Kirana Aulia, seorang asisten junior yang melarikan diri dari tekanan ibu tirinya yang kejam, tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan pahit, ia hamil setelah insiden satu malam dengan CEO tempatnya bekerja, Arjuna Mahesa.
Sementara Kirana berjuang menghadapi kehamilan sendirian, Arjuna sedang didesak keras oleh orang tuanya untuk segera menikah. Untuk mengatasi masalahnya, Arjuna menawarkan Kirana pernikahan kontrak selama dua tahun.
Kirana awalnya menolak mentah-mentah demi melindungi dirinya dan bayinya dari sandiwara. Penolakannya memicu amarah Arjuna, yang kemudian memindahkannya ke kantor pusat sebagai Asisten Pribadi di bawah pengawasan ketat, sambil memberikan tekanan kerja yang luar biasa.
Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!
IG : @Lala_Syalala13
FB : @Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala
JADWAL UPLOAD BAB:
• 06.00 wib
• 09.00 wib
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IKSP BAB 33_Akhir dari Kontrak
Ciuman itu memutus napas Kirana. Itu bukan lagi ciuman sandiwara, tetapi ciuman yang memuat semua emosi yang telah mereka tahan selama berbulan-bulan ketegangan, kehangatan, perlindungan, dan cinta yang tumbuh diam-diam.
Ketika Arjuna melepaskan Kirana, ia menatap mata Kirana dengan intensitas yang melucuti semua pertahanan.
"Ulangi apa yang kamu katakan tadi," bisik Arjuna, suaranya serak dan menuntut.
Kirana, meskipun malu, tidak bisa menarik kata-katanya. "Saya mencintai Bapak, Arjuna. Sejak kapan, saya tidak tahu. Tapi perasaan itu nyata." ucapnya dengan berani.
Arjuna menarik napas panjang. Ia meletakkan kedua tangannya di pinggang Kirana. Matanya menunjukkan pergulatan emosi yang luar biasa.
"Aku tahu, Kirana," kata Arjuna.
"Aku tahu kamu mencintaiku. Aku sudah tahu sejak insiden di rumah sakit. Dan kecemburuan bodohku pada Bayu... itu hanya mengonfirmasi perasaanku." ucap Arjuna.
"Lalu kenapa Bapak diam saja?" tanya Kirana, matanya berkaca-kaca.
"Kenapa Bapak terus bersikap dingin dan terikat pada kontrak?" tanyanya penuh tanda tanya.
Arjuna menutup matanya sejenak, tampak kelelahan. "Karena aku takut. Aku takut pada hal-hal yang tidak bisa kukontrol, dan kamu, Kirana, adalah hal paling tidak terduga dan tidak logis dalam hidupku." serunya dengan apa yang belum terjadi.
Ia membuka matanya, menatap Kirana dengan kejujuran yang menawan. "Kontrak itu adalah perisai. Aku menyusun semua klausul itu bukan hanya untuk melindungiku, tetapi juga untuk melindungimu. Aku ingin kamu bebas setelah anak itu lahir, agar kamu bisa mendapatkan pria yang lebih baik, yang bisa memberimu cinta sejati, bukan CEO kaku yang penuh masalah keluarga."
Arjuna memegang pipi Kirana. "Aku menyadari perasaanku padamu semakin besar setiap kali aku melihatmu berjuang sendirian. Aku menyadari aku bukan hanya ingin melindungi anakku, tapi aku ingin melindungi ibunya. Aku marah saat Bianca menyentuhmu. Aku panik saat kamu sakit. Itu bukan tanggung jawab, Kirana. Itu adalah rasa memiliki dan... cinta."
Kirana tidak bisa menahan tangisnya. Ia memeluk Arjuna erat-erat. Pelukan itu bukan lagi termodinamika; itu adalah ikatan sejati.
"Saya tidak butuh pria yang lebih baik, Arjuna. Saya hanya butuh Bapak. Saya mencintai Bapak, apa adanya," kata Kirana.
Arjuna memeluk Kirana erat, mencium puncak kepalanya. "Aku mencintaimu, Kirana. Aku tahu ini terdengar gila, dan terlambat, tapi aku mencintaimu. Aku mencintai keberanianmu, integritasmu, dan caramu membuatku merasa seperti manusia, bukan hanya mesin bisnis."
Akhirnya apa yang dinantikan selama ini terwujud, bukan lagi cinta bertepuk sebelah tangan akhirnya Kirana bisa mengungkapkan perasaannya dan disambut baik oleh Arjuna.
Arjuna melepaskan pelukannya, tetapi tetap memegang tangan Kirana. "Kontrak itu... sudah tidak berlaku lagi." ujarnya membuat Kirana senang namun juga bingung.
"Bagaimana dengan sisa waktu dua tahun itu?" tanya Kirana, suaranya bergetar.
"Dua tahun itu akan menjadi selamanya," jawab Arjuna, tersenyum.
"Kita akan mencabik-cabik kontrak itu saat kita kembali ke penthouse. Kita akan mengubah perjanjian kita, bukan sebagai suami-istri kontrak, tetapi sebagai suami-istri sejati, di hadapan hukum dan Tuhan." ujar Arjuna dan di angguki senang oleh Kirana.
Arjuna kemudian berlutut, tepat di taman vila tempat kerabatnya masih berkumpul. Ia mengabaikan semua kemungkinan tatapan.
"Kirana Aulia," kata Arjuna.
"Kamu sudah menjadi istriku secara hukum. Tapi, maukah kamu membatalkan kontrak ini dan menjadi istriku selamanya, tanpa klausul, tanpa batasan, dan dengan semua cinta yang kumiliki?" tanya Arjuna sudah seperti orang lamaran saja.
Air mata kebahagiaan Kirana tumpah ruah. "Ya, Arjuna. Aku mau."
Arjuna bangkit dan mencium Kirana lagi, kali ini ciuman yang lebih dalam dan penuh janji.
Saat mereka kembali ke ruang gathering, suasana yang sebelumnya tegang langsung berubah. Arjuna dengan bangga mengumumkan.
"Ma, Pa, dan semua kerabat. Kirana dan aku... kami telah memutuskan untuk melanjutkan pernikahan ini. Kami mencintai satu sama lain. Kontrak itu sudah berakhir. Kami akan menyusun ulang pernikahan kami menjadi pernikahan yang sebenarnya." ucapnya dengan bangga dan begitu senang sekali, mungkin ini adalah salah satu hari yang paling bahagia dan menyenangkan bagi Arjuna.
Laksmi Mahesa langsung berteriak kegirangan dan memeluk Kirana. Harun Mahesa tersenyum puas.
"Ayah tahu kamu akan memilih hati, Nak." ucap ayah Harun bangga dengan sang anak karena pilihannya.
Kirana melihat ke arah pintu. Bianca yang masih ada di sana, kini menatapnya dengan kekalahan telak. Kirana tidak lagi merasa perlu marah, ia hanya merasakan belas kasihan karena apa yang semua Bianca rencanakan tidak sesuai, bagaimana pun hati tidak ada yang bisa menebak.
Malam itu, Kirana dan Arjuna kembali ke penthouse. Mereka tidak lagi tidur terpisah, dan mereka tidak lagi menempatkan bantal sebagai pembatas.
Di ranjang king size mereka, Arjuna memeluk Kirana erat-erat. Ia mengambil surat kontrak mereka dari brankas, membawanya ke ranjang.
"Kontrak yang menyatukan kita, dan kontrak yang membatasi kita," kata Arjuna, membelai pipi Kirana.
Arjuna mengambil pulpen, mencoret setiap klausa yang membatasi perasaan mereka, klausa tempat tinggal terpisah, klausa tidak adanya sentuhan, klausa perceraian setelah dua tahun, yang ada Arjuna menambahkan satu klausul yaitu menikah seumur hidup dan bahagia sampai tua.
"Kontrak ini sudah selesai, Kirana. Ini adalah akhir dari sandiwara. Dan ini adalah awal dari kita," kata Arjuna, mencium kening Kirana.
Kirana menyandarkan kepalanya di dada Arjuna. Ia telah memulai perjalanan ini sebagai wanita hamil, penuh utang masa lalu, dan terikat pada CEO dingin.
Kini, ia mengakhirinya sebagai wanita yang dicintai, memiliki suami sejati, dan siap menyambut masa depan yang penuh cahaya, tanpa perlu lagi sembunyi di balik tembok emosional.
Setelah Kirana menepati janjinya melunasi semua utang judi Adit dan memberikan uang pindah rumah kepada Wulan, Kirana secara resmi memutus semua kontak.
Wulan kini hidup di rumah kontrakan yang lebih baik, jauh dari area kumuh, tetapi hatinya terasa hampa dan dipenuhi kebencian.
Wulan dan Adit menandatangani perjanjian hukum yang keras, membuat mereka tidak bisa lagi mendekati Kirana. Pengacara keluarga Mahesa memastikan setiap langkah mereka diawasi.
Namun, uang yang diperoleh Wulan habis dalam waktu singkat. Adit, yang tidak belajar dari kesalahan, kembali kecanduan judi online dan mulai berutang lagi.
Wulan, yang terbiasa hidup dari uang Kirana, tidak bisa bertahan dengan pekerjaan serabutan.
"Kita sudah menandatangani perjanjian itu, Bu! Kalau kita cari Kirana, kita bisa dituntut!" rengek Adit, ketakutan karena kontrak dan juga tidak adanya uang di dompetnya.
"Diam kamu, Adit! Kita tidak akan mendekati dia! Kita akan mendekati sumber uangnya!" seru Wulan, matanya menyala penuh rencana jahat yang entah apa lagi yang akan dia rencanakan.
.
.
Cerita Belum Selesai.....
🤣🤣🤣