NovelToon NovelToon
Bukan Berondong Biasa

Bukan Berondong Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Identitas Tersembunyi / CEO / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Berondong
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Semua ini tentang Lucyana Putri Chandra yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucyana berani jatuh cinta lagi?
Kali ini pada seorang Sadewa Nugraha Abimanyu yang jauh lebih muda darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maunya apa?

Lucy membaca sambil berjalan, matanya fokus penuh pada layar. Sesampainya di kamar, ia menaruh ponsel di tangan kiri dan dengan otomatis membuka pintu kamar mandi.

Tanpa berpikir panjang, ia langsung melangkah masuk—

“AAAAAA!!!”

“AAAAAA!!!”

Dua teriakan nyaris bersamaan menggema di seluruh kamar.

Lucy menjatuhkan ponselnya, wajahnya memucat.

Dewa melangkah cepat dan membekap mulut Lucy.

“Sstt… jangan berisik!” bisiknya pelan namun tegas. Nafasnya masih terasa hangat di kulit Lucy.

“Nanti Mama Papa kira ap—"

Belum selesai Dewa dengan kalimatnya,

PLUK!

Handuk yang membalut pinggang Sadewa terlepas, memperlihatkan si 'Jon' yang masih fresh sehabis dimandikan terpampang jelas di hadapan Lucy. Matanya membelalak kaget

Refleks ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya namun jari-jari tangannya berjarak 🙄

Sementara Dewa buru-buru menutup si 'Jon' dengan kedua tangannya 'Aishh Sialan!'

BRAK!

Dewa kembali pintu kamar mandi dengan keras. Punggungnya menempel pada daun pintu. Napasnya masih tersengal, sementara wajahnya merah padam menahan malu.

“Aish… gila!” gerutunya pelan, memegangi kepala sendiri. “Muka gue mau ditaruh di mana ini…”

Ia mengusap wajah dengan kedua tangan, menunduk lesu. Bayangan tubuh Lucy yang tadi terkejut—dan tatapan matanya yang sempat turun sebelum membelalak—masih berputar di kepalanya.

Dewa memejamkan mata dalam-dalam, berusaha menghapus bayangan itu.

“Udah, gak apa-apa Dew. Aman aja, dia kan sekarang udah jadi istri lo..."gumamnya, "Tapi...arghhh!! Tetep aja malu siall!"

Di luar kamar mandi, Lucy berdiri mematung. Wajahnya merah merona sampai ke telinga, napasnya belum juga teratur.

Tangannya masih menempel di dada—antara menahan jantung yang berdebar atau menahan emosi yang bercampur aduk.

“Astaga… apa barusan yang gue liat?” bisiknya pada diri sendiri.

Pipinya makin panas. “Dewa... itu tadi...'little'nya?! Anjirrr, kenapa juga handuknya mesti lepas sih ah!”

Ia menepuk pipinya pelan, berusaha menetralkan pikirannya yang mulai melantur.

“Tenang Lucy, tenang... lo cuma gak sengaja, ya ga sengaja liat...okay.. fiuhh...” mencoba menstabilkan napasnya yang sedikit memburu.

Tapi begitu bayangan perut sixpack Dewa, belum 'little'nya yang menjulang kembali muncul di kepalanya, Lucy langsung memejamkan mata dan menjerit pelan.

“Aaaarghh! Tolong hapus memori itu dari otak gue!!” sambil menjatuhkan dirinya ke kasur menutup wajahnya menggunakan bantal.

Beberapa menit kemudian, suara pintu kamar mandi terbuka perlahan.

Asap tipis dari uap air keluar bersamaan dengan langkah Dewa yang kini sudah berpakaian santai—kaos putih dan celana training abu. Rambutnya masih basah, menetes sedikit ke leher.

Lucy langsung pura-pura fokus pada ponsel di tangannya, padahal layar ponselnya itu gelap dari tadi.

Dewa melirik sekilas, lalu tersenyum kecil melihat tingkah istrinya yang jelas-jelas gugup.

“Kak, lo masih kaget?” tanyanya ringan sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil.

Lucy melotot cepat. “Kaget apaan! Siapa juga yang kaget!”

Tapi nada suaranya justru naik setengah oktaf, dan itu malah bikin Dewa menahan tawa.

“Ya udah, kalau gak kaget. Tapi kenapa muka lo merah?” goda Dewa santai.

Lucy spontan menutup pipinya dengan bantal. “Jangan GR lo! gue cuma... cuma panas aja!”

Dewa terkekeh pelan, lalu berjalan ke arah ranjang dan duduk di tepiannya sambil merapikan bantal.

Lucy refleks menatapnya dengan waspada.

“Eh, eh—mau ngapain lo?”

Dewa menoleh santai. “Tidurlah. Apalagi?”

Lucy langsung bangkit separuh. “Gak ya! Lo tidur di sofa.”

“Apaan sih, ogah ah. Lo aja sana yang tidur di sofa!” balas Dewa cuek, sambil merebahkan diri di sisi kasur.

Lucy mendengus kesal, tapi akhirnya mengambil guling dan meletakkannya di tengah.

“Ini batasnya. Awas lo! Jangan sampai melewati garis ini.”

Dewa menatap guling itu lalu menatap Lucy, bibirnya terangkat sebelah.

“Cih... lagian kalo ngelewatin juga gue gak bakal dosa.”

Ia membalikkan badan, membelakangi Lucy. “Ini siapa sih yang bocah, sebenarnya.”

Lucy melotot sejenak, tapi akhirnya ikut merebah.

Keduanya berbaring saling membelakangi.

Sunyi mengisi kamar. Hanya terdengar suara AC dan napas mereka yang saling berjarak.

Lucy menatap punggung Dewa di sisi lain kasur, lalu berbisik pelan,

“Dew... lo udah tidur?”

“Hm,” jawab Dewa setengah malas, matanya belum terpejam sepenuhnya.,

Lucy menggigit bibir, ragu sejenak sebelum akhirnya bertanya,

“Kok lo bisa yakin sih buat nikah sama gue?”

Dewa terdiam. Ada jeda cukup lama. Dalam hati, ia ingin menjawab jujur — kalau sebenarnya, ia memang tertarik pada Lucy sejak awal. Tapi kalimat itu tertahan di tenggorokannya. Dewa tahu, Lucy masih belum punya perasaan yang sama.

Akhirnya, ia memilih berkelakar,

“Ya mau gimana lagi, orang disuruh sama Pak RT. Daripada gue viral.”

Lucy mendengus pelan. “Ish... emang susah ngomong serius sama bocil mah.”

Ia menarik selimutnya, mencoba memejamkan mata.

Dewa tersenyum samar dalam gelap, lalu berbalik menatap punggung Lucy.

“Jalani aja dulu... kita gak tahu ke depannya bakal kayak gimana..."

Lucy tak menjawab. Hanya suara napas lembutnya yang perlahan stabil, menandakan ia mulai tertidur.

Dewa menatapnya sebentar lagi, sebelum akhirnya ikut terlelap.

...****************...

Sementara itu, di sebuah kontrakan petak di pinggiran kota Bandung.

Andika duduk di lantai, punggungnya bersandar di dinding yang catnya mulai mengelupas. Napasnya memburu, tangan mengepal kuat-kuat hingga buku jarinya memutih.

“Ini semua gara-gara Lucyana!” geramnya sambil menendang botol kosong di dekat kaki.

“Gue jadi buronan kayak gini cuma karena dia!”

Ia merogoh saku jaketnya, mengeluarkan ponsel dengan kartu sekali pakai. Jarinya gemetar menekan nomor Lucy.

Namun yang terdengar hanya suara operator: “Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif…”

“Brengsek!” teriaknya.

Ponsel itu hampir saja dibanting, tapi ia urungkan — terlalu berharga untuk dibuang di saat genting seperti ini.

Andika mengusap wajahnya kasar, pikirannya berputar cepat.

“Gue harus buat dia cabut laporan itu… harus!”

Tanpa pikir panjang, ia mengenakan masker, jaket hitam, dan topi untuk menyamarkan diri. Langkahnya cepat, penuh amarah, menuju apartemen Lucy.

Begitu tiba di depan pintu unit, ia memasukkan pin dengan tangan gemetar.

Beep… Access Blocked.

Andika terpaku beberapa detik, kemudian menghantam pintu itu dengan kepalan tangannya.

“Shit! Dia udah ganti PIN-nya!”

Tatapan matanya gelap. Rahangnya mengeras.

Ia berbalik, melangkah pergi dengan langkah berat tapi penuh tekad.

Di bawah masker, bibirnya menyeringai dingin.

“Lucyana… lo pikir lo aman? Gue janji, ini belum selesai."

...****************...

Pagi itu, sinar matahari menyelinap masuk lewat celah tirai ruang makan. Aroma roti panggang dan kopi hitam menguar di udara, sementara Dewa duduk santai di meja, mengenakan kaus putih polos dan celana training abu-abu. Di hadapannya, piring sudah setengah kosong—sarapan sederhana yang ia buat sendiri.

Lucy keluar dari kamar dengan rambut sedikit berantakan, masih mengucek mata.

“Mamah sama papah kemana?” tanyanya sambil berjalan mendekat.

Dewa menoleh sebentar. “Tadi pamit duluan, katanya berangkat lebih pagi biar gak kejebak macet di Cibiru.”

Lucy mengangguk pelan, lalu duduk di seberang Dewa. Ia menatap meja sesaat, mengatur napas.

“Oke, gue mau ngomong serius sama lo sekarang.”

Dewa yang masih mengunyah roti dan memegang ponsel di tangan kanannya, melirik sekilas. “Mau ngomong apa?”

Tanpa banyak bicara, Lucy melepaskan cincin pernikahan dari jari manisnya. Suara logam kecil itu terdengar jelas saat menyentuh meja kayu.

Dewa berhenti mengunyah.

Lucy menatap cincin itu lama sebelum berbisik, “Gue belum siap buat pakai cincin ini..."

...----------------...

Andikaaa mau merencanakan apalagi ini astagaaa??!

Lucy! Istighfar neng ampun deh 🤦‍♀️

Jadi, gimana nih nasib pernikahan Lucy-Dewa? Baru juga Day One after married 💔

Pantengin terus yaa kelanjutan nyaa, see you! ✨💕

Jangan lupa sertakan vote like dan komentar nya yaa 😘💕

1
nuraeinieni
berarti tiap hari dong nih peneror ganti no;hanya ingin meneror dewa,habis di pake langsung di buang,jd nggak bisa di lacak siapa peneror nya.
Iqueena
orang gak ngapa2in juga 😭. Tapi gppa lah, lebih baik bgtu🤣
Iqueena
kirain lu yang lepas 🤣
Jemiiima__: kali ini dewa msh suci /Facepalm/
total 1 replies
Iqueena
coba lanjut tidur udah mimpi indah itu 😭
Iqueena
Gayamu lucyyyy🤣
Iqueena
huhhhhh, syukur dewa datang tepat waktu
Nuri_cha
Dewa blm bilang sapa2 ya kalo dia dah nikah?
Nuri_cha
mulai berasa cemburu ya Luc?
Nuri_cha
ternyata dewa punya mata batin. bisa liat dgn mata tertutup. wkwkwkwk
Nuri_cha
Aaah, knp bilangnya pas Lucy pingsan. dia gak denger atuh Wa. nnt ulang ya kalo dah bangun
Xlyzy
Ahhh mati aja Lo di penjara situ
Xlyzy
ugh mantep
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝
semngat lucy ☺ semoga keadilan menyertaimu ya🫂
@pry😛
cp sih.... bs jlskn np bgt
Drezzlle
Dewa mana mau nomor bininya di kasih temennya /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
cemburu nggak sih mbak Lucy 🤣
Shin Himawari
seleksi berkasss dulu ya siss kandidat calon pacar🤣
Shin Himawari
untung aja ketauan sebelum nikah kalo ni laki selingkuh ishh sok ganteng luuu
Shin Himawari
mama dea ya 🥲 masih ajaa ngeles
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
sekuat-kuatnya yg kelihatan diluar setiap orang punya sisi rapuhnya 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!