NovelToon NovelToon
LIKU-LIKU SANG MANTAN

LIKU-LIKU SANG MANTAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Noveria

Setelah kekasihnya Reino memilih menikahi wanita lain, Niara mencoba keluar dari patah hatinya dengan segenggam harapan cinta yang di berikan Ridwan seorang duda dua anak.
Setelah Niara mulai terbiasa mencintai Ridwan, Reino datang dan mengaku melakukan nikah paksa karena sebuah perjanjian yang dilakukannya dengan ibunya. Dengan harapan, setelah satu tahun menikah, dia akan bercerai lalu bisa kembali kepada Niara. Sayangnya, Niara sudah mengubur rasa cinta itu. Dia memulai menata hati dan kehidupan barunya dengan pernikahan yang akan dilaksanakan sebentar lagi.
Di hari pernikahannya dengan Ridwan, Reino datang dengan membawa tragedi berdarah yang tidak pernah di bayangkan oleh Niara. Salah seorang anak tirinya dibunuh oleh Reino tepat di depan matanya. Tak sampai disitu, untuk bisa kembali dengan Niara, Reino selalu menerornya dan menculik Niara. Rasa cinta Reino yang berlebihan, menyiksa hari-hari Niara.

Yuk, ikuti kelanjutannya!
like, coment, subscribe ❤️

🍁stay tuned

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16

Setelah kecupan yang berlangsung hanya beberapa detik, membuat kami tersipu. Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain. Tidak ada pembicaraan setelah itu. Pak Ridwan meneguk Anggur hingga tak tersisa di gelas. Sedang aku berpura-pura sibuk mengirim pesan kepada Vira. Kami berdua seperti pemula yang baru pertama kali saling berciuman. Aku masih tersipu malu, sedikit melirik ke arah Pak Ridwan yang sesekali juga diam-diam melihatku. Kemudian saat aku balik menatapnya, dia langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain. Aku menahan senyum melihat tingkahnya.

BAB 16 ( Rindu )

“Ayo, aku antar pulang!” Pak Ridwan bangkit dan berjalan mendahuluiku.

‘astaga dia yang menciumku duluan, kenapa aku jadi yang kelihatan bersalah,’ gumamku lirih, mengikuti langkahnya ke arah garasi. Langkah kami tidak seperti sebelumnya berdampingan, Pak Ridwan seakan memberi jarak. Aku pun semakin memperkecil langkahku. Menatap punggungnya dari belakang, dengan kaos ketat yang dia kenakan, yang belum pernah aku lihat. Aku bisa menerawang punggung lebar dan otot-otot di punggung dan tangannya. Terlihat menggairahkan. Aku melebarkan telapak tanganku, seakan dari kejauhan aku bisa menyentuh punggungnya.

Aaaaaa..

Aku menggila, teriak dalam batin. ‘Niara, sadar, sadar!’ aku menepuk keningku berulang kali. Baru juga di c*um beberapa detik, pikiran ini sudah melayang kemana-mana. Aku merasa berlebihan mengharapkan sesuatu yang seharusnya tidak terbesit di pikiranku.

“Kamu mau disini atau pulang!” Pak Ridwan berteriak dari kejauhan. Aku bergegas berlari ke arahnya.

“Jadi pulang nggak?” tanya Pak Ridwan, membukakan pintu mobil untukku. Aku mengangguk, menunduk tak berani menatapnya.

Perjalanan menuju ke kosku terasa lama sekali, padahal jaraknya hanya 4 km dari rumah Pak Ridwan. Apalagi hanya ada keheningan saja diantara kami. ‘seharusnya dia minta maafkan, menciumku tanpa bertanya. Kenapa situasinya jadi dingin begini,’ batinku, sesekali melirik ke arahnya.

Tiba di depan Kos ku. Entah kenapa aku tak langsung keluar dari mobil. Aku seperti menunggu sesuatu hal dari Pak Ridwan. Harusnya kata maaf yang aku terima, jadi kami tidak ada rasa canggung lagi. Tapi, sepertinya Pak Ridwan memilih diam, aku jadi bingung sendiri dengan sikapnya.

“Besok aku ada kerjaan di Surabaya 3 hari,” ucap Pak Ridwan memecah keheningan.

“Em, kamu sudah katakan itu dari tadi sore,” balasku.

“Ah, aku lupa sudah bilang. Em..” Pak Ridwan tampak kebingungan memilih kata-kata. Aku merapikan kemejaku dan hendak keluar dari mobil.

“Kamu mau aku carikan sopir buat antar jemput kamu?” tanya Pak Ridwan.

“Nggak usah, aku bisa naik taksi.” jawabku keluar dari mobilnya.

Aku berjalan perlahan menuju tempat kosku. Dan aku mendengar suara mobilnya pergi beberapa menit kemudian. Aku membalikkan badan dan menatap mobil Pak Ridwan dari kejauhan hingga menghilang dari pandanganku.

Aku mendengus kesal, dan langsung mempercepat langkah kakiku masuk ke kamar kos. Melempar tasku di sofa, dan langsung merebahkan diri di atas tempat tidur. Perasaanku campur aduk saat ini. “maksudnya apa coba, dia menc*umku lalu diam seribu bahasa,” gerutuku kesal, meninju gulingku berulang kali. “bukankah biasanya kalau mencium orang yang di cinta itu langsung semakin hangat perilaku, ini malah semakin dingin.” Argggg…

Aku menggigit ujung kain di bantal. Meluapkan kekesalanku padanya. Aku mengecek berulang kali ponselku. Bahkan satu pesan pun tidak ada darinya. “Katanya menyukaiku, bilang selamat istirahat atau apa gitu,” aku mengomeli ponselku seperti orang tidak waras. Seakan aku sekarang mengharapkan lebih darinya. Hanya karena bibir kami telah bersentuhan.

Aku uring-uringan di atas tempat tidur, mengguling kesana kemari, seperti orang bodoh yang mengharapkan sesuatu yang bahkan logikaku menolak.

Setelah hampir satu jam an, bersikap sint*ng dan lelah. Aku akhirnya memilih mandi dengan air hangat. Aku berendam di dalam bathtub, memejamkan mataku sejenak sambil mengelus tanganku dengan sabun. Namun, wajah Pak Ridwan lagi, lagi terbesit. Wajahnya, bibirnya, punggungnya seakan menghantui pikiranku. Mandiku jadi tak tenang, aku bergegas membilas lalu memakai handuk.

Aku menatap diriku di depan cermin, bayangan Pak Ridwan seakan hadir dan memelukku dari belakang. Aku menepuk pipiku dengan keras berulang kali hingga kesakitan sendiri. Rasanya jari-jariku tak sabaran untuk mengirim pesan dan memaki sikap Pak Ridwan. Namun, lagi dan lagi niatku aku urungkan. Aku merasa tidak percaya diri. Akhirnya aku menelan kekecewaan itu sendirian.

Aku tak bisa tidur, insomnia meradang hanya karena c*uman yang tidak jelas itu.

Pagi ini dunia terasa sepi. Entahlah, mungkin aku mengkiaskan hal itu secara berlebihan. Padahal terik mataharinya sama seperti pagi-pagi sebelumnya.

Aku pergi naik taksi menuju ke Pabrik. Melamun selama perjalanan, menatap wajahku dari kaca jendela mobil.

Sampai di Pabrik pun, mataku berkeliaran mencari hal yang tidak jelas. Mendongak, menatap jendela ruang Pak Ridwan yang gelap dari kejauhan. Mondar-mandir tak jelas melewati ruangannya yang jelas-jelas kosong.

Berulang kali mengecek ponsel, juga masih sama. Tidak ada notifikasi pesan satupun dari Pak Ridwan. Padahal dia sudah izin pergi luar kota selama 3 hari, tetapi rasanya aku masih tidak percaya saja.

Hati yang sebelumnya beberapa hari lalu terisi, kini kosong dan hampa lagi. Aku mendesah kesal, tidak bersemangat bekerja. ‘aku tidak merindukannya, kan?’ aku masih mencoba mengelak.

Satu hari, dua hari. Langkahku menjadi sangat berat berangkat bekerja. Biasanya akulah yang paling bersemangat. Berteriak-teriak di line produksi, agar mencapai target produksi harian.

“Kamu sakit, Ra?” tanya Vira yang datang mendekat. Aku hanya diam dan menggelengkan kepala.

“Aneh sekali,” gumam Vira, menyentuh keningku. Memastikan suhu tubuhku normal.

‘Apa aku harus menelponnya dulu?’

‘Ah, bagaimana kalau dia sibuk,’

Hati dan logika ku bertengkar hebat untuk pertama kalinya.

“Eh, eh duren udah pulang,” celetuk temanku. Duren singkatan dari duda keren.

Aku yang berada di bawah ruang produksi melihat kehadiran Pak Ridwan yang sedang berjalan berdampingan dengan beberapa buyer. Baru 2 hari, tapi sudah menampakkan diri.

“Tambah cakep banget, duren kita. Astaga, kenapa ya kalau dia baru pulang luar kota tuh auranya beda. Kaya fresh gitu,” celetuk temanku yang lainnya.

“Mungkin di Surabaya ada pacarnya kali, jadi tiap luar kota bersemangat, pulang fresh,” jawab yang lainnya. Aku hanya diam, menggigit jari.

‘Apa benar?’ aku bertanya dalam hati tentang ucapan yang di lontarkan teman-temanku. ‘pantas dia tidak mengirim pesan,’ gumamku lirih.

Aku yang mendengar pernyataan yang belum pasti kebenarannya itu merasa sangat patah hati. Aku berjalan pergi, menuju ruang kerjaku di atas. Kakiku seakan lemas untuk menaiki tangga.

Aku duduk di kursi ruang kerja dengan semangat yang pupus. Pak Ridwan dan buyer lainnya melewati ruang kerjaku. Aku menatapnya dari kaca jendela ruanganku yang tembus pandang. Dia tampak sibuk.

Aku mengotak-atik pena di meja, menatap tumpukan kertas yang membosankan di depanku.

Pintu ruangan kerjaku terbuka, aku terkejut dan langsung mendongak.

“Nanti pulang tunggu di mobil dulu,” ucap Pak Ridwan yang melempar kunci mobil ke arahku. Aku kelabakan menangkapnya. Setelah itu dia menutup pintu ruanganku dan pergi lagi.

Aku tersenyum tipis menatap kunci mobil yang ada di tangan.

1
Abu Yub
mampir thor.
Sop cakar Ayam.
Sop Ayam daging
Drezzlle: oke nanti ya
total 1 replies
**plyrc.ai(Junho wifey):v**@❤️
aku tahu Reino itu obses banget, toxic banget. tapi jujur aja, aku nangis.

gak bisa, hati kecilku terluka. selamat Thor, 5 bunga untuk mu:)

hiks hiks hiks T_T
iqbal nasution
make it happen
Drezzlle: makasih kak udah mampir
total 1 replies
**plyrc.ai(Junho wifey):v**@❤️
jangan......
Drezzlle: mati aja biar end cepet /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Drezzlle: mati aja biar end cepet /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 3 replies
**plyrc.ai(Junho wifey):v**@❤️
wehhh sadar Naira. makin ancur dong, syang!!!

aku perlu gerbang dimensi!
🌞Oma Yeni💝💞
🌹🌹🌹obat galau /Shame/
Drezzlle: pelukan adalah obat galau
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
resiko kesalahan masa lalu /Sleep/
Drezzlle: namanya juga dulu belum bisa bedain antara bego dan cinta oma
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
si pelaku masih belum diketahui
🌞Oma Yeni💝💞
ihhh,, si reino gak sehat juga rupanya
Drezzlle: /Smile/ makasih sudah mampir
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
nambah lagi capeknya nih
Drezzlle: namanya juga nikah sama duda oma
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
reino juga ngapain nyari terus sih
🌞Oma Yeni💝💞
ketahuan deh
iqiww
jangan lupa mampir kak
iqiww
mantap kak
iqiww
baru baca 1 bab dlu kak hehe
Drezzlle: makasih ya, nanti kesana agak siang
total 1 replies
iqbal nasution
puebi bagus ya kak...
iqbal nasution
kalo autornya cewek, selera duda seperti pak ridwan
🌞Oma Yeni💝💞: trus klu cwok sukanya janda /Facepalm//Shame/
Drezzlle: kok tahu tempe? /Shy/
total 2 replies
The first child
Aku hadir lagi thor..
mampir juga ya..
Drezzlle: thank you
total 1 replies
Dwalkii
bales kunjungan nih kak/Proud/
**plyrc.ai(Junho wifey):v**@❤️
aku berharap aarav benar-benar anak Ridwan dan niara...
nie kalok ternyata sampai anak si cowok itu, ku bakar rumah sakitnya!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!