Aksa bertemu dengan gadis pemilik toko kue yang memikat hatinya, namun ia terpikat bukan karena gadis itu sendiri, melainkan terpikat karena gadis itu sangat mirip mendiang istrinya.
Aksa berusaha mendekati Si Gadis untuk bisa mendapatkannya, bagaiman pun caranya ia lakukan bahkan dengan cara licik sekalipun, asalkan ia bisa memiliki gadis yang sangat mirip dengan mendiang istrinya
Akibat obesesi Aksa yang melampaui batas, gadis itu pun terjerumus dalam lembah penuh hasrat Si Pria yang dominan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LebahMaduManis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Erina mengetuk pelan pelipis dengan jemarinya, matanya menelisik ponsel, mengamati isis pesan Whats App dari nomor yang tak dikenal, ia penasaran pada maksud chat itu, apa pesan itu benar untuknya? Atau hanya orang iseng? Bahkan bisa jadi orang salah kirim.
Mengingat ia ruet dengan keadaan toko saat ini, dari kemarin ia masih belum mendapatkan pemasok untuk bahan-bahan produksi tokonya, sungguh ia sudah kehabisan akal harus bagaimana, "apa Aku membeli bahan-bahan dari pengecer saja? Pikir Erina, ia menenggelamkan wajahnya di antara tangan yang menelungkup di atas meja, "jika terus begini vertigoku sudah pasti bakal kambuh, ya tuhaaan ... tolonglah" Keluh Erina
Saat ini apa yang ia rasakan tak ada yang bisa untuk di ajak berbagi cerita tentang semua yang menimpa dirinya, ia hanya mampu memendam dan menelannya sendirian.
Seakan ia hidup sebatang kara, tak ada tempatnya untuk mengadu pada keadaan terlemahnya, hanya diri sendiri, yang menguatkannya. Bohong, jika ia tak berharap memiliki sosok yang dapat menerima segala keluh kesahnya, bukankah manusia mahluk yang saling bergantung satu sama lain?
Erina mengangkat kepalanya yang ia benamkan tadi "Aku gak tau apa maksud pesan dari nomor yang gak dikenal tadi, tapi apa salahnya kalau aku datangi tempat itu" cetusnya, ia meraih kaca kecil yang tersimpan di pinggir meja guna merapihkan riasan wajahnya "lagi pula hari ini sepertinya toko akan sepi, jadi aku pergi saja"
Bergegas Erina meninggalkan toko dan mencari Taxii, setelah ia melambaikan tangan pada beberapa Taxi, akhirnya ada satu Taxi yang berhenti kemudian menghampirinya, segera Erina masuk kedalam mobil "Pak tolong antar saya ke Resto Jenaar di Jl elok indah no 10" ucap Erina pada pengemudi Taxi
"Baik Mba" jawab supir Taxi ia sedikit menganggukan kepala, lalu melaju menembus jalan, dengan kecepatan rata-rata.
Tak cukup waktu lama ia sampai di depan Resto yang dituju, Erina menelisiki setiap designnya, perlahan ia melangkahkan kakinya memasuki restaurant yang menyediakan hidangan nusantara.
Matanya menyapu pandangan, menelisik setiap sudut ruangan, ia mematung, saat sorot matanya menangkap sosok pria yang tidak asing baginya, potongan rambutnya, caranya ia duduk, dan pakaian yang dikenakannya ia sangat hafal siapa itu. Mereka duduk berhadapan di sudut restauran paling ujung yang menghadap ke sebuah taman mini.
Awalnya Erina hanya mengira mungkin itu rekan kerja Raditya, namun Erina mengamati lebih intens lagi, mereka terlihat sangat dekat, seakan sedang berbagi momen, bukan dekat sebagi rekan kerja biasa.
Tangan Raditya meraih tangan perempuan di hadapannya lalu menggenggamnya erat, sangat jelas apa yang Erina lihat, kemudian mereka tertawa, tawa lepas yang biasanya disimpan hanya untuk Erina. ia berharap itu sekedar halusinasinya saja, namun ia sangat sadar ini kenyataan yang harus ia terima.
Jantung Erina mulai berdetak lebih cepat, bukan karena gembira, tapi karena lonjakan adrenalin yang dingin.
Perempuan itu berpindah tempat duduk menjadi disebelah Raditya, lalu menyenderkan kepalanya di bahu pria yang bersamanya dan dibalas dengan mengusap lembut helaian rambutnya, Gerakan yang intim, refleksif, dan menyakitkan. Itu adalah bahasa tubuh yang hanya dimiliki sepasang kekasih.
Kehangatan restoran yang tadinya terasa nyaman kini terasa menyesakkan, seolah oksigen telah terkuras habis. Musik riang yang indah itu berubah menjadi irama palu yang menghantam kepala Erina.
Erina menarik nafasnya dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan, matanya mulai berkaca-kaca, sekuatnya ia menahan untuk tidak menangis, ia menggit bibirnya cukup kuat.
"Calm Erina, kamu harus tetap elegan, mengamuk dikhalayak ramai bukan tabiatmu" ungkap Erina dalam batinnya, matanya tak pernah berpaling sedikitpun dari menatap pasangan di ujung sana, sorot matanya penuh dengan amarah.
Ah ... Erina tak tahan lagi melihat kedekatan mereka berdua, derap langkah kakinya cepat menghampiri meja yang berada di ujung restauran itu.
Tanpa basa-basi dan permisi, dengan sekuat tenaga satu pukulan mendarat dipipi Raditya. Sontak membuat Raditya refleks untuk membalas pukulan tersebut, ia sudah mengangkat tangan siap untuk memukul, namun, aksinya terhenti, tangannya ia turunkan kembali, mata Raditya membulat, tak sangka Erina lah yang menamparnya.
Raditya berdiri kaku di tengah ruangan, seolah patung yang tiba-tiba membatu.
"Jelaskan !" hanya satu kata itu yang Erina ucapkan, namun nadanya lebih tajam dari belati.
Raditya menelan ludah "Erina .., aku—" Suaranya serak, mencoba mencari celah untuk sebuah pembelaan
"Apa ? Ayo lanjutkan ! Aku selingkuh gitu maksudnya?" Suara Erina terdengar seperti petir yang menyambar di telinga Raditya.
"Iya ! Aku selingkuh ! Puas ?" Suara Raditya tak kalah menggelegar dari suara dentuman sebuah benda berat yang saling menghantam.
Di sebrang ujung lainnya sosok pria bertubuh tinggi menggunakan topi hitam, kacamata hitan dan masker hita, pula di lengkapi dengan hoodie berwarna Navy sedang memerhatikan apa yang terjadi di antara mereka, pria itu menyandarkan bahunya di kursi dengan sesekali meneguk minuman berwarna coklat muda, lalu ia melipat tangan di atas dada bidangnya.
Ya ... tidak lain, dia Aksa, dia yang menjadi sutra dara dari drama yang ia ciptakan sendiri, perempuan yang bersama Raditya adalah perempuan suruhan Aksa, yang ia beri tugas untuk mendekati Raditya, hingga Raditya tertarik padanya lalu mencampakkan Erina.
Rencananya berhasil, ia bertepuk tangan pelan, saat Erina mengucapkan kata Putus di hadapan Raditya kemudian meninggalkannya.
Kini, satu tembok penghalang untuk bisa memiliki Erina seutuhnya telah ia runtuhkan, ia tinggal melancarkan rencana selanjutnya.
Erina pergi meninggalkan Restauran tersebut, dengan membawa luka yang amat mendalam dalam relung jiwanya, laki-laki yang ia jadikan tempat keluh kesahnya telah menghianatinya.
Sakit bukan main, meski tak terlihat, goresan luka dalam jiwa sukar diobati, tak ayal, banyak orang menjadi gila karena patah hati.
Erina memberhentikan Taxi, entah alamat mana yang akan ia tuju
"Mau diantar kemana Mba?" Tanya sopir taxi
"Gak tahu pak, jalan aja dulu"
Tanpa arah dan tujuan, seakan ia benar-benar hancur hingga tak tahu apa yang harus ia lakukan dan kemana ia pulang, dalam perjalanannya tak henti Erina terisak-isak, entah berapa helai tissue ia habiskan untuk mengelap air matanya.
Di dalam mobil yang berbeda, Aksa mengikuti kemana taxi yang Erina naiki melaju, ia harus memastikan Erina tak melakukan hal-hal buruk, seperti kebanyakan orang setelah patah hati.
Mungkin di pikiran Aksa, Erina akan melakukan bunuh diri, dengan meloncat dari jembatan, atau meminum obat dalam dosis tinggi. Tentu tidak, Erina tak akan melakukan hal bodoh yang merugikan dirinya sendiri.
Aksa tertawa terbahak-bahak didalam mobil yang di kendarai Rio, entah karena saking serunya drama yang ia buat, atau tertawa karena kemalangan yang dihadapi Erina
Sukar dipercaya, namun nyatanya, semua rencana yang ia jalankan sudah berhasil sejauh ini.
Tetapi, bukankah disetiap rencananya yang berhasil selalu ada yang menjadi korban?
......JANGAN LUPA TINGGALKAN LIKE DAN COMMENT NYA READERS......
...Terima kasih...