Vira Sita, seorang gadis yatim piatu yang sederhana, dijodohkan dengan Vito Hartawan — pewaris kaya raya — sebagai amanat terakhir sang kakek. Tapi di balik pernikahan itu, tersimpan niat jahat: Vito hanya menginginkan warisan. Ia membenci Vira dan berpura-pura mencintainya. Saat Vira hamil, rencana keji dijalankan — pemerkosaan, pengkhianatan, hingga kematian. Tapi jiwa Vira tidak pergi selamanya. Ia bangkit dalam tubuh seorang gadis muda bernama Raisa, pewaris keluarga Molan yang kaya raya, setelah koma selama satu tahun. Tanpa sepengetahuan siapa pun, Vira kini hidup kembali. Dengan wajah baru, kekuatan baru, dan keberanian yang tak tergoyahkan, ia bersumpah akan membalas dendam… satu per satu… tanpa ada yang tahu siapa dirinya sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Langit malam begitu tenang. Tapi di balik layar laptopnya, Raisa duduk dalam sunyi, jari-jarinya menari cepat di atas keyboard. Tak ada musik. Tak ada cahaya selain monitor. Hanya detik jam dan tarikan napas panjang yang menandai bahwa malam ini akan berbeda.
Dia sedang membuka kembali pintu yang selama ini ia tutup rapat
Sonia telah dipenjara atas kejahatan asuransi dan pemalsuan data, berkat Gavin dan Jordan. Tapi bagi Raisa, itu belum cukup.
Di balik semua skenario “Sonia si sepupu licik”, ada satu bayangan yang lebih gelap: Vito.
Nama itu masih menghantui mimpinya. Muncul seperti hantu dalam tatapan, tawa, dan malam-malam hening. Vito bukan sekadar suami Vira. Ia adalah eksekutor dari semua luka.
“Jika Sonia sanggup menyakiti dalam keadaan aku tak sadar, maka Vito sanggup membunuh dalam keadaan sadar penuh,” bisik Raisa.
Selama beberapa pekan, Raisa diam-diam menghubungi seorang temannya di jurusan teknik informatika, Kiko—mantan teman SMA yang dulu naksir berat padanya.
“Aku butuh bantu kamu ngakses CCTV lawas. Lokasinya rumah pribadi di Bandung. Rumah itu pernah ditempati suami-istri, tapi sekarang kosong.”
Kiko mengerutkan kening. “Raisa... kamu yakin? Ini pelanggaran berat.”
“Aku akan tanggung semuanya. Tapi yang kulakukan bukan kriminal—ini tentang... kebenaran yang harus muncul.”
Kiko akhirnya setuju. Ia membantu Raisa mengakses cloud backup dari sistem keamanan rumah milik keluarga Vito Ardhana.
File itu tersembunyi dalam folder bernama “ARSIP TUTUP”.
Raisa gemetar saat video itu dibuka.
Rekaman malam hari. Dalam cahaya lampu remang, tampak Sonia dan Vito berdiri di ruang tamu. Vira—sosok dirinya di masa lalu—duduk lemah di sofa, perutnya membesar.
Suara terdengar:
> Sonia: “Kalau kamu gak segera lakukan ini, Vito, warisan itu bisa jatuh ke anak yang dia kandung.”
Vito: “Gue gak pernah cinta dia, Son. Gue nikahin dia cuma buat kakek. Tapi dia hamil… ini jadi masalah.”
Sonia: “Biar gue yang kasih obatnya. Setelah itu, lu tinggal buang jasadnya. Gampang.”
Rekaman meloncat. Vira terkulai. darah di mana mana karena keguguran dan akhirnya Vira meregang nyawa
Raisa tak sanggup menonton sampai habis. Tapi ia menyalin seluruh file ke flashdisk dan hard drive eksternal.
Air matanya jatuh… tapi bukan karena kesedihan. Tapi karena kekuatan yang tumbuh dalam dirinya.
Malam itu juga, Raisa mengirimkan seluruh bukti:
Rekaman video,
Dokumen digital,
Data medis yang ia peroleh sebelumnya dari Reno
Dan salinan suara dari rekaman telepon lama yang pernah disadap oleh Jordan.
Semua dikirim dalam amplop tanpa nama ke dua tempat:
Kantor Polisi Krimsus
Kantor media nasional: Suara Nusantara
📺 Keesokan Harinya
Berita itu pecah bagai bom di pagi hari.
> 📢 BREAKING NEWS: Pewaris Ardhana Group Diduga Bunuh Istri dan Janin yang Dikandungnya. Video Bukti Ditemukan.
Di TV, Vito terlihat diborgol. Wajahnya hancur. Rambut acak. Di belakangnya, jaksa menyebutkan:
“Kami menemukan bukti kuat bahwa almarhumah Vira Sita adalah korban pembunuhan berencana. Tersangka utama: suaminya sendiri, Vito.”
Tak lama setelahnya, berita lanjutan muncul:
📢 Sonia Atmadja Dikenai Tuduhan Tambahan Atas Keterlibatan dalam Pembunuhan.
Raisa menonton semua itu sendirian di kamarnya. Tidak menangis. Tidak tertawa.
Hanya diam. Tenang. “Sudah. Selesai. Ini… untuk Vira. Untuk aku yang dulu.”
Mama mendekap Raisa erat ketika tahu semua itu. Tapi ia tidak bertanya dari mana semua bukti itu muncul.
Papa hanya menatap Raisa, lalu berkata, “Kamu tidak harus memberitahuku apa-apa. Tapi tahu ini, Raisa: Aku bangga punya anak perempuan sekuat kamu.”
Gavin dan Jordan hanya saling pandang—mereka tahu… itu pasti Raisa.
Giandra berkata pelan saat duduk di samping Raisa di balkon, “Kamu bisa mulai hidup tanpa bayangan sekarang, kan?”
Raisa hanya menjawab dengan senyuman kecil.
🧾 Catatan Malam
> Vito masuk penjara.
Sonia ikut terseret.
Tidak ada lagi suara tawa jahat. Tidak ada lagi wajah yang menatapku seperti barang.
Aku tidak ingin balas dendam.
Tapi aku ingin dunia tahu bahwa aku tidak bisa dibungkam.
Sekarang…
Saatnya hidup.
Untukku.
Bukan lagi sebagai bayangan orang mati.
Tapi sebagai gadis yang lahir kembali.
...----------------...
Seminggu telah berlalu sejak berita penangkapan Vito dan Sonia meledak di berbagai media nasional. Nama mereka menjadi sorotan, wajah mereka muncul di setiap layar kaca dan headline berita daring.
Tapi Raisa... tidak lagi merasa apa-apa.
Tidak takut. Tidak sedih. Tidak marah.
Karena untuk pertama kalinya dalam dua kehidupan yang berbeda—ia merasa damai.
---
“Kak Gavinnn!” seru Raisa sambil berlari di koridor rumah besar keluarga Molan.
Gavin, yang sedang duduk membaca jurnal medis, melirik tanpa mengangkat kepala. “Apa lagi?”
“Aku mau minta tandatangan untuk surat izin ke luar negeri!” kata Raisa sambil mengibas-ngibaskan amplop ke wajah sang kakak.
Reno muncul dari dapur, mengunyah roti tawar sambil berkata, “Ke luar negeri? Mau kabur dari kami ya?”
Jordan yang baru turun dari lantai dua sambil mengancingkan seragam polisi berseru, “Aku ikut! Aku bisa jadi bodyguard kamu!”
Raisa tertawa lepas. “Sstt! Aku diundang ke Milan, loh! Gala mode diundang langsung sama Reinald! Aku diminta presentasi desainku—yang Rebirth itu!”
Mama yang sedang menyiram tanaman langsung menoleh. “Milan? Sayang, itu hebat sekali!”
Papa mendekat dengan anggukan penuh bangga. “Kamu layak dapat kesempatan itu. Tapi kamu harus janji satu hal.”
“Apa, Pa?”
“Hidup untuk dirimu sendiri. Bukan lagi untuk rasa sakit yang sudah berlalu.”
---
Tiga hari setelah penangkapan Vito, Raisa menerima email resmi dari pihak Milan Fashion Council yang bekerja sama dengan Reinald, salah satu desainer muda berpengaruh dari Italia.
> “Dear Raisa Molan,
Kami mengundang Anda sebagai tamu kehormatan dan presenter muda dalam acara ‘Emerging Fashion Voices in Europe’.
Silakan membawa koleksi pribadi Anda.
Biaya dan akomodasi akan kami tanggung sepenuhnya.”
Raisa sempat terdiam. Jemarinya menggenggam surat itu erat.
Tawaran ini bukan hanya tentang fashion.
Tapi tentang langkah pertama menuju mimpi masa kecilnya: menjadi desainer dunia.
---
Dalam beberapa hari menjelang keberangkatannya ke Milan, Raisa menjalani hari-hari paling damai sepanjang hidupnya. Ia kembali ke kampus, bercanda bersama Rani dan Dara, yang kini jadi sahabat sejatinya.
“Jangan lupa oleh-oleh!” kata Dara sambil menaruh bando konyol di kepala Raisa.
“Bawa cowok Italia ganteng juga boleh,” tambah Rani iseng.
Raisa tertawa geli. “Kalian pikir aku mau pacaran? Aku baru pulih dari... segala kekacauan.”
Tapi saat ia menyendiri malam hari, membuka laptop dan melihat ulang desain-desainnya, Raisa sadar... hatinya mulai terbuka.
Bukan untuk cinta.
Tapi untuk kemungkinan.
---
✈️ Hari Keberangkatan
Pagi itu, di bandara, keluarga Molan ikut mengantar sampai ke gate internasional.
Giandra memeluk Raisa sambil mengusap mata. “Kalau kamu lihat cowok cakep, kasih tahu duluan ya, jangan disikat sendiri.”
Jordan menepuk bahu adiknya. “Jaga dirimu. Kamu gadis paling tangguh yang kukenal.”
Gavin menyelipkan sesuatu ke tas Raisa—flashdisk backup dari semua desainnya. “Kalau ada yang mau bajak ide kamu, lempar ini ke muka mereka.”
Papa dan Mama berdiri paling belakang.
Mama menggenggam tangan Raisa. “Kami tak pernah menyangka kamu akan tumbuh sekuat ini.”
Papa menambahkan dengan suara rendah, “Tapi sekarang, dunia akan tahu. Bahwa Raisa Andriana Molan... adalah nama yang tak bisa dipatahkan.”
Raisa mengangguk sambil menahan air mata.
“Terima kasih. Karena sudah percaya padaku… bahkan saat aku sendiri hampir lupa siapa diriku.”
---
Begitu tiba di Milan, Raisa disambut oleh tim Reinald. Ia dibawa ke apartemen sementara yang disediakan, lengkap dengan ruang kerja pribadi dan mini studio.
Hari pertamanya langsung dipenuhi pertemuan, pemotretan karya, dan briefing acara.
Tapi ada satu momen yang membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.
Saat Reinald menghampirinya di balkon studio, membawa dua cangkir kopi, dan berkata:
“Selamat datang di dunia yang akan kamu taklukkan, Raisa.”
Raisa tersenyum, menerimanya. “Dunia ini... belum tahu siapa aku. Tapi aku akan perkenalkan diri dengan cara paling indah: lewat kain dan benang.”
---
bersambung
krain raisa bkln jdoh sm reinald,scra ky ccok gt....tp trnyta ga....mngkn kli ni bnrn jdohnya raisa,scra kluarganya udh tau spa dia....
spa tu????clon pawangnya raisa kah????
wlau bgaimna pun,dia pst lbh ska tnggal d negri sndri....dkt dgn kluarga,dn bs mmbntu orng lain....kl mslh jdoh mh,srahkn sm yg d ats aja y.....
Smbgtttt.....
Hufftt....
jadi, berjuanglah walaupun dunia tidak memihakmu, macam thor, klw ada yg ingin menjatuhkan mu maka perlihatkan dengan karya mu yg lebih baik, semangaaaat thor/Determined//Determined/
ttp smngt...😘😘😘
aku udh mmpir lg,smpe ngebut bcanya....he....he....
smngttt.....😘😘😘