Sudah di zaman kapan ini masih ada kata "dijodohkan"....
Wah.... ternyata orangtua ku masih sejadul itu, dan juga kenapa coba harus aku???
Abang dan juga kakak ku bahkan adik ku memilih pasangan hidupnya masing-masing...
"Ya Bu nanti aku pulang untuk makan malamnya''..." gitu dong anak ibu" jawab ibu diseberang telpon...
Bagaimana kisah cinta Naira apakah jadi berjodoh dan bahagia????
Yuk baca ceritanya.....
Maaf y masih karya pertama...
Mohon kritik yang membangun dan yang baik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelis Rawati Siregar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Menuju kata sah
Tidak terasa hari pernikahan semakin dekat. Naira menatap kalender yang tergantung di dinding tinggal menghitung hari dengan jari semuanya akan segera berubah. Mulai dari status, rumah, tanggung jawab. Naira menghela nafas panjang. Berpikir seperti apa perjalanan yang akan ia jalani nanti apakah sesuai dengan harapan semua orang atau hanya sekedar memuaskan keinginannya para orangtua.
Masih abu-abu. Namun begitu Naira tidak mau berkecil hati. Ponsel Naira berdering menampilkan kontak Ibu yang menelpon. Naira segara menekan ikon hijau untuk menerima panggilan.
"Halo, assalamualaikum".
"Wa'alaikumsalam, Naira sehat?
"Alhamdulillah sehat Bu, ada apa Bu?".
"Mulai kapan Naira cuti?".
"Kemungkinan 2 hari sebelum hari H Bu.
"Ohh baiklah, ingat kamu jaga kesehatan dan jangan terlalu lelah".
"Baik Bu".
Sambungan telepon pun terputus. Naira meletakkan ponselnya diatas nakas kembali. Sudah 2 hari merasa tubuhnya kurang bersahabat. Namun Naira masih memaksakan diri untuk bekerja mengingat hari ini Naira akan mengajukan cuti pernikahan. Jatah cuti pernikahan mereka hanya 6 hari. Rencananya Naira akan mulai cuti 2 hari menjelang pernikahannya.
Sementara Bima menjelang hari pernikahan juga merasakan resah. Sebagian hatinya tak tega untuk menyakiti Naira, namun dia pun terpaksa juga melakukan pernikahan ini hanya demi menghindari kemarahan Bundanya. Untuk jujur kepada Ririn sekarang ini rasanya gak mungkin karena Ririn lagi sibuk-sibuknya untuk sidang tesisnya.
Bima gak sanggup menyakiti Ririn mengingat betapa ia mencintai Ririn. Bima hanya bisa berharap agar Naira tidak pakai hati pada pernikahan ini agar kesepakatan yang akan dia ajukan nantinya berjalan sesuai rencananya.
Sementara disalah satu gedung perkantoran nampak Naira sedang memasuki kantor personalia untuk mengurus izin cuti pernikahan. "Bapak harap sebelum memasuki masa cuti kamu tetap bekerja tidak menambah libur", Pak Budi memberikan peringatan tentang masa cuti.
"Baik Pak", Naira berucap seraya menyalami Pak Budi. Naira hanya berharap semoga kondisi tubuhnya masih bisa diajak bekerja mengingat hanya tinggal 2 hari kedepan dia akan memasuki masa cuti.
Selama 2 hari ini Naira tetap memaksa pergi bekerja walaupun kondisinya tidak baik. Naira mencoba membeli resep dari pihak apotek agar sampai tidak tumbang. Namun sepertinya memang kondisi sudah tak memungkinkan. Naira sangat merasa pusing dan sekujur tubuhnya rasanya nyeri.
"Nai kamu baik-baik saja?, Iben menghampirinya Naira papasan mau pulang.
"Ya, saya baik baik saja".
"Tapi wajah kamu agak pucat Nai".
" Aku hanya sedikit pusing, entar juga baikan lagi".
"Ya sudah saya duluan Ben"
"Baiklah kamu hati-hati dijalan".
"Hmm"
Naira bergegas pulang walau berjalan agak sedikit pusing. Sesampainya di kosan Naira menelpon Ibunya. " Bu bang Nabil ada dirumah? Naira minta jemput Bu. Naira sepertinya sakit Bu".
Terdengar helaan nafas Ibu, tunggu disana sebentar lagi dijemput".
"Baik Bu".
Sesampainya dirumah ibu Naira melihat sudah ada banyak tenda dan pelaminan. Melihat kearah tenda semakin menambah pusing dikepalanya. "Assalamualaikum Bu Naira sudah pulang", Naira langsung memeluk Ibunya dan ibu merasakan hawa panas dari tubuh Naira. "Lho, kamu demam, ibu melerai pelukannya dan melihat wajah pucat Naira. "Diperiksa mbak Rasti aja ya", sebentar ibu panggil. Naira menaiki tangga dengan perlahan untuk menuju ke kamarnya. Rasti pun menghampiri setelah diberitahu oleh ibu mertuanya bahwa Naira sakit.
"Tekanan darahnya rendah Nai, apa kamu kurang istirahat akhir-akhir ini?, Rasti siap memeriksa Naira. "Ya sudah, kamu mbak suntik vitamin dan minum obat penurun panas agar lebih cepat sembuh. Kamu mah lucu Nai, menuju hari - H kok malah sakit. Jangan terlalu dijadikan beban Nai, coba jalani saja dulu dan berserah diri kepada Allah supaya ikhlas menjalaninya".
"Ya mbak, terimakasih mbak "