NovelToon NovelToon
Gadis Jalanan Pewaris Mahkota

Gadis Jalanan Pewaris Mahkota

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kim Yuna

Setelah terusir dari rumah dan nyaris menjadi korban kebejatan ayah tirinya, Lisa terpaksa hidup di jalanan, berjuang mati-matian demi bertahan.

Ketika kehormatannya terancam, takdir mempertemukannya dengan Javier Maxim, CEO muda nan arogan, yang muncul sebagai penyelamat tak terduga.

Namun, kebaikan Javier tak datang cuma-cuma. "Tuan bisa menjadikan saya pelayan Anda," tawar Lisa putus asa.

Javier hanya menyeringai, "Pelayanku sudah banyak. Aku hanya memerlukan istri, tapi jangan berharap cinta dariku."

Dan begitulah, sebuah pernikahan kontrak pun dimulai. Sebuah ikatan tanpa cinta, yang hanya berfungsi sebagai kunci bagi Javier untuk mengklaim warisannya. Namun, seiring waktu, pesona dan kecantikan Lisa perlahan menyentuh hati sang CEO.

Seiring kebersamaan mereka, sebuah rahasia besar terkuak: Lisa bukanlah wanita sembarangan, melainkan pewaris tersembunyi dari keluarga yang tak kalah terpandang.

Mampukah cinta sejati bersemi di tengah perjanjian tanpa hati ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Banyang-banyang menyakitkan

Malam itu, Lisa duduk kembali di ruang kerjanya, amplop cokelat yang sempat ia sembunyikan kini tergeletak di atas meja. Ia sudah berulang kali menatap setiap foto, mencoba menemukan petunjuk—bayangan, pantulan, apapun. Tapi nihil.

Sampai akhirnya... matanya menangkap sesuatu.

Di salah satu foto—yang menunjukkan dirinya sedang duduk di trotoar—ada pantulan samar di kaca toko tua di seberang jalan. Bayangan seseorang. Mengenakan hoodie gelap dan memegang ponsel.

Deg.

Lisa memperbesar gambar itu di layar komputer setelah memindainya. Gambar memang buram, tapi ada sesuatu yang aneh. Pose tangan, tinggi tubuh… ia seperti mengenal siluet itu.

“Tidak mungkin...” gumamnya.

"Bagas."

Ayah tirinya, ayah yang selalu melecehkan nya saat ibu tidak ada di rumah. Tapi pertanyaan dari mana laki-laki tahu ia berada di sini.

Apakah laki-laki itu di bayar oleh Angelina atau Keyra?

Semua pertanyaan itu berputar di kepalanya.

Lisa terduduk di depan layar dengan tangan gemetar. Pandangannya terpaku pada pantulan samar yang ia yakini sebagai Bagas—ayah tiri yang paling ingin ia lupakan.

Dia kembali.

Pertanyaannya hanya satu, mengapa sekarang?

Lisa menggigit bibirnya, mencoba menenangkan diri. Tapi rasa takut itu terlalu akrab. Seperti luka lama yang kembali terbuka tajam, menyedihkan.

Bagas.

Nama itu saja cukup membuat tubuh Lisa menggigil. Tak hanya karena ingatan, tapi karena trauma yang belum pernah benar-benar sembuh. Luka itu terlalu dalam, terlalu membekas. Tak ada tempat yang cukup aman jika orang itu masih hidup dan sekarang, bahkan mendekatinya lagi.

Tangannya terulur pelan, menyentuh sudut foto dengan gemetar. Dan seolah film lama diputar ulang, pikirannya terseret kembali ke malam terkutuk itu.

Tidak hanya malam itu, bahkan malam sebelumnya saat pertama kalinya mereka hanya berdua saja di rumah dan ibunya tidak ada di rumah.

Lisa menutup matanya.

Dan dalam gelap itu, semua kembali datang.

Kilasan itu begitu nyata. Bau kamar pengap, lampu redup, suara televisi menyala pelan di ruang tengah. Lisa yang waktu itu masih remaja belasan tahun baru saja pulang sekolah. Baju seragamnya masih kusut, tas masih tergantung di bahu. Ia tahu ibunya sedang tidak di rumah. Pergi menunggui nenek di rumah sakit. Dan saat itulah, Bagas menghampiri.

Langkahnya berat. Napasnya bau alkohol.

“Sendirian, Lis?” katanya kala itu, suara rendah yang membuat bulu kuduk berdiri.

Lisa menelan ludah, ingin berlari ke kamar. Tapi tangan Bagas lebih cepat, mencengkeram lengannya. Kuat.

“Aku cuma mau ngobrol. Duduk sini, temani Ayah.”

Bukan ayah. Kau bukan ayahku.

Tapi Lisa terlalu takut untuk bersuara.

Waktu terasa begitu lambat. Bagas duduk dekat sekali di sampingnya. Menatapnya. Menyentuh pundaknya. Lisa masih ingat bau kulitnya, kasar suara napasnya, cara matanya menatap penuh nafsu, dan senyum sinisnya ketika ia menangis.

Dan malam itu, ketika Lisa berhasil mengunci diri di kamar dan menyumpal telinganya dengan bantal berharap dunia menghilang.

Lisa membuka mata dengan cepat, napas tersengal.

Tubuhnya menggigil. Ia menarik selimut dari kursi, membungkus dirinya meski ruangan tidak sedingin itu. Tapi dingin dalam dirinya tak berasal dari suhu ruangan. Itu dingin dari trauma beku, menyiksa.

Lisa bahkan tidak bisa meminta perlindungan pada ibunya, karena ibunya begitu mencintai suaminya. Pernah berpikir untuk pergi dari rumah tapi Lisa sama sekali tidak tega meninggalkan ibunya dengan lelaki br*ngs*k itu sampai malam dimana ibunya sendiri justru yang mengusirnya.

☘️

Apartemen kecil di lantai lima gedung tua itu sepi. Hanya suara detak jam dan desingan kipas angin yang rusak menggema. Cahaya dari layar laptop menyinari wajah seorang pria kurus, matanya cekung, rambut awut-awutan.

Di samping laptopnya, amplop cokelat tersisa beberapa, identik dengan yang dikirimkan ke rumah Lisa.

Bagas.

Pria itu menyeringai pelan saat melihat layar. Beberapa foto Lisa terpampang. Ia memperbesar satu per satu, menatap dengan mata liar. Ada kebanggaan, juga kebencian yang menggelegak dalam diam.

Ia menyalakan rokok, menghisap dalam-dalam, lalu meniupkan asap ke langit-langit kamar. Tangannya mengambil ponsel butut dari meja. Ia membuka galeri, memperlihatkan foto-foto Lisa dalam posisi yang berbeda—di trotoar, saat sedang menangis, saat terduduk sendirian di malam gelap.

“Masih lemah seperti dulu,” gumamnya rendah.

Lalu ia membuka pesan singkat yang telah ia kirim dari akun anonim ke media sosial Lisa. Kalimat ancaman yang tak bernada emosi. Hanya satu tujuan membuat Lisa gentar. Membuatnya kembali kecil.

Tapi... Bagas tidak sendiri.

Di balik punggungnya, duduk seorang perempuan—berdandan rapi, dengan rambut panjang disanggul ketat dan mata licik yang menatap ke arah layar dengan penuh kepuasan. Dia mengambil satu amplop lagi, memasukkan satu foto Lisa yang belum dikirim, lalu menuliskan tangan sendiri:

“Langkah berikutnya akan lebih menyakitkan.”

Angelina.

Wanita itu meletakkan pena dengan tenang, lalu berdiri dan berjalan mendekati Bagas.

“Kau melakukannya dengan baik,” ujarnya lembut tapi dingin.

Bagas menyeringai, matanya berkilat.

“Dia akan segera meledak dari dalam. Tak butuh banyak waktu.”

Angelina melipat tangan di dada. “Bagus. Tapi jangan berlebihan dulu. Kita perlu Lisa tetap berada di dalam rumah itu setidaknya sampai kontrak warisan Javier benar-benar disahkan.” Ia menatap tajam.

“Kau tahu apa yang harus kau lakukan jika dia mulai berontak.”

Bagas mengangguk.

Angelina berbalik, mengambil ponselnya, menelepon seseorang. Suaranya datar.

“Keyra, tahap satu selesai. Dia mulai goyah.”

Terdengar suara tawa pelan dari seberang. Keyra.

Angelina menutup telepon, lalu menatap Bagas lagi. “Kau pikir dia akan bertahan?”

Bagas membuang abu rokok. “Dia bukan anak kecil lagi. Tapi trauma itu masih di sana. Aku bisa lihat dari sorot matanya.”

Angelina tersenyum tipis. “Dan kita akan pakai luka itu untuk menekuknya.”

Tak ada yang tahu bahwa semua ini sudah direncanakan lama.

Angelina tidak hanya ingin Javier jatuh. Dia ingin menghancurkan pondasi paling rapuh dari pria itu—perempuan yang kini ia lindungi. Lisa.

Karena dalam setiap luka Lisa ada kunci untuk menjatuhkan Javier.

Dan bagi Angelina, harta warisan keluarga Maxim hanyalah awal dari balas dendam yang jauh lebih besar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Reaz
/CoolGuy//CoolGuy//CoolGuy/
yuniati sri
saya sangat mengapresiasi tulisan anda sangat berkesan
yuniati sri: lanjut thor, semangat 45
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!