Seorang gadis yang duduk di bangku SMA yang mempunyai kepribadian yang ceria dan selalu tersenyum.
seketika semuanya berubah ketika dia di jodohkan oleh orang tuanya dengan CEO yang sangat kejam dan tak tau belas kasih.
Semua keceriaan nya dan senyum nya berubah menjadi tangisan.
hiks hiks kak jangan pukul aca"
aca terisak CEO yang telah menjadi suaminya , memukul nya tanpa belas kasihan.
apakah aca sanggup menghadapi CEO yang kejam , dingin dan tak berperasaan dan yang telah menjadi suami sah nya itu dengan belah kasihan .
Dan apakah aca bisa mengubah sifat dingin dan kejam suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CrystalCascade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16.UNGKAPAN PERASAAN .
Assalamualaikum semuanya ✨
Sebelum baca jangan lupa like dan komen ya dukungan kalian buat aku semangat nulis cerita 😚😋
POV ALDO
Aldo duduk di tepi ranjang, dasi sudah ia lempar sembarangan ke lantai, dan kemejanya sedikit kusut karena amarah yang tadi masih belum sepenuhnya reda.
pikirannya tak bisa tenang. Ia menyandarkan punggung ke kepala ranjang, menatap langit-langit kamar dengan napas berat.
"Kenapa saya begini" gumamnya pelan, suaranya nyaris seperti geraman.
Ia mengusap wajahnya kasar. Di kepalanya masih terulang jelas momen saat ia turun dari mobil dan melihat Aca berdiri di depan rumah.
sambil mengucapkan terima kasih pada seorang pria yang mengantarnya. Pria yang bukan dirinya.
"Apa Aca tidak paham yang saya katakan kemarin, bahwa saya tidak suka dia bermain api dengan pria lain" bisiknya getir.
Rasa tidak suka dengan tingkah Aca pada pria itu seperti racun. Membakar dadanya perlahan.
Padahal Aca tidak mengatakan tidak ada hubungan apa-apa dengan pria itu, tapi Aldo terlanjur mempunyai luka lama dalam hidup Aldo pengkhianatan mantan pacarnya masih membekas pada nya, wanita yang seharusnya menjadi istrinya saat ini tapi ia malah bermain api dengan pria lain yang membuatnya tidak percaya pada wanita manapun.
"Padahal saya cuma takut" katanya lagi, lirih. "Takut Aca seperti dia yang berkhianat di belakang saya"
Kepalan tangannya mengeras. Ia tahu, caranya menghadapi Aca tadi salah. Kata-katanya kasar, nadanya meninggi. Tapi itu karena ia mulai takut. Takut kehilangan seseorang kembali.
POV ACA
Aca mengetuk pintu kamar dengan ragu. Suasana rumah masih terasa tegang setelah pertengkaran barusan. Wajah Aldo tadi terlihat marah, dingin, dan penuh kekecewaan saat ia melihat Aca pulang di antara teman nya. Padahal, itu hanya sebatas teman biasa bagi Aca tapi Aldo menanggapi masalah ini dengan serius.
Aca mengetuk pintu kamar Aldo tapi tidak terdengar suara Aldo, baru ketukan ketiga baru dibalas oleh suara berat dari dalam kamar.
"Masuk"
Aca menarik napas dalam dalam sebelum memutar kenop pintu. Di dalam, Aldo berdiri di dekat jendela, punggungnya menghadap padanya. Terlihat Baju kemeja nya nampak kusut, dasi yang sudah tak lagi ia kenakan dan juga rambutnya sedikit berantakan.
"Kk" Aca mendekat perlahan. "Kk masih marah sama Aca?"
Aldo tidak langsung menjawab. Matanya menatap keluar jendela, ke arah gelapnya malam. Suaranya baru terdengar beberapa detik kemudian datar, tapi tajam.
"Menurut kamu?"
"A.. Aca cuma diantar pulang. Dia hanya teman sekolah Aca" ucap Aca lirih, mencoba menyentuh lengan suaminya.
Namun Aldo menarik lengannya menjauh. "Seorang istri seharusnya tahu batasannya, Aca kamu hanya milikku. Dan aku tidak suka milikku disentuh orang lain."
Nada posesif itu membuat Aca terdiam. Hatinya perih. Tapi ia tahu, Aldo bukan pria biasa. Luka di masa lalunya membuat pria itu sulit mempercayai siapa pun termasuk istrinya sendiri.
"Aca minta maaf" Aca mencoba menahan air mata. "Aca nggak bermaksud buat kk marah"
Aldo akhirnya menoleh. Tatapan matanya menusuk, tapi ada sedikit keraguan di sana, seolah emosinya sedang bertarung hebat dalam dirinya.
"Kamu tahu apa yang kupikirkan waktu lihat kamu turun dari mobil pria lain?" tanyanya pelan, tapi penuh tekanan. "Saya merasa kehilangan kendali Dan saya benci itu"
Aca menatap suaminya. "Kk nggak akan kehilangan Aca, Aca janji tidak akan dekat dengan pria lain lagi dan Aca janji tidak akan mengkhianat kk"
Perlahan, tangan Aldo terangkat, menyentuh wajah Aca. Sentuhannya lembut, kontras dengan kata-katanya yang barusan.
"Kalau kamu benar-benar tidak akan seperti itu, maka bersikaplah seperti layaknya seorang istri" ucap Aldo.
Ia menarik tubuh Aca mendekat, menatapnya dalam "Di rumah ini maupun di luar kamu milikku. Bukan milik siapa pun"
Aca terdiam. Detak jantungnya tak karuan. Wajah mereka kini hanya berjarak beberapa inci.
"Bersikaplah seperti layaknya seorang istri dan jangan dekati pria lain selain saya" ulang Aldo lagi, kali ini dengan nada lebih lembut namun serius.
Aca mengangguk patuh "iya kk Aca janji akan jadi istri yang baik untuk kk dan tidak akan mengecewakan kk lagi"
"Kalau begitu" Aldo menyentuh dagunya lembut, mengangkat wajah Aca agar tetap menatapnya "Mulai malam ini pindah ke kamarku, Kita tidur bersama seperti pasangan suami istri seharusnya"
Acha menahan napas "A-apa?"
"Mau sampai kapan kamu tidur terpisah dari suamimu sendiri?" Aldo menatapnya dalam, lalu menambahkan, "saya capek berpura-pura Kamu istriku, dan saya ingin mulai hidup sebagai suami istri yang sesungguhnya"
Aca terdiam. Perkataannya tidak hanya membuat jantungnya berdetak cepat, tapi juga membuat matanya sedikit berkaca. Selama ini Aldo begitu tertutup, menjaga jarak, bahkan sejak awal pernikahan mereka yang diatur keluarga.
Tapi malam ini, sesuatu dalam diri pria itu tampak runtuh batas yang selama ini begitu kokoh, mulai terbuka sedikit demi sedikit untuk nya.
"Apa kk yakin?" tanya Aca lirih "Aca nggak mau kk maksa diri Kalau ini cuma karena kk marah"
"Saya tidak marah lagi" potong Aldo. "Saya sadar saya terlalu keras dan kasar sama kamu, Saya cuma nggak tahu caranya menunjukkan rasa sayang kepada seseorang"
Ucap Aldo lembut.
Aca meraih tangan Aldo, menggenggamnya erat "Kita bisa belajar Aca juga nggak tahu caranya jadi istri yang sempurna, Tapi Aca mau coba, kalau kk juga mau coba"
Aldo menarik napas dalam. Lalu, perlahan ia menarik Aca ke pelukannya. Untuk pertama kalinya tanpa ragu.
"Mulai malam ini" bisiknya di telinga Aca "kita mulai dari awal"
Dan di kamar itu, dua hati yang sebelumnya saling menjaga jarak mulai mencari cara untuk saling memahami. Bukan lagi sebagai dua orang asing yang diikat oleh pernikahan tanpa cinta, tapi sebagai dua jiwa yang akhirnya memilih untuk membangun cinta dari awal.
Kata-kata buat Aca dan Aldo dong dari kalian😍
Isi dong Kata-kata dari kalian untuk hari ini ges😋
> Please vote, follow, dan komen ya...
Soalnya autor udah mulai ngomong sendiri depan monitor, nanya:
“Apakah mereka suka? Kenapa nggak ada komen?” 😩💔
Ayo selamatkan autor dari overthinking berkepanjangan 😆🧠