NovelToon NovelToon
Pelakor Mencari Keadilan

Pelakor Mencari Keadilan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Masuk ke dalam novel / POV Pelakor / Transmigrasi / Healing / Chicklit
Popularitas:663
Nilai: 5
Nama Author: Aulia Z.N

Aura, seorang penulis amatir dari keluarga miskin, terjebak dalam novel ciptaannya sendiri. Ia bangun di tubuh Aurora, selingkuhan jahat dari cerita Penderitaan Seorang Wanita. Padahal, dalam draf aslinya Aurora direncanakan mati tragis karena HIV, sementara sang istri sah, Siti, hidup bahagia bersama second male lead. Kini, Aura harus memutar otak untuk melawan alur yang sudah ia tulis sendiri, atau ikut binasa di ending yang ia ciptakan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia Z.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Vonis Terakhir: Perempuan

Aditya menunjukkan ponselnya yang merekam jalanan dengan kamera sedikit bergetar. Rekaman itu jelas diambil sambil berjalan, sesekali terdengar desah napasnya yang terburu-buru. Namun suara-suara dari kejauhan tertangkap jelas.

"Gadis cantik, kau mau pulang kemana? Mau kakak antar?"

"Tidak mau! Tidak perlu mengantarku. Aku bisa sendiri."

"Jangan sombong begitu, gadis cantik. Biar kakak-kakak ini mengantarmu."

"Kalian mau apa? Tidak sopan menyentuh orang lain sembarangan!"

Suara-suara itu menggema dari speaker ponsel, membuat udara di ruang interogasi menegang. Beberapa polisi saling pandang, tapi tetap diam. Dalam layar kecil itu, semakin lama semakin jelas terlihat adegan Aurora yang dikepung, tubuhnya ditarik, lalu berusaha melepaskan diri dengan terengah-engah. Rekaman itu memperlihatkan setiap detail: bagaimana Aurora menolak, bagaimana para preman memaksanya, dan bagaimana ia terpaksa melawan. Tidak ada bagian yang bisa disangkal.

Aditya meletakkan ponselnya dengan tenang di meja, suara dentum kecil dari bodi ponsel terasa seperti palu godam di ruangan yang sunyi itu. Senyum tipisnya muncul, namun sorot matanya tajam menusuk ke arah aparat.

"Bagaimana, pak polisi, jadi siapa yang salah sekarang?"

Ruangan sejenak hening, tapi tak lama kemudian, suara dingin keluar dari bibir salah seorang polisi.

"Yang salah adalah... Saudari ini," ucapnya sambil menunjuk lurus ke arah Aurora.

Aurora tidak kaget lagi. Napasnya yang berat hanya keluar dalam dengusan lemah, kepalanya menunduk sedikit. Ia mengangguk pasrah, bibirnya bergetar, suaranya keluar pelan tapi jelas, menohok siapa pun yang mendengarnya.

"Baiklah, pak. Saya salah. Saya memang sudah salah dari awal karena terlahir sebagai seorang perempuan. Hukum saja saya. Tapi saya request hukumannya dilindas barakuda saja."

Suasana ruangan semakin menekan. Detik itu juga, Aditya menoleh dengan gerakan cepat, matanya membelalak tak percaya.

"Tidak, Aurora! Apa yang kau katakan? Bukti sudah jelas! Jangan pesimis seperti itu!"

Namun Aurora hanya menatap kosong. Air mata yang tadi sempat tertahan kini jatuh perlahan, mengalir tanpa suara. Suaranya lirih, tapi menusuk lebih dalam daripada teriakan.

"Aku memang sudah salah dari awal karena lahir dari rahim seorang pelakor sekaligus gundik. Jika aku mati, dunia akan baik-baik saja."

Aditya menghela napas panjang. Jemarinya mengetuk meja sekali, suaranya berat, penuh amarah yang ia tahan sekuat tenaga. Ia menoleh pada polisi, menatapnya tajam seolah hendak menelanjangi kebusukan dalam hatinya.

"Baiklah, sekarang saya ingin bertanya pada anda, pak polisi. Anda bilang, yang salah adalah Aurora. Dimana letak kesalahannya?"

Polisi itu tersenyum tipis, tapi tatapannya dingin, penuh arogansi.

"Itu sudah jelas karena dia memakai pakaian terbuka di luar ruangan dan berjalan sendirian! Sebagai seorang perempuan, dia seharusnya menjaga dirinya sendiri dengan memakai pakaian tertutup. Orang seperti ini pasti tidak punya agama."

Aurora terdiam sejenak. Jantungnya berdegup kencang, matanya memerah. Tapi lalu, ia mendongak, suaranya pecah dengan nada getir, penuh sarkas sekaligus perlawanan.

"Iya, pak polisi benar! Kau sangat benar, pak polisi! Memang jika ada kasus pelecehan, yang salah adalah perempuan. Kenapa harus terlahir sebagai perempuan? Kenapa harus memiliki tubuh yang indah? Kenapa tidak memakai pakaian tertutup? Itu benar! Karena pria seperti kalian tidak punya yang namanya otak!"

Tangannya mengepal di atas paha, tubuhnya bergetar. Namun bibirnya tetap menyunggingkan senyum sinis yang penuh kepedihan.

"Karena itu menjadi perempuan adalah kesalahan, saya bersiap menerima hukuman. Lindas tubuh saya dengan barakuda! Cepat! Jika tubuh saya hancur, saya tidak akan diseksualisasikan lagi oleh pria otak selangkangan seperti kalian."

"Pak polisi, pikirkan baik-baik! Siapa yang salah di sini sekarang?" tanya Aditya, suaranya bergetar, tapi ada nada tajam yang menusuk. Tangannya mengepal di atas meja, dan intonasinya melonjak saat ia menegaskan, "Jawab!"

Ruangan interogasi mendadak terasa lebih sempit. Aurora menoleh sekilas pada Aditya, terkejut dengan nada suara yang jauh lebih tegas daripada biasanya. Bos preman dan anak buahnya saling pandang, beberapa di antara mereka terkekeh kecil seakan sudah tahu hasilnya.

Polisi itu—dengan wajah letih dan nada kesal—akhirnya bicara. "Ini sudah jelas saudari ini duluan yang memakai pakaian tidak pantas di ruang umum. Itu bisa ditindak pidana kesusilaan. Tidak hanya hukum negara yang dipakai, tapi juga hukum agama. Dengan pakaian terbuka seperti itu, jelas saja memancing lawan jenis. Setelah itu di video sudah jelas bahwa saudari ini memukuli saudara-saudara ini dengan sangat brutal padahal saudara-saudara ini tidak sempat menyentuhnya."

Kata-katanya mengiris telinga Aurora. Ia merasa seolah bilah pisau lain ditancapkan ke dadanya.

"Itu benar!" sahut para preman dengan kompak, sorakan mereka menggema, penuh kemenangan.

Bos preman itu bersandar santai, lalu menyeringai puas. "Menyerah saja, kalian berdua!"

Aurora mendengus pelan. Matanya menatap dress ketat berwarna merah yang membalut tubuhnya. Suaranya lirih tapi penuh muatan emosi. "Orang-orang kampungan! Padahal dress seperti ini termasuk pakaian normal di luar negeri."

"Itu kan luar negeri, bukan negara ini," jawab bos preman, wajahnya penuh ejekan.

Aditya diam sejenak. Kepalanya sedikit menunduk, seperti tengah menimbang sesuatu. Lalu, perlahan, dia mengangguk mengerti. Sorot matanya tajam, bukan pasrah, melainkan menyimpan sesuatu yang tak terbaca.

"Baiklah, pak polisi. Terima kasih atas penjelasannya," ucap Aditya tenang, meski jelas terlihat tekanan dalam intonasinya. Ia menatap lurus ke arah polisi. "Apa anda yakin tidak mau mengganti jawaban?"

"Tentu tidak! Itu sudah benar!" jawab polisi tersebut mantap, seolah keputusannya final.

Aurora menutup mata, pasrah. Napasnya terengah, air mata kembali mengalir. 'Jadi ini akhirnya? Aku benar-benar dianggap salah hanya karena aku perempuan?'

Aditya kembali mengangguk. Tapi kali ini, ada senyum tipis yang muncul di bibirnya. Ia merogoh saku celana, lalu mengeluarkan ponsel. Gerakannya santai, tapi penuh tekanan. Semua mata langsung tertuju pada benda itu.

Klik.

Aditya menyalakan ponselnya. Layar menyala terang, memperlihatkan ikon rekaman yang sudah berjalan sejak tadi. Ia meletakkan ponsel itu di meja, memutar ulang percakapan keras-keras. Suara-suara kasar preman, tuduhan tak masuk akal, bahkan kalimat polisi barusan terdengar jelas menggema memenuhi ruangan.

Polisi itu sontak menegang. Wajahnya pucat, matanya melebar kaget.

"Baiklah," ucap Aditya, kali ini nadanya dingin dan tajam. "Jika menurut kalian semua yang salah adalah saudari Aurora, bagaimana jika kita tanya netizen saja soal siapa yang salah?"

Aurora menoleh, matanya terbelalak. Baru kali ini ia melihat Aditya begitu menusuk, dengan sikap penuh kendali seolah mengatur panggung permainan.

Mata Aditya menyipit, fokus pada tanda nama di dada polisi itu. Ia membaca pelan tapi jelas, membuat tekanan semakin nyata. "Pak polisi Agus… dengan pangkat IPDA. Apa anda yakin tidak mau mengganti jawaban Anda sebelum video percakapan kita semua tersebar? Ini bisa mempengaruhi pangkat dan reputasi anda sebagai polisi."

"Ka—kau! Siapa kau sebenarnya?!" tanya polisi Agus dengan ekspresi panik, suaranya meninggi. Tangan yang tadi mantap kini bergetar di atas meja, seperti kehilangan wibawa.

Aditya menegakkan tubuhnya, lalu menatap tajam. Senyumnya miring, dingin, penuh keyakinan. "Saya?" Ia berhenti sebentar, membiarkan ketegangan merambat di udara. "Saya adalah Aditya Pratama. Seorang pengacara spesialis perceraian."

Hening.

Ruangan seketika membeku. Para preman yang tadi riuh kini terdiam. Aurora menatapnya lekat-lekat, matanya masih basah, tapi di balik air mata itu ada kilatan kagum dan terkejut.

Aditya bersandar pelan ke kursinya, tetap dengan senyum miring yang menusuk. Aura otoritasnya kini mendominasi ruangan, membuat semua orang tak lagi berani meremehkan.

1
Messan Reinafa
karma berlaku yaa ciin
Messan Reinafa
duh..duh...bau-bau pelakor ga tau diri
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
jangan bilang jika istri mu yang kenal penyakit HIV 🗿
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
😭😭😭tiba tiba di tampar
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
ku kira dia tokoh benerann 😭
👑Chaotic Devil Queen👑: Selamat! Anda bukan satu-satunya orang yang kena tipu😭🤣
total 1 replies
erika eka putri pradipta(ACDD)
dasar pelakor,rasain emang enak🤣🤣🤣
erika eka putri pradipta(ACDD)
dasar pelakor
erika eka putri pradipta(ACDD)
paling benci dengan orang yang kejam seperti aurora
Oksy_K
releted bgt, ikut trend pasar tapi feel nya gak dapet, gk ikut trend duitnya yg gak dapet🥲😂
Oksy_K: sabar ya kak, kita sama🤣
total 4 replies
karena orang-orang senang liat orang susah 🤭
👑Chaotic Devil Queen👑: Lebih ke... merasa relate aja gak sih🗿

makanya kebanyakan yang bikin dan baca itu ibu rumah tangga karena relate🗿
total 1 replies
Quinnela Estesa
nama tokoh utama aja yang keren. nama tokoh lain B aja. Siti apaan deh🤣 coba namanya lebih bagus lagi
👑Chaotic Devil Queen👑: Kan disesuaikan sama gennya zheyenk😭🤣

Siti dan yang lainnya itu gen milenial ke atas. Mereka di usia bapak-bapak, ibu-ibu. Yang gen-Z cuma MC doang. Makanya namanya estetik sendiri😭🤣
total 1 replies
Rezkaya Retnoyevich
Jir, kena plot twist ane, ku kira dia tokoh beneran. Ternyata cuma karakter novel yg MC bikin /Facepalm/
👑Chaotic Devil Queen👑: Wah siapa sangka😭🤣
total 1 replies
Rezkaya Retnoyevich
Tipikal wanita yang tidak aku sukai, berharap agar kita gak pernah bertemu dengan orang semacam ini di kehidupan nyata 😤
👑Chaotic Devil Queen👑: Iya gess... semoga dipertemukan wanita baik-baik yang mau menemani saat susah, gak cuma senengnya doang😭🙏
total 1 replies
Adifa
kok bisa di katakan wanita bodoh??😭
👑Chaotic Devil Queen👑: NPD juga bisa atau DPD. Dia terlalu percaya diri dan gak mandiri 🗿
total 3 replies
Jhony Can Cook
bagus kok
👑Chaotic Devil Queen👑: Terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!