NovelToon NovelToon
Malam Saat Ayahku Mati

Malam Saat Ayahku Mati

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Aulia risti

Di dunia tempat kepercayaan bisa menjadi kutukan, Izara terjebak dalam permainan kelam yang tak pernah ia pilih. Gadis biasa yang tak tahu-menahu tentang urusan gelap ayahnya, mendadak menjadi buruan pria paling berbahaya di dunia bawah tanah—Kael.
Kael bukan sekadar mafia. Ia adalah badai dalam wujud manusia, dingin, bengis, dan nyaris tak punya nurani.

Bagi dunia, dia adalah penguasa bayangan. Namun di balik mata tajamnya, tersembunyi luka yang tak pernah sembuh—dan Izara, tanpa sadar, menyentuh bagian itu.

Ia menculiknya. Menyiksanya. Menggenggam tubuh lemah Izara dalam genggaman kekuasaan dan kemarahan. Tapi setiap jerit dan tatapan melawan dari gadis itu, justru memecah sisi dirinya yang sudah lama terkubur. Izara ingin membenci. Kael ingin menghancurkan. Tapi takdir punya caranya sendiri.

Pertanyaannya bukan lagi siapa yang akan menang.
Melainkan... siapa yang akan bertahan.
Karena terkadang, musuh terbesarmu bukan orang di hadapanmu—melainkan perasaanmu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia risti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yang tak terucap

Perasaan aneh apa ini, mengapa dirinya merasa marah saat melihat Kai berdekatan dengan Izara.

• • •

Langit sore mendung, dan suara gerimis samar terdengar dari ventilasi tua di sudut ruangan. Cahaya lampu redup menggantung di atas meja besi panjang yang dipenuhi dokumen, foto, dan peta. Kael berdiri membelakangi pintu, kedua tangannya bersilang di dada.

Langkah tergesa terdengar di lorong.

Pintu terbuka cepat.

“Bos.”

Seorang pria bertubuh kekar masuk, napasnya berat. “Kami sudah menemukan jejaknya.”

Kael tak menoleh. “Moreno?”

“Ya.Dia masih di kota ini. Di Distrik Selatan, dekat dermaga lama.”

Kael mengangguk pelan, lalu menoleh. Tatapannya tajam.

“Sendirian?” tanyanya pelan.

“Tidak. Dia bersama satu pria bertopeng. Identitas belum diketahui. Tapi kami yakin ini bukan pertemuan biasa. Ada transaksi yang akan terjadi.”

Kael diam sejenak. Matanya menatap tembok, tapi pikirannya melayang ke masa lalu.

Suara tawa gadis itu di kepalanya masih jelas. Begitu pula suara tembakan malam itu.

“Aku hampir membunuh orang yang salah karena nya,” gumam Kael, entah pada siapa.

"Jadi apa yang akan kita lakukan tuan? Target sudah ditemui apa kita perlu menyerbunya malam ini?" Ujar salah satu anak buahnya.

“Tidak,” ucap Kael akhirnya. Suaranya tenang, namun tajam.

“Kita tidak bergerak malam ini.”

Anak buahnya terlihat heran. “Tapi Tuan… ini kesempatan terbaik kita. Lokasi terbuka. Sedikit pengawal.”

“Dan kau pikir Moreno sebodoh itu?” Kael menoleh. Tatapannya menghantam langsung ke arah Martez.

“Dia memang tampak lengah, tapi dia tidak pernah benar-benar sendiri. Dan kita tidak tahu siapa yang bersamanya sekarang.”

“Tapi—”

“Diam.”

Suara Kael datar. Tapi cukup untuk membuat anak buahnya itu terdiam.

“Kematian bukan hukuman untuk pria seperti Moreno.”

Suara Kael menggantung di udara seperti pedang yang belum jatuh.

Martez menelan ludah, lalu bertanya, “Lalu, apa rencananya, Tuan?”

Kael berjalan pelan menuju meja kaca di tengah ruangan. Ia menarik peta digital, lalu mengaktifkan beberapa titik koordinat di layarnya.

“Kita biarkan saja dulu. Aku tidak ingin gegabah seperti sebelumnya. Kau hanya perlu memantau pergerakan mereka, dan berikan setiap detailnya padaku.”

"Baik tuan, saya akan laksanakan."

Martez membalikkan badan, hendak melangkah keluar, tapi langkahnya tertahan saat mendengar suara Kael kembali.

“Satu lagi.”

Martez menoleh.

Kael menatap ke jendela sempit yang menghadap ke langit mendung di luar.

“Awasi Izara. Jaga dia, dari jauh. Pastikan dia aman.. dan tidak tersentuh oleh semua ini.”

Mertez mengangguk.

Martez mengangguk. “Baik, Tuan.”

Tapi Kael belum selesai bicara. Suaranya terdengar lebih pelan—nyaris seperti gumaman.

“Dan... jika kau melihat Kai terlalu sering berada di dekatnya…”

Ia terdiam sejenak, rahangnya mengeras.

“…laporkan padaku.”

Martez menatap bosnya, ragu. “Kai? Bukankah dia—”

“Lakukan saja.”

Kael menunduk sebentar, seolah menahan sesuatu di dadanya. Perasaan aneh itu datang lagi. Sebuah amarah yang tak sepenuhnya bisa ia mengerti.

Kenapa saat Kai menyentuh Izara, dadanya terasa sesak?

Kenapa matanya tak bisa berpaling saat mereka tertawa?

Dan kenapa ada bagian dalam dirinya... yang ingin menyeret Izara pergi dari semua orang—terutama dari Kai?

Kael memejamkan matanya sejenak. Tarikan napasnya berat. Dingin.

“Apa ini…” bisiknya pada dirinya sendiri. “Kenapa aku merasa seperti ini?”

• • •

Di sisi lain, Izara masih belum sepenuhnya percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Tangannya perlahan menyentuh perutnya yang masih rata.

"Apa yang harus kulakukan... Dia tidak boleh tahu," gumamnya lirih, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

TOK!.. TOK!!

Kai mengetuk pintu kamar Izara. Gadis itu menoleh, tak lama kemudian kai terlihat masuk membawa nampan berisi makanan.

"Makanlah.. Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi setidaknya jangan biarkan perutmu kosong." Seperti biasa kai selalu baik dan perhatian.

Izara mengangguk, dia meriah nampan itu menyantap makanan hingga habis, entahlah dirinya memang sangat lapar sekarang. Setelah selesai Izara meneguk minuman dan beralih menatap kai yang masih terjaga didepannya.

"Sudah?" Tanya kai.

Izara mengangguk.

Beberapa saat suasana nampak canggung, sebelum akhirnya Izara membuka suara.

"Apa kau menyukaiku?" Kata Izara tiba-tiba, tentu saja membuat kai terkejut.

"Ak-u...."

"Jujurlah, Saya ingin tahu..."

Kai mengangguk pelan, "sudah lama, bahkan sebelum kau bertemu dengan kael.." katanya.

Izara sedikit terkejut, "Apa..."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!