NovelToon NovelToon
Aku Bukan Penggantinya!

Aku Bukan Penggantinya!

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Ibu Pengganti / Cerai
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Banyak yang bilang orang baru akan kalah dengan orang lama. Nyatanya nasib Zema sangat berbeda.

Menikah dengan sahabat masa kecilnya justru membuat luka yang cukup dalam dan membuatnya sedikit trauma dengan pernikahan.

Dikhianati, dimanfaatkan dan dibuang membuat Zema akhirnya sadar. Terkadang orang yang dikenal lebih lama bisa saja kalah dengan orang baru yang hadir dihidup kita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Zema memanggil putrinya. Leora berlari mendekati Zema dan menatap bingung karena tak menemukan keberadaan Kenzie.

"Bunda ke mana?" tanya Leora sendu.

Hati Zema kembali tercabik mendengar kesedihan Leora karena kepergian Kenzie.

"Tante Kenzie harus pergi, ada pekerjaan—"

Leora menunduk sedih. Luthfi yang berada dibelakangnya mengusap kepala gadis itu lembut.

"Nanti kita pasti ketemu Bunda lagi," sambar Luthfi.

"Benarkah? Apa kali ini Bunda mau ketemu sama mamah? Apa mamah nyakitin Bunda hingga bunda pergi?" cecar Leora sembari menatap Zema tajam.

"Mamah menyakiti Bunda? Memang apa yang tante Kenzie katakan sama Ara, sampai Ara bilang begitu sama mamah?"

"Sudahlah Zem. Itukan cuma pikiran Ara. Kenzie pergi jadi dia pikir kamu berantem sama dia. Iya kan sayang?" sela Atta panik.

Meski kesal, tapi dia harus menahan diri di depan Zema agar tak semakin membuat istrinya itu murka.

Leora melengos. "Ara belum main sama Bunda biasanya Ara akan cerita banyak hal sama Bunda, tapi sekarang, setelah Bunda ketemu mamah, bunda bahkan lupa sama Ara. Ara benci mamah!" pekik Leora dan berlari keluar restoran di susul oleh Luthfi.

Saat Atta akan ikut mengejar, Zema langsung menghentikan langkah suaminya.

"Apa yang kau katakan pada anakku? Kau mencuci otaknya, dengan mengatakan jika aku wanita jahat yang menyakiti simpananmu?" sinis Zema yang tak lagi menutupi kemarahannya.

"Apa yang kau katakan? Simpanan siapa? Kenzie bukan simpananku!" elak Atta kesal.

"Benarkah? Kita lihat saja nanti. Jika aku mendapatkan bukti perselingkuhan kalian. Kau tahu, kau akan kehilangan banyak hal!"

"Satu lagi, aku akan pastikan apa saja yang telah kalian cekoki pada putriku, hingga membuat dia lebih memilih orang lain dari pada ibunya!"

"Kau ini bicara apa? Sejak tadi bicaramu ngawur saja Zem. Pikiranmu terlalu kotor—"

"Bukan aku yang terlalu kotor, tapi kau yang terlalu takut jika apa yang kukatakan itu benar!"

Zema meninggalkan Atta yang terdiam mematung.

Mereka sampai di rumah. Sejak tadi Luthfi yang dulunya banyak berbincang denganya kini malah terdiam. Suasana makin panas.

Luthfi yang mendengar pembicaraan mereka semakin merasa jika Zema memang tahu sesuatu.

"Zem, bisa kita bicara?" panggil Luthfi setelah mereka sampai.

"Aku kecewa padamu—" Zema berkata langsung yang segera menghentikan niat Luthfi untuk berbicara padanya.

"Kamu salah paham Zem. Kenzie bukan simpanan suamimu—" apa pun ucapan Luthfi tak digubris sama sekali oleh Zema.

"Aku ingin istirahat," elak Zema dan berlalu.

Baru sampai di kamarnya, tiba-tiba ponsel keduanya berdering.

Ternyata Sigit yang meneleponnya. "Mbak tolong keluar dari rumah," pintanya.

Tanpa banyak bicara, Zema segera mematuhi ucapan Sigit dan keluar dari rumah, meski tubuhnya terasa lelah, tapi dia tak ingin banyak bertanya.

Saat keluar dari kamar, dia berpapasan dengan Atta yang juga baru keluar dari kamarnya.

"Mau ke mana?" cecar Atta.

"Mau beli pembalut, kenapa?" jawab Zema langsung yang seketika itu membuat Atta lega.

"Apa kau butuh sesuatu?" tawar Zema yang tak ingin Atta curiga.

"Ngga, kamu mau naik apa? Motor?"

"Terus?"

"Ah, ngga papa, ya sudah ini sudah sore, hati-hati."

Zema berlalu dari sana dengan tergesa. Dia mengendarai motornya.

Setelah sampai di supermarket, Zema kembali menghubungi Sigit.

"Ada apa mas sigit?"

"Mbak tadi saya membaca pesan suami mbak dan sahabatnya. Ternyata mereka bahkan memantau mbak melalui CCTV. Aku sedang menyadap CCTV itu dan mendapatkan bukti tentang suami mbak membawa pulang Kenzie. Mbak tenang saja, bukti ini aman karena di dapatkan dari CCTV yang suami mbak sendiri pasang," jelas sigit.

Zema memejamkan mata menahan kesal. Mereka benar-benar keterlaluan. Pantas saja Atta keluar dari kamar dan mencurigainya. Ternyata suaminya itu mengawasinya selama ini.

Dalam hati dia bertanya di mana saja sang suami meletakkan kamera pengawas itu. Jangan sampai, Zema tak berani memikirkan hal itu.

"Mbak ada yang lebih serius lagi. Mereka sudah mulai bersiap jika mbak melawan. Mereka akan menggunakan orang tua atau kakak mbak untuk mengancam mbak."

"Besok kita bicarakan lagi Mas. Terima kasih atas kerja kerasnya." Zema terpaksa mengakhiri obrolan mereka sebab dirinya khawatir Atta curiga.

Zema segera membeli barang yang menjadi alasannya tadi keluar. Dia berpikir bisa jadi sang suami menanamkan pelacak juga di motornya.

Sepertinya dia harus mulai menggunakan kendaraan online untuk berpergian.

Benar saja, kecurigaan Atta terlihat makin jelas saat suaminya itu menunggunya di teras.

"Ada apa?" cecar Zema jengkel.

"Ngga papa. Aku pikir kamu keluar hanya untuk alasan saja," cecar Atta.

"Kau berpikir aku menemui lelaki lain?" sinis Zema.

"Kenapa kamu selalu bicara seperti itu. Berhenti curiga Zema!"

Zema mengabaikan suaminya dan berlalu ke dalam.

Sesampainya di kamar, Zema menahan napas. Sigit menjelaskan di mana saja Atta meletakkan kamera pengawas. Selain di kamarnya, ruang kerjanya Atta, kamar Zema dan kamar Leora. Suaminya itu juga meletakkannya di hampir seluruh ruangan kecuali kamar Bi Atma.

Bahkan di kamar mandinya juga lelaki bajingan itu meletakkan kamera pengawas. Untungnya sejak kecil dirinya selalu diajari mandi tak boleh bertelanjang bulat. Jadi selama ini dia mandi selalu memakai basahan.

Namun hatinya merasa perih karena perlakuan biadab mereka.

Atta benar-benar ingin mengguncang mentalnya.

Mereka makan malam dalam keheningan. Zema tak ingin banyak bicara meski terlihat Atta sering memancingnya bicara.

Selesai biacara, Atta seperti biasa akan membantu Leora belajar. Saat itulah Zema ke kamar Bi Atma untuk bicara dengan asisten rumah tangganya.

"Nyonya?" panggil Bi Atma gugup.

"Bibi tenang saja, aku sudah tahu semuanya. Bibi ada dipihakku atau Atta?" cecar Zema tajam.

Bi Atma meneteskan air mata, saat ini dia bersyukur majikannnya telah mengetahui kebusukan suaminya.

"Akhirnya nyonya tahu juga. Maafkan saya nyonya," lirih Bi Atma.

"Baik, aku anggap ucapan bibi saat ini membuktikan bibi ada dipihak saya. Mainkan peran bibi seperti biasa, jangan sampai Atta curiga."

Baru selesai bicara, ketukan di pintu kamar Bi Atma membuat mereka gugup. Atta memanggilnya.

"Bibi tenang saja, jangan gugup." Bi Atma bangkit dan membuka pintu kamarnya. Membuat Atta memicing melihat keberadaan Zema di kamar pembantu mereka.

"Kenapa kamu di sini Zem?" cecar Atta.

"Aku mau hitung-hitungan gaji Bi Atma, kenapa memang?"

"Kenapa di kamar?"

"Aku tadi manggil Bi Atma, ternyata dia malah nangis, jadi aku masuk buat bicara, kenapa sih? Kamu aneh banget, kaya ngga pernah lihat aku ke kamar bi Atma saja!" gerutu Zema kesal.

Untungnya hari itu memang hari gajian Bi Atma, jadi dia punya alasan untuk bicara dengan Bi Atma di kamarnya.

"Memang kenapa bibi menangis?"

"Emmm ...," jawab Bi Atma gugup.

Zema menghela napas. "Bi Atma mau pinjam uang. Cucunya di kampung mau sunat, anaknya perlu uang untuk mengadakan hajatan. Bi Atma ngga enak karena tiga bulan ini dia selalu meminjam uang," jelas Zema.

Atta menatap Bi Atma mencari kejujuran dari pembantunya itu.

"Tapi Bi Atma ngga pulang kan?"

"I-itu,"

"Dia mau izin pulang, jadi kamu punya uang buat Bi Atma pinjam? Aku benar-benar kehabisan uang. Seharusnya Bi Atma bilang sebelum aku ke Bali."

Atma yang tak tahu menahu rencana majikannya hanya diam dan menjawab dengan terbata-bata.

Atta yang di tembak uang oleh Zema jelas merasa panik.

"A-aku uang dari mana? Kamu tahu gajiku di kantor kecil. Apalagi baru kemarin aku bayar uang semesteran Jiny."

"Terus gimana? Aku bisa pinjami Bi Atma, tapi kita ngga bisa nyewa pembantu Infal, uangku ngga ada," keluh Zema.

"Ya sudah, kamu belum harus kembali ke Semarangkan?"

"Besok aku harus kembali."

Meski terlihat kecewa, tapi Zema bisa melihat senyum samar suaminya.

Kau akan membawa selingkuhanmu ke rumah bukan Ta? Nikmatilah, bisa jadi itu hal terakhir yang akan kau rasakan.

.

.

.

Lanjut

1
November
laanjut
aulia13
tidak bosan di baca karna alur cerita yang tidak berbalik belit
Lia
keren
Triutama Bdg
alur ceritanya bagus
Triutama Bdg
lanjut thor semangat yah nulisnya
Triutama Bdg: yah gitu zem sat set dan tepat
total 1 replies
Hafizah Aressha R
lnjutt k..
jgn lma* up nya y k
Merryati Sakoi koi
lanjutanx kapan ,,,LBH suka sprt ini crtx
Adinda
semangat Thor
Anggun Sriwahyuni
terlalu lama up thor jadi lupa alur critanya
Thea_noni
Alhamdulillah... akhirnya up
terimakasih Thor ...
makin seru dan bikin penasaran ceritanya.
semangat buat up lagi ya Thor ...💪
Anggun Sriwahyuni
dobel up thor?
Arga Putri Kediri
ayo Thor sat set q suka
dwinita adriani
jd penasaran
Thea_noni
baru awal ceritanya dah bikin naik darah.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!