Aku Bukan Simpanan, Tapi Istri Yang Disembunyikan

Tasyakuran 7 bulanan Sasha mendadak ricuh karena keadaan sang artis. Saat acara inti belum dimulai, tapi Sasha yang saat itu tiba-tiba pendarahan membuat mau tidak mau harus segera dibubarkan.

Sherly panik, meminta Adnan untuk segera menggendong Sasha menuju mobil. Tapi pria itu bergeming, seolah tidak peduli dengan keadaan Istrinya.

"Ahh... Sakit..." Teriak Sasha tapi lama kelamaan suara itu menghilang. Sasha pingsan sebelum sempat digendong.

"Adnan... Kamu ini apa-apaan, Istri kamu kesakitan tapi kamu bersikap cuek seperti tidak punya rasa sayang." Marah Nyonya Diana.

"Mama pasti tidak akan bicara seperti itu setelah tahu kebenarannya." Jawab Adnan cuek lalu pergi.

"Dasar kurang ajar!" Papanya Sasha yang bernama Sandi Abigail marah.

Tapi Adnan benar-benar tidak peduli, bahkan pria itu menuju parkiran untuk pulang ke Apartemennya. Karena sejak pisah rumah dengan Sasha, Adnan juga tidak pulang ke rumah kedua orang tuanya. Malas selalu mendengarkan omelan Mamanya yang hanya tahu mendapatkan uang.

Tidak ingin menunda membawa Sasha ke rumah sakit karena Adnan. Kini di depan ruang UGD semua orang sedang menunggu kabar dari Sherly tentang apa yang sebenarnya telah terjadi pada Sasha.

"Kenapa bisa Sasha pendarahan, padahal dia sedang tidak melakukan pekerjaan. Apalagi kata Sherly, perut Sasha teraba keras." Bisik Nyonya Diana.

"Papa juga tidak tahu, tapi semoga cucu dan menantu kita dalam keadaan sehat tidak ada masalah serius." Jawab Tuan Aksa.

Tapi setelah menunggu hampir sejam, Sherly keluar dengan tatapan nanar. Terlihat jelas jejak air mata, membuat semua orang yang menunggu saling menatap dengan pandangan curiga.

"Ada apa?" Tanya Nyonya Santi.

"Papa... Mama... Om... Tante... Mari ikut aku sebentar ke ruanganku. Ada hal yang ingin aku bicarakan terkait keadaan Sasha." Ucap Sherly sambil menghapus air matanya.

"Ada apa dengan keadaan Adikmu, kamu bikin kami semua penasaran." Tuan Sandi terlihat tidak sabar.

Tapi, Sherly abai dan terus melanjutkan langkahnya menuju ke ruangannya.

"Silahkan duduk." Ucap Sherly lalu menatap satu persatu orang tua di hadapannya dengan mata sayu.

"Aku tidak tahu, apa yang di pikirkan Sasha..." Ucap Sherly, semua orang tidak menyela justru menunggu dengan sabar kelanjutan kalimatnya.

"Bayi Sasha, tidak bisa ditolong. Karena sejak awal kandungannya lemah dan seharusnya tidak boleh sering..."

Braakkk...

"Pasti Adnan sudah keterlaluan, menggauli istri yang sedang hamil setiap hari." Marah Tuan Sandi.

"Pa... Apa Papa lupa, jika anak kita sudah pisah rumah sejak 3 bulan yang lalu." Ucap Nyonya Santi membuat kedua orang tua Adnan tidak percaya.

"Pisah rumah? Sejak 3 bulan? Apa maksudnya?" Tanya Tuan Aksa.

"Ya, Adnan keluar dari rumah setelah pertengkaran terakhirnya dengan Sasha. Waktu itu Sasha juga habis pendarahan, dan seperti hari ini diagnosa Sherly karena bayinya terlalu mendapatkan goncangan." Jujur Nyonya Santi.

"Jika seperti itu? Seharusnya bayi itu tidak mungkin sampai tiada. Karena Adnan sudah tidak menyentuhnya beberapa bulan." Sahut Nyonya Diana.

"Pa... Ma... Om... Tante... Aku harus jujur, meskipun ini berita yang sangat menyakitkan dan membuatku syok saat di meja operasi. Sasha, terindikasi terkena virus HIV. Penyebab terjadinya pendarahan, dan seharusnya bayi Sasha sudah bisa dilahirkan karena memang usianya 9 bulan. Bayinya laki-laki, tapi virus jahat itu sudah mengambil nyawanya."

Isak tangis Sherly tak kuasa dia tahan, terasa begitu menyesakkan. Sementara retakan tak kasat mata terjadi dalam hati Nyonya Diana. Menantu yang dia banggakan, bahkan setelah berhasil menyingkirkan menantu pertamanya justru sebuah tikaman menusuk jantungnya.

Bayi Sasha usianya 9 bulan, padahal dia menjebak putranya sendiri baru 7 bulan yang lalu.

"Jadi, Sasha membohongi kami semua? Anak itu bukan milik Adnan? Astaga ternyata aku yang terlihat bodoh di mata Sasha. Hahaha..."

Nyonya Diana tertawa tapi matanya mengeluarkan air mata. Rasanya sakit!

"Maaf, kami juga tidak tahu. Sasha tidak pernah bicara terbuka. Dia hanya mengatakan telah hamil, dan itu benih milik Adnan."

"Bukankah malam itu Anda sendiri yang menjebak Adnan dengan Sasha. Saya memaklumi, menerimanya, karena mengingat jika Sasha sangat mencintai Adnan. Membiarkan semua kendali keluarga Baskara yang ambil, demi kebahagiaan Sasha. Jadi, saya tidak tahu jika justru malam itu sebenarnya Sasha lebih dulu hamil yang entah dengan siapa." Ucap Nyonya Santi.

"Lantas apa benar, selama 3 bulan ini Sasha masih berhubungan badan dengan seorang pria? Penyebab pendarahan selain adanya virus HIV?" Tiba-tiba pertanyaan Tuan Aksa membuat Sherly menatap semakin sendu.

"Maaf... Tapi saya juga tidak tahu, jejak sperma milik siapa. Ada banyak dan bahkan baru. Mungkin dilakukan sebelum acara berlangsung."

Braakkk...

"Dasar Jalang! Baiklah mungkin hubungan ini cukup sampai di sini. Saya akan meminta Adnan menceraikan Sasha. Ayo Ma, kita pulang." Ucap Tuan Aksa marah.

Tuan Sandi memegang dadanya, merasa sakit ketika tahu pernikahan kedua Putrinya harus gagal karena perselingkuhan. Bukan sebagai korban, justru pelaku. Mirisnya sama saat keadaan hamil.

Sekelebat bayangan masa lalu melintas di otak tua Tuan Sandi. Saat dia berselingkuh dengan mantan kekasihnya, yang sampai sekarang masih berhubungan tanpa diketahui Istri SAHnya. Bahkan dari Istri simpanannya itu, Tuan Sandi mendapatkan satu Putra. Anak yang usianya hampir sama dengan Sasha itu tinggal di luar kota bersama istri keduanya.

Sementara itu, di sebuah rumah super mewah dan sangat luas. Dania menatap sekeliling dengan takjub, rumah ini bukan sebagai mahar. Tapi pemberian Agastya untuk Dania yang sudah atas nama Dania. Sedangkan mahar pernikahan, Agastya memberikan 25% saham di Perusahaan miliknya. Perusahaan yang dibangun dengan kerja keras Agastya mulai dari nol.

Sedangkan Perusahaan Keluarga Wijaya sendiri, sudah lama bangkrut karena Papa Agastya yang bernama Agus Wijaya telah tertipu oleh sahabatnya sendiri. Dengan kata lain, kehidupan keluarga Wijaya ada di tangan Agastya.

"Apa dia tidak merasa rugi, memberikan banyak untuk wanita sepertiku. Apa yang sebenarnya dia inginkan, tidak mungkin kan kalau mencintaiku."

"Tapi bodo amat, yang penting sertifikat rumah sudah atas namaku. Saham perusahaan juga seperempat milikku. Besok aku ikut kerja dengannya, sebagai Sekretaris tanpa boleh membocorkan statusku yang sebenarnya adalah Istrinya. Aneh tapi nyata, dan lucunya wajahnya kaku kayak kanebo kering." Ucap Dania lalu mulai memasuki kamar yang ukurannya paling besar.

Di rumah mewah yang lain, Agastya yang baru datang langsung diserbu anak-anaknya yang rindu karena 3 bulan tidak bertemu.

"Papa kenapa pergi lama sekali, aku rindu." Ucap anak sulung Agastya yang bernama Shireen Wijaya.

"Mama juga katanya rindu, kenapa Papa dan Mama tidak rujuk saja dan kita tinggal bersama."