***
Thantana sangat terkejut. Ketika tiba tiba sembilan batu yang berada di telapak tangan kanannya, satu persatu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Melalui lengannya, seperti cahaya menembus kaca dan terhenti ketika sudah berada di dalam tubuh Thantana.
Proses ini sungguh sangat menyakitkan baginya. Hingga, sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Thantana mengibas ibaskan lengan kanannya, sembari tangan satunya lagi mencoba menarik sisa sisa batu yang mesih melekat pada telapak tangannya itu. Namun, semakin ia menariknya, rasa sakit itu semakin menjadi jadi. Dan di titik batu ke sembilan yang menerobos masuk, pada akhirnya Thantana jatuh tak sadarkan diri kembali...?
**kita lanjut dari bab satu yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunardy Pemalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGHADAP RAJA KERAJAAN AGRAANILA
Hamparan langit biru tanpa awan kelabu terlihat begitu indah. Hembusan angin semilir yang menerpa dedaunan di ranting ranting pohon, menambah suasana kesejukkan pagi itu terasa sangat sempurna.
Desa Ghatikemuni atau lembah kemuning ini memang desa yang sangat asri nan indah. Suasana alam pedesaannya yang masih sangat alami, membuat siapapun yang berada di situ menjadi betah.
Desa Lembah kemuning ini, mengingatkan Thantana dengan kampung halamannya sendiri, yaitu desa Bukit Jingga. Sehingga Thantana merasa seakan berada di desanya sendiri. Di tambah lagi, orang orang di desa Ghatikemuni ini sangatlah ramah ramah.
Namun, bagaimanapun juga Thantana harus pergi meninggalkan desa tersebut, guna menjalankan tugasnya untuk menyelamatkan dunianya dari kehancuran, yang ia sendiri tidak tau kapan pastinya datang.
Dengan berat hati Thantana, Kaiya dan Radif akhirnya pergi dari desa lembah kemuning. di iringi lambaian tangan dari orang orang desa yang tadi malam sempat menyambut kedatangan mereka. Saat mereka datang dengan membawa bocah kecil, anak dari salah satu warga desa itu yang mereka selamatkan.
Rasa terimakasih yang teramat sangat terpancar dari wajah kedua orang tua bocah kecil itu, sampai sampai suami istri itu memberi buah buahan serta beberapa makanan ringan untuk perbekalan Thantana, Kaiya dan Radif selama di perjalanan nanti. Sedang si anak yang tadi malam mereka selamatkan, menangis tersedu sedu dengan terus terusan memegangi tangan Kaiya, seakan tidak mau melepaskan Kaiya pergi dari situ.
Situasi haru itu membuat Thantana tidak tahan melihatnya, hingga ada sedikit air bening di matanya yang nyaris menetes, namun Thantana buru buru menghapusnya dan berbalik badan, lalu melangkah pergi duluan.
*****
Sementara itu di kerajaan Agraanila atau puncak angin, saat ini panglima Rashaun sedang menghadap raja dari kerajaan tersebut yaitu raja Daegal.
Panglima Rashaun, menghadap raja Daegal saat ini, sehubungan dengan tugas yang di berikan oleh rajanya tersebut, beberapa hari sebelumya. Mengenai pemeriksaan pasukannya atau prajuritnya, barangkali ada yang memiliki batu hitam.
Dirinya menghadap saat ini untuk melaporkan hasil dari pemeriksaan tersebut.
Selang beberapa saat kemudian, raja Daegal muncul dari dalam istana lalu duduk di singgasananya yang berada tepat di hadapan panglima Rashaun.
"Bagaimana panglima Rashaun...Apa yang kamu dapatkan?" ucap raja Daegal begitu dirinya sudah duduk di singgasana itu.
"Ampun paduka raja... hamba sudah memeriksa semua prajurit prajurit hamba satu persatu, dan hasilnya nihil paduka?" jawab panglima Rashaun dengan wajah tertunduk.
"Jadi maksudmu, tidak ada satupun di antara mereka yang memiliki batu hitam itu?" ucap raja Daegal.
"Benar paduka...! Tapi...?"
"Tapi apa Rashaun!" sela raja Daegal memotong ucapan dari panglima Rashaun.
"Begini paduka...Sepertinya, sebelumnya banyak dari prajurit kerajaan ini yang memiliki batu hitam tersebut? Sebab, beberapa saat sebelum hamba memeriksanya, banyak dari prajurit prajurit yang pergi dan menghilang, dan tidak kembali lagi ke kerajaan ini paduka? Dan hamba menebak mereka merekalah pemilik batu batu hitam tersebut?" jawab panglima Rashaun, memberikan penjelasannya.
"Hemmmm... jadi begitu?" gumam raja Daegal.
"Benar paduka..! Hanya yang hamba bingung, dari mana mereka tau bahwa akan ada pemeriksaan, sedangkan hamba tidak pernah bicara ataupun mengumumkannya?" kata panglima Rashaun lagi. Dan ini membuat raja Daegal sedikit terkejut dan mengerutkan keningnya.
"Benar juga katamu Rashaun..! Dari mana mereka mendapat informasi itu?" kata raja Daegal beberapa saat kemudian.
"Ampun sebelumnya paduka raja? Tapi hamba curiga, jika informasi ini bocor oleh seseorang yang paduka utus itu sendiri?" ucap panglima Rashaun dengan rasa takut jika rajanya akan marah.
"Maksud kamu paman itu?" kat raja Daegal.
"Bee... benar paduka?" jawab panglima Rashau sedikit tergagap.
Tidak lama setelah itu, raja Daegal memerintahkan salah satu pengawalnya untuk memanggil seseorang yang selama ini di panggil dengan sebutan paman oleh raja Daegal untuk segera menghadapnya.
Namun beberapa saat kemudian pengawal tersebut, datang dengan tergopoh gopoh dan melaporkan jika paman itu sudah tidak ada lagi di huniannya, bahkan kamar tidur paman tersebut telah bersih tanpa tertinggal satu barang pun.
"Bangsattttt....!" teriak raja Daegal dengan marahnya, sembari tangannya memukul sandaran singgasana bagian kanannya.
Menyaksikan rajanya marah, panglima Rashau serta beberapa pengawal yang berada di ruangan itu, tertunduk sangat dalam dan tidak berani bereaksi apa apa.
"Cari dan tangkap orang itu Rashaun!" ucap raja Daegal kemudian, terhadap panglima Rashaun. Dan membuat panglima Rashaun sedikit terkejut, namun segera menjawab "Siap paduka!". Kemudian panglima Rashaun undur diri dari hadapan raja Daegal dengan perasaan sedikit lega.
*****
Di luar kerajaan Agraanila, terlihat Thantana, Kaiya serta Radif sudah berada di depan gerbang benteng kerajaan tersebut. Mereka bertiga tengah berhadapan dengan penjaga penjaga pintu gerbang yang jumlahnya tidak hanya satu. Mereka bertiga cukup kesusahan untuk memasuki benteng tersebut, karena tidak adanya Izin atau tanda bahwa mereka adalah seorang utusan atau undangan.
Thantana beberapa kali memberi penjelasan terhadap penjaga penjaga tersebut, namun tetap saja mereka tidak percaya dengan penjelasan dari Thantana. Radif dan Kaiya juga beberapa kali mencoba membujuk para penjaga itu, tapi tetap saja hasilnya nihil.
Hal tersebut membuat Thantana sedikit marah, dan pada akhirnya, mau tidak mau Thantana mengeluarkan kekuatan cahayanya yang ia arahkan ke langit dengan mengucap.
"Svarnaaa..."
Bersamaan dengan ucapan itu, dari tangan Thantana keluar cahaya berwarna emas yang sangat menyilaukan memancar tinggi ke langit.
Semua penjaga yang berada di pintu gerbang itu, berlarian menjauh dari tempat mereka sebelumnya. Dan pada akhirnya mereka membiarkan Thantana, Radif dan Kaiya untuk memasuki gerbang itu. Serta membiarkan mereka bertiga masuk ke dalam istana kerajaan Agraanila untuk menghadap rajanya.
Sesampainya Thantana, Radif dan Kaiya di istana, mereka bertiga di tahan lagi oleh penjaga penjaga istana tersebut. Mereka bertiga bahkan ingin di tangkap oleh para penjaga karena di sangka sebagai penyusup. Namun tidak lama kemudian datang pangeran Zandru yang pada akhirnya mau mengantar mereka bertiga menghadap ayahandanya, setelah mendapat penjelasan dari Thantana.
Dan Tidak lama kemudian mereka bertiga beserta pangeran Zandru telah memasuki aula kerajaan. Kebetulan raja Daegal sedang berada di aula tersebut dan sedang duduk termenung sendirian.
"Ayahanda...?" sapa pangeran Zandru terhadap ayahnya, setelah berada di dalam aula itu.
Mendengar suara memanggilnya, raja Daegal tersadat dari lamunannya, lalu melihat ke arah Zandru serta Thantana, Radif dan Kaiya yang baru saja memasuki aula tersebut.
"Ada apa Nak, dan siapa mereka?" ucap raja Daegal beberapa saat kemudian.
"Mohon maaf Ayahanda... mereka mengaku membawa informasi yang sangat penting bagi kerjaan ini, sehingga Ananda membawa mereka menghadap Ayahanda?" jawab pangeran Zandru terhadap ayahnya.
"Heemmmm...!" gumam raja Daegal, mendengar penuturan dari Anandanya tersebut.
"Perkenalkan nama kalian, dan sampaikan informasi apa yang kalian bawa!" kata raja Daegal kepada Thantana, Kaiya dan Radif.
Setelah itu, Thantana memperkenalkan dirinya sendiri dan mengenalkan Kaiya serta Radif. Di lanjutkan dengan Thantana menceritakan mengenai batu Navavarna yang sedang ia cari, juga mengenai kemungkinan kemungkinan akan ada nya orang orang berkekuatan batu hitam yang bakal menjadi bencana di wilayah kerajaan Agraanila.
Sementara raja Daegal sendiri, mendengarkan cerita dari Thantana dengan raut wajah yang sedikit menegang, menandakan bahwa dirinya percaya dengan apa yang di sampaikan oleh Thantana....
****Bersambung*****