NovelToon NovelToon
Aku Menikahi Iblis Surgawi!

Aku Menikahi Iblis Surgawi!

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Identitas Tersembunyi / Harem / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: ZhoRaX

Mati tertabrak truk? Klise.
Tapi bangun di dunia penuh sihir, monster, dan wanita cantik berbahaya?
Shen Hao tidak menyangka, nasib sialnya baru dimulai.

Sebagai pria modern yang tengil dan sarkastik, ia terjebak di dunia fantasi tanpa tahu cara bertahan hidup. Tapi setelah menyelamatkan seorang gadis misterius, hidupnya berubah total—karena gadis itu ternyata adik dari Heavenly Demon, wanita paling ditakuti sekaligus pemimpin sekte iblis surgawi!

Dan lebih gila lagi, dalam sebuah turnamen besar, Heavenly Demon itu menatapnya dan berkata di depan semua orang:
“Kau… akan menjadi orang di sisiku.”

Kini Shen Hao, pria biasa yang bahkan belum bisa mengontrol Qi, harus menjalani hidup sebagai suami dari wanita paling kuat, dingin, tapi diam-diam genit dan berbahaya.
Antara cinta, kekacauan, dan tawa konyol—kisah absurd sang suami Heavenly Demon pun dimulai!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZhoRaX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CH 13

Langit di atas arena bergetar. Cahaya spiritual dari ribuan formasi menyala bergantian, menciptakan lapisan pelindung raksasa yang memantulkan setiap gelombang energi mematikan.

Ratusan ribu penonton menahan napas, menatap ke tengah panggung batu putih yang kini dikelilingi oleh dua puluh lebih peserta dengan aura luar biasa.

Mereka bukan pemula — masing-masing adalah kebanggaan sekte besar, dan beberapa bahkan kultivator pengembara yang telah menembus batas ranah manusia biasa.

Seorang pria berjubah hitam dengan mata merah menyala melangkah ke depan.

“Hmph, kalian sebaiknya menyerah sekarang. Tidak ada gunanya melawan seorang Mahayana puncak.”

Ucapannya menggema, penuh tekanan spiritual yang membuat beberapa peserta di ranah Dao Fusion menggertakkan gigi.

Seorang lain, berambut perak dan bertubuh tegap, tertawa sombong.

“Kau pikir ranah tertinggi menjamin kemenangan? Dunia ini sudah banyak mayat yang berpikir sepertimu.”

Suara ledakan spiritual terdengar.

Kedua tangan pria berambut perak itu menyatu membentuk simbol kuno, dan dari langit turun tiga pilar petir ungu sebesar menara, menyambar langsung ke arah lawannya.

Tanah bergetar keras, sebagian penonton berteriak kagum.

Namun dari kepulan debu, aura hitam menembus keluar — bayangan seribu iblis melingkari tubuh pria bermata merah itu, menelan serangan petir sekaligus.

Ratusan kepala iblis berteriak bersamaan, membuat ruang udara seolah berguncang.

---

Dari kursi penonton tinggi, Mei Xian’er duduk dengan sikap tenang, satu kaki disilangkan di atas yang lain, jari rampingnya mengetuk sandaran kursi perlahan.

Di wajahnya tidak ada perubahan sedikit pun, hanya pantulan cahaya pertarungan di matanya yang keemasan.

Aura mengerikan yang menghancurkan gunung bagi orang biasa, baginya hanyalah angin sore.

Di sisi kanan, Mei Ling’er memperhatikan dengan cermat, sesekali berbisik lembut.

“Mereka kuat, tapi terlalu ceroboh. Kakak, apakah ini masih menarik bagimu?”

Mei Xian’er menjawab datar tanpa menoleh,

“Menarik? Tidak. Tapi... cukup menghibur.”

Sementara itu, Huo Lian bersandar di kursinya, memutar cangkir teh.

Api spiritual merah melingkar di sekitar ujung jarinya, tapi ekspresinya sama sekali tak berubah — datar, tenang, seolah semua ini hanya sandiwara kecil.

Shen Qiyue menyipitkan mata, menilai gerakan mereka seperti seorang instruktur yang sedang menilai murid baru.

Sedangkan Hu Yue, dengan senyum licik di bibirnya, bergumam pelan,

“Para pria ini, berisik tapi menarik... terlalu percaya diri pada hal di bawah sabuk.”

Lan Xiuying hanya melirik sekilas, lalu kembali menatap langit kosong.

Bai Zhenya, dengan tatapan dingin, berkata tanpa emosi,

“Mereka tidak akan bertahan lebih dari dua putaran.”

---

Di bawah sana, pertarungan semakin liar.

Tiga kultivator True Immortal menebas udara dengan pedang qi sepanjang puluhan meter.

Seorang Tribulation menumbuhkan sayap petir dan menerjang lawannya seperti meteor.

Tubuh-tubuh beterbangan, teknik bersinar seperti matahari kecil, suara teriakan dan tawa sombong bercampur dalam satu simfoni kekacauan.

“Serahkan dirimu saja, biar aku yang menjadi pendamping Nona Mei!”

“Kau pikir wajahmu cukup untuk itu? Lihat kekuatanku dulu!”

Hujan pedang spiritual menembus langit, menghantam pelindung arena sampai bergetar keras.

Beberapa penonton mundur ketakutan, tapi formasi pertahanan tetap teguh berdiri.

---

Dan di antara ribuan penonton, Shen Hao duduk di kursi tribun umum, mencondongkan tubuh ke depan dengan mata berbinar.

Tangannya menggenggam sebungkus kacang, mulutnya mengunyah cepat, suaranya penuh semangat seperti anak kecil menonton kembang api.

“Hah! Itu keren banget! Lihat tuh, pedangnya bisa belok sendiri! Woi, itu apaan— Astaga, sayapnya petir?! Gila, dunia ini luar biasa…”

Ia benar-benar larut dalam tontonan itu, tanpa menyadari bahwa para dewa dan iblis yang sedang bertarung di depan matanya hanyalah sebagian kecil dari kekuatan sejati dunia ini.

Dan di singgasana tertinggi, Mei Xian’er masih menatap tenang ke arah arena — sama sekali belum menyadari bahwa di antara semua manusia di tempat itu, satu orang yang duduk paling santai justru bukan orang biasa.

Langit di atas arena mendadak gelap.

Awan bergulung-gulung, menekan atmosfer dengan berat seperti gunung yang runtuh.

Udara bergetar, dan bahkan tanah di sekitar arena tampak berdenyut — seolah bumi pun menahan napas menghadapi dua kultivator tingkat dewa yang kini berdiri berhadapan.

Di satu sisi berdiri Jiang Tian, sosok tinggi berjubah putih dengan lambang pedang bersayap di punggungnya — simbol Heavenly Sword Sect.

Matanya tajam seperti mata elang, rambut hitamnya berkibar di tengah badai spiritual yang ia pancarkan.

Aura tajam dari tubuhnya begitu pekat hingga udara di sekelilingnya teriris, meninggalkan jejak halus seperti potongan kaca yang mengapung.

Di sisi lain, seorang pengembara tua berambut perak berdiri tegak tanpa nama.

Pakaiannya compang-camping, tapi auranya… murni dan liar — seperti pedang tanpa sarung, seperti gunung yang telah melihat seribu badai.

“Kau dari Heavenly Sword Sect, ya?” suara parau sang pengembara menggema.

“Pedangmu tajam, tapi jiwamu tumpul. Kau tidak akan bertahan lama.”

Jiang Tian mengangkat alis, menegakkan pedang panjang peraknya yang berkilau menembus awan.

“Pedang yang tajam tidak butuh jiwa untuk membunuh.”

Dalam sekejap, kilatan cahaya perak meledak dari bilahnya — membentuk seratus ribu bayangan pedang yang melesat ke segala arah.

Langit berubah menjadi lautan pisau, dan arena pun bergetar hebat.

Penonton menahan napas, sebagian langsung berlutut karena tekanan spiritual yang menusuk tulang.

Pengembara tua itu hanya tersenyum, dan menepuk udara di depannya.

Dari ujung jarinya muncul satu titik biru kecil, seukuran mutiara — namun dari titik itu mengembang ombak spiritual yang menelan seluruh langit pedang seketika.

Satu per satu bayangan pedang meledak seperti pecahan kaca di bawah air.

Suara ledakan bertubi-tubi menghantam pelindung arena.

Formasi penghalang bergetar hebat, memancarkan cahaya biru keunguan.

Penonton di baris depan terpental ke belakang oleh tekanan spiritual, beberapa bahkan pingsan di tempat.

Namun pelindung itu tetap berdiri kokoh — Lan Xiuying, salah satu dari Enam Penatua Agung, hanya menggerakkan jarinya sedikit dari kursinya.

Cahaya ungu dari matanya berpendar lembut.

“Tidak perlu panik. Aku sudah menguatkan lapisannya.”

Suara lembutnya menenangkan, seolah yang ia lindungi hanyalah riak kecil, bukan badai penghancur dunia.

Sementara itu, Huo Lian tersenyum samar, matanya menyipit.

“Heavenly Sword Sect memang tak pernah kehabisan talenta. Tapi bocah itu terlalu terburu-buru.”

Bai Zhenya melirik dingin.

“Dan yang tua itu bukan orang biasa. Aura pedangnya… pernah mencium darah True Immortal.”

Hu Yue bersandar, mengayun-ayunkan ekornya perlahan.

“Heh~ para pria memang suka pamer di depan perempuan cantik.”

Sementara Mei Xian’er menatap keduanya dari singgasananya dengan pandangan kosong — tanpa ekspresi kagum, tanpa tanda terkejut.

Rambut hitam legam nya bergoyang lembut diterpa angin aura, dan hanya kalimat singkat meluncur dari bibirnya:

“Mereka bermain dengan pedang, tapi tidak memahami ‘jalan’ pedang.”

---

Pertarungan kembali pecah.

Jiang Tian melompat tinggi ke udara, tubuhnya berputar cepat, menggabungkan pedang qi menjadi Naga Perak Raksasa.

“Heavenly Sword Art — Dragon Severing Heavens!”

Naga itu meraung, membelah awan, lalu menyambar ke bawah dengan kekuatan yang bisa menghancurkan kota besar.

Sang pengembara tidak bergeming. Ia mengangkat telapak tangan dan melukis garis di udara.

Dari jarinya muncul garis pedang biru — tipis, nyaris tak terlihat, tapi mengandung kehancuran mutlak.

Kedua kekuatan bertabrakan.

Langit terbuka.

Cahaya perak dan biru menelan pandangan semua orang.

Gelombang kejutnya begitu besar hingga pelindung bergetar seperti air diterpa batu raksasa.

Shen Hao yang duduk di tribun umum pun ikut terdorong ke belakang beberapa langkah, matanya terbelalak, rambutnya berantakan.

“A—apa itu barusan!? Rasanya seperti gempa, tapi di udara?! Astaga, orang-orang ini benar-benar bukan manusia!”

Ia menatap ke arah arena dengan mata berbinar, napas terengah, antara takut dan kagum bercampur jadi satu.

Dan di balik senyum kagum itu, samar—samar, inti spiritual di dalam tubuh Shen Hao bergetar, merespons kekuatan yang terlepas di udara.

Tapi ia belum menyadarinya. Belum…

1
mu bai
sebaiknya menggunakan bahasa indo formal lebih cocok thor
ZhoRaX: ok.. nanti diubah
👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!