Semesta Animers yang damai, dikelola oleh lima kerajaan berdaulat yang dipimpin oleh sahabat karib, kini terancam oleh serangkaian insiden sepele di perbatasan yang memicu krisis sosial. Para pemimpin harus bertemu dalam pertemuan puncak penuh ketegangan untuk menyelesaikan konflik politik dan membuktikan apakah ikatan persahabatan mereka masih cukup kuat untuk menyelamatkan Semesta Animers dari kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Attack of the Red-Haired Siblings
Jauh di tempat yang tidak diketahui, di kedalaman jantung Istana Iblis, sebuah pemandangan mengerikan sedang terjadi. Darah iblis mewarnai dinding batu obsidian, dan jeritan kesakitan menjadi musik latar bagi dua penyusup brutal.
Dua kakak beradik berambut merah itu bergerak seperti bayangan. Mereka telah berhasil melumpuhkan Raja Iblis dan kini membersihkan sisa-sisa pengikutnya dengan keahlian yang mengerikan, jauh dari pertarungan gentleman yang biasa dilakukan para Raja di Semesta Animers.
Sang Kakak (berambut pendek) berdiri dengan tenang, memegang Katana curian itu. Katana itu sendiri tampak memancarkan aura merah tua yang berbahaya. Setiap langkah dan ayunannya sangat terukur dan efisien. Wajahnya yang cantik dan tenang sama sekali tidak menunjukkan emosi, hanya fokus dingin untuk mengakhiri perlawanan.
"Kurangi teriakanmu," ujar Sang Kakak datar, sambil menebas dua penjaga Iblis dengan gerakan tunggal.
Sang Adik (berambut ponytail), yang bergerak jauh lebih cepat dan bersemangat, terkekeh gembira sambil menghindari serangan tombak Iblis. Ia menggunakan pedangnya sendiri—yang juga mematikan—untuk merobek-robek musuh.
"Tapi ini seru, Kak!" balas Sang Adik, suaranya dipenuhi kegembiraan yang hampir tidak waras. Ia jauh lebih bersemangat dan brutal dalam tindakannya, menikmati setiap tetes darah Iblis yang tumpah. "Kita sudah berhasil mengambil Katana-nya, kini saatnya kita uji batasan kita!"
Mereka berdua adalah kekuatan penghancur yang tak terhentikan. Mereka bukan pahlawan yang mulia; mereka adalah pemburu yang lihai dan dingin, yang berani mengusik sarang Iblis demi sebilah senjata yang mematikan. Istana Iblis yang seharusnya menjadi benteng terkuat kini menjadi neraka pribadi bagi para penghuninya, berkat kehadiran dua wanita berambut merah yang nekat ini.
.
.
.
Pembasmian sisa-sisa Iblis terus berlangsung. Di tengah suara senjata beradu dan jeritan keputusasaan musuh, kedua kakak beradik itu justru mengobrol santai seolah mereka sedang berjalan-jalan di taman.
"Jangan terlalu jauh, Adik," tegur Sang Kakak (berambut pendek) dengan nada tenang, sambil menangkis serangan Demon lapis baja menggunakan Katana curian. Katana itu bergetar, seolah bersemangat. "Kita tidak perlu membersihkan seluruh istana. Kita hanya perlu mencapai Portal Utama."
"Ayolah, Kak! Ini menyenangkan!" balas Sang Adik (berambut ponytail) dengan suara ceria. Ia melompat tinggi, menghindari serangan, dan menusuk Iblis tepat di titik kelemahannya. "Kapan lagi kita bisa beraksi sebrutal ini tanpa ada Raja sombong yang mengganggu?"
Sang Kakak menghela napas. "Tujuan kita jelas: menutup portal Iblis itu. Intensitas summoning kali ini sudah kelewat batas, berbeda dengan biasanya. Jika portal ini terus memuntahkan Iblis sebanyak ini ke Semesta Animers, kerajaan-kerajaan tidak akan bertahan lama."
Sang Adik, meskipun bersemangat, mengangguk setuju dengan nada serius. "Ya, memang terasa lebih banyak, Kak. Aku bisa merasakan energi dari portal itu semakin kuat, seperti seseorang sengaja memutar tuasnya hingga batas maksimal."
Mereka terus bergerak maju, bertarung dalam sinkronisasi sempurna, didorong oleh satu tujuan: menghentikan banjir Iblis yang mengancam dunia. Katana di tangan Sang Kakak adalah kunci—atau mungkin pelatuk—untuk menyelesaikan tugas berbahaya tersebut.
.
.
.
Mereka melompat mundur setelah serangan gabungan yang melenyapkan beberapa Demon sekaligus. Sang Adik menatap ke arah inti istana, di mana energi gelap terasa paling pekat.
"Ini yang membuatku kesal, Kak," ujar Sang Adik, wajahnya yang bersemangat kini sedikit mengerut karena frustrasi. "Siapa yang punya kekuatan, atau bahkan ide gila, untuk membuka Gate of Darkness lebih lebar dari sebelumnya? Biasanya hanya ada sedikit kebocoran energi, bukan seperti ini!"
Sang Kakak menendang Demon yang tergeletak di lantai, memastikannya tidak bergerak lagi. Matanya menyipit penuh perhitungan.
"Itu pertanyaan yang harus kita jawab setelah kita menutupnya," jawab Sang Kakak dengan tenang. "Entah itu Raja Iblis yang punya sekutu baru, atau seseorang dari Semesta Animers sendiri yang merusak perisai dimensi. Mengingat jumlah summoning ini, kita berurusan dengan kekuatan yang sangat besar, dan berani."
Sang Adik mendengus, kembali bersemangat untuk bertarung. "Baiklah! Kalau begitu, kita harus cepat. Aku penasaran, siapa yang akan kita temukan di balik 'Tuas' raksasa itu!"
.
.
.
Pembersihan brutal di dalam Istana Iblis terus berlangsung, namun dengan sentuhan visual yang mengerikan sekaligus memukau. Kedua kakak beradik itu bertarung dengan menggunakan kemampuan inti mereka: Manipulasi Darah (Blood Manipulation), sebuah sihir yang kuat dan terlarang.
Sang Kakak (berambut pendek) bertarung dengan keindahan yang fatalistik. Ketika ia mengayunkan Katananya, darah Iblis yang tumpah tidak jatuh ke lantai, melainkan langsung diatur oleh sihirnya. Darah itu membentuk pola-pola rumit di udara, mekar menjadi pusaran indah yang menyerupai bunga Higanbana—merah menyala, melambangkan kematian yang tenang. Efek ini menambah aura keanggunan dan kedinginan dalam setiap serangannya yang mematikan.
Sementara itu, Sang Adik (berambut ponytail) menunjukkan sisi blood magic yang lebih liar. Dengan energi dan kegembiraan yang meluap, ia mengendalikan darah Iblis dalam volume besar. Setiap tebasan pedangnya menghasilkan semburan darah yang segera ia ubah menjadi proyektil tajam yang menghujani musuh dari segala arah, menciptakan efek visual hujan darah (blood rain). Suasana di sekelilingnya terasa lebih intens, mencerminkan semangatnya yang berapi-api.
Keindahan mematikan dari bunga Higanbana milik Sang Kakak berpadu dengan kegilaan hujan darah milik Sang Adik. Mereka berdua, dengan kekuatan yang dihiasi pemandangan sureal yang mengerikan, bergerak semakin dekat ke inti portal, meninggalkan jejak pemusnahan yang luar biasa di belakang mereka.
.
.
.
Mereka terus mendesak maju, menaiki lantai demi lantai yang kini basah oleh darah, hingga akhirnya tiba di lantai paling atas istana. Di sana, sebuah gerbang raksasa berwarna obsidian berdiri tegak, memancarkan energi gelap yang sangat kuat—jelas ini adalah akses menuju Portal Utama.
Tepat saat mereka tiba, segerombolan besar Iblis lapis baja mengejar mereka dari bawah.
Sang Adik (berambut ponytail) tidak panik. Ia menghentakkan kakinya, dan dengan desisan energi yang mengerikan, ia mengeluarkan sisa darah Iblis di sekitarnya dan memanipulasinya menjadi tembok darah yang tebal dan memuakkan.
Tembok itu segera menghalangi gerbang, berdenyut pelan. Saat Iblis-Iblis yang mengejar menyentuh permukaan tembok yang mematikan itu, mereka seketika meleleh. Darah Iblis itu langsung dilahap dan dijadikan energi pertahanan oleh tembok yang dibangun Sang Adik.
"Baiklah, Kak! Penutup belakang aman!" seru Sang Adik dengan nada lega.
Sang Kakak (berambut pendek) mengamati gerbang raksasa itu dengan mata tajam, sambil memegang Katana curian. Ekspresinya yang tenang kini menunjukkan kebingungan yang nyata.
"Ruangan ini," gumam Sang Kakak, menunjuk ke sekitar mereka. "Kita sudah pernah menyusup ke istana ini tahun lalu. Sejak kapan ada ruangan ini? Dan gerbang raksasa ini?"
Sang Adik ikut mengamati dinding dan langit-langit yang terlihat baru. "Aku juga tidak ingat ada akses ini, Kak. Ruangan ini terasa baru, seperti... baru saja selesai dibangun. Entah Raja Iblis itu membangunnya sangat cepat, atau ruangan ini dibuka oleh kekuatan eksternal yang tidak kita ketahui."
Keduanya menyadari bahwa keberadaan ruangan dan gerbang yang tiba-tiba ini adalah bukti paling nyata bahwa ada sesuatu yang besar dan baru sedang terjadi di dunia Iblis, berhubungan langsung dengan Gate of Darkness yang melebar.