat, berusaha menyalurkan kehangatan di tengah dinginnya udara pagi dan kekacauan yang menyesakkan.

Aditya menatapnya dengan mata sayu, tapi di sana ada seberkas ketenangan. Meski tubuhnya lemah, hatinya terasa hangat karena di sampingnya, ada cinta yang tidak bisa dipatahkan oleh siapa pun, bahkan oleh ayahnya sendiri.

Suasana di pinggir jalan itu masih mencekam. Angin sore yang semula terasa sejuk kini terasa dingin dan berat. Di tengah suasana yang kaku itu, Bu Ratna perlahan memapah tubuh Aditya yang masih limbung dan berlumur luka. Wajahnya pucat, napasnya berat, namun matanya tetap terbuka, menatap lurus ke depan dengan sisa tenaga yang ia miliki.

“Pelan-pelan, Nak… pelan-pelan,” ucap Bu Ratna dengan lembut yang suaranya bergetar karena khawatir. Ia menyampirkan lengan Aditya di pundaknya dan menopang beban tubuh anaknya dengan sekuat tenaga.

Reina berjalan di belakang mereka, menunduk dengan langkah gemetar. Air matanya masih belum berhenti menetes sejak tadi. Setiap langkah Aditya meninggalkan jejak darah kecil di tanah berdebu, dan itu membuat dada Reina terasa sesak, seperti ada yang mencengkeram kuat dari dalam.

Ketika mereka sudah hampir tiba di dekat mobil putih yang masih terparkir di pinggir jalan, Aditya tiba-tiba berhenti melangkah. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menatap ke arah ibunya.

“Bu… Reina…”

Bu Ratna menatap anaknya, lalu mengalihkan pandangannya pada gadis berpakaian sederhana di belakang mereka yang berdiri terpaku dengan wajah penuh air mata. Ia bisa merasakan kegelisahan yang begitu dalam dari mata anaknya, seolah Aditya takut meninggalkan Reina di tempat itu.

Dengan senyum lembut yang dipaksakan, Bu Ratna memegang bahu Aditya.

“Tenanglah, Nak,” ucapnya pelan, “Reina akan ikut bersama kita.”

Mata Aditya membulat pelan, seakan tak percaya pada kalimat itu.

“Bu… maksud Ibu…?”

“Iya, Dia akan ikut bersama kita ke rumah. Ibu tidak akan membiarkan gadis yang kau perjuangkan ini sendirian di tempat seperti ini.” jawab Bu Ratna mantap.

Reina menatap Bu Ratna dengan mata terbelalak. Ia sempat ingin menolak, tapi lidahnya kelu, dan hanya air mata yang terus mengalir. Ia tak tahu harus berkata apa, antara syukur dan gentar yang bercampur jadi satu.

Aditya akhirnya menunduk, dan untuk pertama kalinya sejak pagi itu, ia tersenyum dengan tulus, meski lemah.

“Terima kasih, Ibu.”

“Sekarang masuklah ke dalam mobil,” ujar Bu Ratna lembut. “Kita pulang.”

Tanpa berkata lagi, Aditya akhirnya mengikuti ibunya masuk ke dalam mobil. Reina pun menyusul setelah disuruh masuk oleh Bu Ratna. Ia duduk di kursi belakang, tepat di sisi Aditya, yang kini bersandar lemah di kursinya dengan mata setengah terpejam.

Beberapa saat kemudian, mobil putih itu melaju perlahan meninggalkan tempat itu, meninggalkan Pak Arman, Surya, dan Dika yang masih berdiri mematung di tempat. Surya menundukkan kepalanya dalam dalam, sementara Dika hanya bisa memandang kepergian majikannya itu dengan pandangan campur aduk antara lega dan cemas.

Namun berbeda dengan mereka, Pak Arman berdiri tegap, rahangnya mengeras, dan tatapannya dingin. Di wajahnya tampak jelas amarah yang terpendam.

Dadanya naik turun pelan, tangan kanannya terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Ia menatap mobil yang kian menjauh, membawa serta istrinya, anaknya, dan gadis yang paling tidak ia sukai di dunia ini.

“Ratna…” gumamnya pelan, nada suaranya serak menahan emosi. “Kau berani membawanya ke rumah padahal kau tahu, aku tidak akan pernah menerima gadis itu.”

Namun tak ada yang menjawab. Hanya suara angin yang membawa pergi amarahnya yang menggantung di udara.

1
Putri_a_s
Aditya udah tahu sifat ayahnya seperti apa, makanya dia ambil keputusan ini.
Putri_a_s
ini baru keputusan yang tepat, kl gak gini nanti ditipu lagi sama pak Arman.
Putri_a_s
serius ini, gak ada rasa bersalahnya nih pak Arman sama anak sendiri?
/Speechless//Speechless//Speechless//Speechless/
Putri_a_s
dicintai secara ugal-ugalan sama Aditya, Reina ini.
Putri_a_s
/Brokenheart//Brokenheart//Brokenheart//Brokenheart/
Putri_a_s
sedihnya /Sob/
Putri_a_s
gini amat ya cobaannya, kamu harus bijak Reina. Aditya juga dalam posisi yang sulit demi bisa bersama kamu.
Putri_a_s
kasihan Aditya, dia pasti bingung banget
Putri_a_s
iya Aditya, menikah dengan dua orang sekaligus itu harus adil. dan kamu tidak bisa menikah dengan Alisha karena hati kamu cuma buat Reina
Putri_a_s
Aditya berada dalam dua jalan yang mengharuskannya memilih
Putri_a_s
dan apalah arti kata cinta jika kalian berdua tidak bisa bersama /Frown/
Putri_a_s
aish, kok ada seorang ayah yang tega menyuruh anaknya poligami?!
Putri_a_s
maksudnya nikah sama dua perempuan sekaligus gitu?!
Putri_a_s
dulu lihat apa sih buk? kok bisa menikah sama laki laki egois kayak pak Arman?!
Suhadi Mulyo
bagus Aditya, lanjutkan keputusanmu💪
Suhadi Mulyo
bagus Aditya, lebih baik gitu daripada entar ditipu lagi sama ayahmu yang raja tega itu.
Suhadi Mulyo
nyeseknya sampai sini/Scowl//Sob/
Suhadi Mulyo
jadi Aditya pasti sakit, jadi Reina, lebih sakit lagi karena harus membagi Aditya dengan orang lain /Scowl/
Suhadi Mulyo
kasihan banget Aditya, dia nggak pernah bahagia
Suhadi Mulyo
setiap banget Aditya ini orangnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!