Angel hidup dengan dendam yang membara. Kakaknya ditemukan tewas mengenaskan, dan semua bukti mengarah pada satu nama
Daren Arsenio, pria berbahaya yang juga merupakan saudara tiri dari Ken, kekasih Angel yang begitu mencintainya.
bagaimana jadinya jika ternyata Pembunuh kakaknya bukan Daren, melainkan Pria yang selama ini diam-diam terobsesi padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
panggilan ke rumah besar
"Aku akan pulang dulu ke mansion ayah. jaga dirimu baik-baik. Kabari aku secepatnya kalau ada hal yang mencurigakan! " saat ini ken sedang memakai kembali jas hitamnya dan angel hanya diam duduk di ranjang memperhatikan setiap gerak ken. ia tersenyum manis menatap wajah tampan Ken. mulut manisnya terus berbicara dari tadi, pesan -pesan yang sering ia dengar ketika ken hendak pergi.
"Angel.. " panggil ken pelan saat angel tidak merespon ucapannya. kekasihnya itu malah seny senyum sendiri sambil memperhatikan dirinya.
"angel.. " panggilnya lagi. namun masih tidak ada respon.
"Angel." panggil Ken dengan suara yang lebih keras. Akhirnya Angel tersadar dari lamunannya,
"iya sayang? " jawab angel lembut.
"Ada apa? " tanya Ken dengan penasaran. sebelah is angel terangkat.
"ada apa kenapa? " tanya angel balik. ia tidak mengerti dengan maksud dari pertanyaan Ken. memangnya ada apa? ia kenapa? perasaan tidak ada apa-apa.
Ken mendekat dan mencubit pipi angel dengan gemas. "Dari tadi aku panggil panggil tapi kamu tidak menyahut sama sekali. "
"Ahhh maafkan aku. aku sedikit melamun ken. " jawab angel sambil tersenyum manis.
"ada yang menganggu pikiranmu? "
raut wajahnya ken berubah menjadi serius penuh kekhawatiran.
"tidak ada ken. Aku hanya beruntung sekali memiliki sosok kekasih yang sempurna sepeti kamu Lihatlah wajah tampan ini, entah sudah keberapa kalinya aku terpesona dan terjerumus lebih dalam. " Ken tersenyum lebar mendengar pengakuan dari angel, kedua telinganya memerah karena salah tingkah. di perutnya seolah ada kupu-kupu yang beterbangan membuat rasa bahagia itu membuncah.
"Jangan memujimu seperti itu sayang. aku bisa terbang sampai ke langit ketujuh. "
Ken tertawa terbahak-bahak, di balik sikap dingin Ken tersimpan hal yang sangat menggemaskan seperti ini. Bagaimna ia tidak jatuh cinta pada sosok pria yang ada di hadapannya ini?
"pergilah ken! ini sudah sangat larut. Jangan sampai ibu negara keluarga Arsenio menjadi marah. "
Wajah ken yang semula penuh kebahagiaan tiba-tiba berubah menjadi datar. tatapannya kembali dingin seperti biasanya.
Angel yang menyadari itu mengusap lengan ken pelan " kendalikan diri kamu sayang! Aku disini dan akan selalu mendukungmu apapun yang terjadi. " Nada suara angel terdengar begitu lembut di telinga Ken. suara yang sudah menemaninya selama 13 tahun terakhir ini. Suara pemilik hatinya.
"Baiklah . aku pergi dulu. jaga dirimu baik-baik. Aku akan kabari lagi nanti. " Ken tersenyum lembut dan mengecup kening angel.
Angel mengangguk dan mengantar Ken sampai ke depan pintu.
"Hati-hati sayang. " ucap angel setengah berteriak. dia melambaikan tangannya saat pintu lift perlahan mulai tertutup.
Setelah memastikan Ken pergi Angel menutup pintu apartemennya dengan keras.
Brakk..
Mata hitam angel menyorot dengan tajam, lehernya menegang dengan kedua tangan yang terkepal erat menampilkan urat-urat halus.
"de Castello. " Gumamnya dengan suara rendah namun tajam
"ternyata bukan hanya anaknya saja yang membawa masalah dan menghancurkan kehidupan orang lain, tetapi ibunya juga sama.
Benar kata pribahasa buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Ibu dan anak sama-sama pembawa kehancuran. " Angel tersenyum sinis, di otaknya sudah terputar berbagai macam rencana untuk menghancurkan Daren dari dalam, dan ia akan pastikan ia hancur, sehancur-hancurnya hingga lebih memilih mati dari pada melanjutkan hidupnya.
"Tunggu tanggal mainnya Tuan Daren de Castello".
***
Daren mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Berharap agar segera sampai di mansion Arsenio dan menyelesaikan urusannya disana.
sejujurnya dia merasa aneh, tidak biasanya sang ibu memanggil mereka dalam waktu yang tidak di rencanakan. ia yakin suatu hal yang memang sangat penting dan tidak bisa di tunda.
"Ckk.. menyebalkan sekali. " ucapnya dengan datar.
Tak membutuhkan waktu lama Daren sudah sampai di mansion Arsenio. Namun ia mengernyitkan dahinya saat melihat dua mpbil asing terparkir di halaman mansion Arsenio.
"siapa mereka?" Tanya daren dalam pikirannya.
entah kenapa firasatnya menjadi tidak enak, perasaan menyesal telah datang keansion ini tiba-tiba menyeruak memenuhi rongga dadanya.
"siapa yang bertamu malam-malam seperti ini? " Tanyanya pada diri sendiri.
Akhirnya dengan langkah enggan Daren memaksa kakinya untuk masuk ke dalam mansion.
"Selamat malam tuan. selamat datang. " dua orang pelayan menyambut dirinya saat di pintu utama. Daren hanya mengangguk dan terus berjalan ke ruang utama.
Matanya menyapu sekeliling ruangan, di sana ayah tirin dan ibunya duduk berdampingan di sofa lalu sebelah sang ibu ada Aluna istri dari Daren. mereka sedang berbincang dan tertawa pelan bersama satu orang gadis dan dua orang paruh baya yang ia yakini ibu dari sang gadis itu.
Renata menyadari kehadiran putranya, ia memanggil Daren dengan sedikit berteriak.
"Daren, kamu sudah datang. kemarilah! " Renata tersenyum lebar menyambut kedatangan sang putra. Semua orang di ruang utama memandang ke arah Daren namun Daren tidak mempedulikan hal itu. ia melangkah dengan tenang lalu duduk di sofa dengan raut wajahnya datarnya.
**
Ken mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. sesungguhnya dia sangat malas berkunjung ke mansion utama, selain tidak ingin melihat wajah ibu tirinya dia juga malas mendengar ocehan ocehan yang tidak bermutu apalagi saat ini dia tidak membawa istri pajangan itu ke mansion. Lebih baik dia menghabiskan waktu bersama Angel daripada harus bertemu dengan orang-orang yang bermuka dua.
"jika bukan karena ibu dan angel aku tidak suka berpura -pura bersikap baik pada mereka. " gumamnya pelan.
Matanya memang fokus pada jalanan tapi tidak dengan pikiran dan hatinya yang sedang berperang. sudah tak terhitung berapa ratus kali ia menguntit ibu tiri dan anaknya namun tidak ada hasil yang memuaskan.
sudah ia lakukan berbagai banyak cara untuk menjebak ibu tirinya tapi entah kenapa wanita tua itu selalu lolos tanpa meninggalkan bukti.
"shitt." ken memukul setir dengan keras, menumpahkan segala emosi di dadanya.
Ken berusaha mengatur napas saat jalanan di depannya sudah memasuki wilayah komplek mansion Arsenio. Menormalkan raut wajahnya agar terlihat tenang.
Tanpa membunyikan klakson, dua penjaga di depan gerbang yang sudah mengenali mobilnya langsung membukakan pintu dan menunduk hormat.
Jarak dari pintu gerbang ke pintu utama mansion lumayan jauh, memberi ken kesempatan untuk meredam segala amarah di hatinya.
Ia memarkirkan mobilnya dengan asal, lalu keluar dan membanting pintu dengan kasar menimbulkan bunyi bedebum yang cukup keras.
Ia melirik sekelilingnya, tidak ada siapapun di pintu utama mansion, namun sudah ada tiga mobil mewah lain yang terparkir sebelum dirinya. ia mengenali salah satunya itu adalah mobil kakak tirinya, Daren de Castello. Lalu dua mobil lainnya ia sendiri tidak tahu itu milik siapa.
Tidak berniat memikirkan hal itu, ken segera melangkah masuk. semakin cepat ia menyelesaikan urusannya disini semakin cepat pula ia kembali ke apartemen Angel.
Ken melangkah cepat menuju ruang jtama tanpa mempedulikan sapaan dari beberapa pelayan.
Ken menatap tidak suka ke arah ibu tiri dan wanita di sampingnya. Aluna, wanita yang berstatus sebagai istri di kertas itu ternyata ada disini.
"Ada apa ayah? kenapa memanggil ku kemari? " Tanya Ken tanpa basa basi setelah sampai di ruang utama dan mendudukan bokongnya di sopan.
"Ken kamu sudah datang. bagaimana perjalananmu tadi? " Tanya Renata dengan suara lembutnya. senyum manis tersungging di bibir wanita paruh baya itu. Namun ken tidak menanggapi sapaannya. ia malah tersenyum sinis dan berkata dengan sarkas.
" Perjalanan yang sangat buruk. karena aku tidak suka dengan tujuannya. " jawab ken dengan datar.
Liam menatap putranya dengan tatapan tajam. "Ken jaga sopan santunmu! " ucap Liam dengan tegas.
Ken hanya diam tidak mempedulikan ayahnya.
"Ada apa? " Tanyanya lagi.
"Daren akan segera menikah. "