Saat tragedi mengambil jiwanya, Syifa menemukan dirinya yang masuk ke dunia novel sebagai seorang antagonis yang secara obsesif mengejar protagonist pria bahkan berencana untuk menghancurkan hubungannya dengan sang kekasih.
Pada akhirnya dia akan mati terbunuh karna alur itu, oleh sebab itu untuk menghindarinya, dia selalu menghindari pria itu.
Namun bagaimana jika tiba-tiba alurnya berubah, pria itu malah memperhatikannya..
"Tidak! ini tidak ada dalam plot!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Di tengah kehebohan tante Desy dan ibunya yang mulai memilih barang lagi, tanpa sadar Kayden sudah berdiri di ambang pintu.
Dia berdiri, diam dan membeku, sehingga ketika semua menyadarinya, adegan penuh tawa dan ribut itu langsung mati dalam sekejap.
Syifa refleks menoleh dan wajahnya langsung berubah menjadi kesal.
Tante Desy yang tadinya tertawa lepas spontan bangkit, “Eh, Kayden! Kamu gak ngumpul bareng temen-temen kamu?"
Setahu tante Desy, anak sulungnya langsung bergabung dengan teman satu kampusnya begitu acara inti selesai dan menyisakan acara ramah tamah.
Kayden tidak menjawab. Tatapannya hanya terkunci pada satu titik, yaitu tas nude elegan yang masih berada di pangkuan Syifa.
Tatapannya turun perlahan lalu naik lagi seolah mengunci mata Syifa seperti sedang memaksa perempuan itu untuk menjelaskan sesuatu.
Syifa langsung memeluk tas itu seperti sedang memeluk bom yang siap meledak.
'Urusan dendam kita nanti dulu.. jangan ganggu harta gratis yang aku dapatkan hari ini!'
“A-aku..”
Kayden mengalihkan pandangannya ke ibunya.
“Mom, apa ini?” suaranya tenang. Terlalu tenang. Jenis ketenangan yang bikin bulu kuduk Syifa berdiri.
Tante Desy mengibas rambutnya ringan.
“Ganti rugi, dong. Kamu kemarin bikin anak orang celaka. Masa nggak tanggung jawab sedikit pun?”
Kayden mendesah pendek.
“Ma, kita sudah bahas..”
“Udah, udah!” potong ibunya cepat. “Kamu tinggal terima kasih. Lagi pula Syifa suka kan, Sayang?”
Syifa menganggukkan kepala namun ekspresinya masih datar saat menatap Kayden.
Kayden mendekat tiga langkah.
Jarak yang tadinya aman, berubah menjadi zona bahaya.
Dia berhenti tepat di depan Syifa.
“Syifa.”
Hanya memanggil nama. Tapi suara dan cara dia mengucapkannya sangat tenang, rendah, namun berbahaya, itu membuat jantung Syifa serasa memukul tulang rusuknya dari dalam.
“Tante Desy bener, lagian kamu juga yang bikin aku celaka” gumam Syifa cepat, meski sebenarnya dia tidak tahu apa yang mau dijelaskan karna dia tidak tahu persis bagaimana kecelakaan itu terjadi.
Namun jika di pikir ulang, bukankah Syifa yang ceroboh? menyebrang dengan tergesa padahal lampu sudah berubah menjadi merah?
'Heh diem gak thor! Cewek selalu benar ya!'
Kembali lagi pada Kayden yang kini tengah menatap tas itu sekali lagi.
“Kamu mau itu?” tanyanya pelan.
Suasananya jadi aneh karna pria itu terdengar tidak marah.. ada sesuatu yang lain di nada suaranya.
'Loh loh.. harusnya kamu marah dong.. Benci aku yang masih nyari perhatian mama kamu plis!!
“Ehem.. jujur aja tadi aku nolak.. tapi mama kamu maksa dan barang ini bagus.. sayang banget kalau di tolak, kan?,” jawab Syifa dengan pede.
Tante Desy memutar bola mata.
“Astaga Kayden. Kamu kenapa sih?, emang udah biasa juga mama kasih sesuatu ke Syifa, kenapa sekarang kamu ikut campur?"
Kayden tertawa pelan, memang betul, selama ini dia selalu cuek meski ibunya selalu bersama Syifa, tapi entah mengapa hari ini dia merasa ada yang aneh dengan wanita itu.
Tadi pagi membentak dan memarahinya, lalu malamnya kembali mendekati ibunya.
“Kalau kamu nggak mau lagi berhubungan dengan saya..” Kayden menunduk sedikit, wajahnya sejajar dengan wajah Syifa, “..kenapa kamu kelihatan susah melepaskannya?”
DEG.
Kayden mengangkat sebelah alis dan wajahnya penuh dengan senyum remeh ketika ekspresi Syifa berubah kesal dengan wajah memerah.
'Ternyata dia nyebelin! Kenapa Syifa bisa tahan sama kesombongan pria ini?!'