Sejak kecil Adrian Pratama Putra hidup di lingkungan keluarga yang menuntut kesempurnaan, dimana Orangtuanya selalu menetapkan standar yang sangat tinggi kepadanya, karena itulah Adrian setiap hari bekerja mati-matian agar bisa menjadi seorang anak yang diinginkan orangtuanya.
Hingga dimana Adrian telah berada dititik keputusasaan total — Telah menyerah dan tidak lagi mengejar dengan apa yang namanya keluarga. Di saat itulah dia mulai mengenal yang namanya novel yang selalu menjadi tempat hati Adrian yang dulunya retak kini mulai terpasang kembali berkat membaca novel.
Mungkin Akibat kebanyakan membaca sebuah novel Reyan tiba-tiba masuk kedalam salah satu novel yang pernah ia baca. Tapi masalahnya novel yang dia masuki itu ... dark fantasi!! Sebuah webnovel yang terakhir kali dia baca.
Terlebih lagi dia masuk kedalam tubuh lemah yang sebentar lagi akan menjemput ajalnya!?
Halo para readers. Ini karya pertamaku, jadi mohon maaf bila banyak kesalahan dan typo yang bersebaran😓
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NoxVerse, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Berangkat Ke Academy
"Apa kau sudah mempersiapkan barang-barang yang akan di bawa nanti, Lyria!?" teriak Sean.
Lyria yang masih memasukkan dan menata rapi beberapa barang penting yang akan di bawa nanti nya di sebuah koper besar mendengar teriakan Sean di luar. "Tunggu Tuan Muda! Masih ada beberapa barang yang perlu di bawa lagi" teriak Lyria membalas.
"Jangan terlalu kelamaan!"
"Baik!"
Mereka berdua berada dari jarak agak jauh, Sean yang berada di koridor sementara Lyria masih berada di kamar Sean, sedang menata rapi barang yang akan mereka bawa nantinya.
Setelah mengecek dan melihat tidak ada barang lagi yang tertinggal, Lyria kemudian menutup koper yang sudah benar-benar sangat gemuk, bahkan kopernya sangat sulit untuk di kancing kembali.
Karena sedikit kelelahan memaksakan banyak barang masuk dalam satu koper saja, beberapa tetes keringat mulai muncul di pelipisnya, dan juga dia sangat kesulitan dalam mengancing kembali koper gemuk itu.
"huft ... Akhirnya selesai juga," lega Lyria. Ia mengangkat tangannya untuk membersihkan beberapa tetes keringat yang hampir akan jatuh.
"Apa kau masih lama!?" teriak Sean kembali.
"Tidak! Semuanya telah selesai, saya akan datang Tuan Muda!" Setelah semuanya sudah terbawa di dalam koper, Lyria kemudian membawa kedua koper itu di masing-masing tangannya, dengan santai mengangkat dan meletakkannya di bahunya. Lyria pun berlari keluar untuk menyusul Sean yang juga berada di luar.
Tak ... Tak ... Tak ...
Sean yang mendengar suara langkah kaki yang terlihat sedang terburu-buru menoleh ke belakang untuk melihat siapa itu.
"Apa beberapa barang penting sudah di ambil Lyr–" Kalimat Sean menggantung di udara. Matanya menatap horor ke arah kedua koper raksasa yang di angkat oleh Lyria dengan entengnya, apalagi sambil berlari.
"Saya sudah datang Tuan Muda!" Sementara itu Lyria masih enteng-enteng saja dan masih sempat nya tersenyum sambil berlari ke depan dimana Sean masih terpaku penuh keterkejutan dan rasa horor, seakan Sean baru saja melihat hantu di depannya.
Dengan tangan gemetar Sean menunjuk kedua koper yang berada di atas bahu Lyria. "B–bagaimana ... K–kau bisa membawa benda seberat itu?!" tanya Kael tergagap.
"Ah! Maksudnya koper ini? Ini ringan kok, lihat," ucap Lyria dengan ceria. Dia menaik turunkan kedua koper dengan semangat itu seperti sedang memainkan sebuah barbel.
Melihat keyakinan penuh dan sikap ceria Lyria, Sean masih tidak percaya, lagipula kedua tas koper itu sudah terlihat sangat sangat buncit seakan ingin meledak sewaktu-waktu. Ukuran setiap koper itu kira-kira sekitar 47 inch dan tingginya sekitar 98 cm. Sean sangat yakin dengan ukuran dan tinggi segitu 1 koper ini rata-rata bisa memiliki kapasitas berat 75 kg, berarti jika di gabung menjadi 2 koper beratnya bisa mencapai 150 kg. Seorang wanita lemah lembut seperti Lyria ternyata memiliki fisik yang sangat tangguh.
Glep! Sean menelan ludahnya, sepertinya dia tidak akan pernah membuat Lyria marah jika tidak ingin kena Bogeman mentah yang akan langsung membuatnya tepar.
"K–kalau begitu letakkan saja di kereta kuda khusus penyimpanan barang, jika di taruh di kereta kuda tempat kita duduk itu tidak akan muat di dalam," ujar Sean masih sedikit terbata. Meski Sean masih terkejut tapi dia tetap harus mempertahankan ketenangannya.
"Baik Tuan Muda!" Lyria yang masih sangat energik menganggukkan kepalanya dan pergi menyimpan koper raksasa itu di kereta kuda khusus penyimpanan barang. Jaraknya hanya beberapa langkah ke depan dari kereta kuda yang akan di tumpangi Sean dan Lyria.
Tapi kulihat saat Lyria mulai menunjukkan barang itu pada kusir yang membuatnya terkejut juga. Sean sedikit tertawa melihat kejadian lucu itu, ternyata tidak cuma dirinya yang membuat ekspresi seperti itu.
"Apa yang membuat pangeran sebegitu senangnya?" lontar Charlotte. Karena kedatangannya secara mendadak seperti seorang assassin membuat Sean sedikit terkejut. "Bikin kaget saja!" Rasanya jantung Sean ingin keluar dari tempatnya.
Charlotte dengan tampang tak berdosa masih tersenyum setelah membuat salah satu keluarga kerajaan kaget, yaah ... Walaupun tidak di anggap sih.
"haha.. Anda sangat lucu pangeran jika anda memasang wajah kaget seperti itu," kekeh Charlotte.
I-imut? Dia? Pria yang cool ini di katakan imut oleh seorang wanita?
"A-aku tidak imut!" teriak Sean. Rasa panas menjalar di seluruh wajahnya membuatnya warna merah stroberi.
Lyria hanya kembali terkekeh kemudian melanjutkan membahas hal lain. "Saya sangat penasaran hal apa yang membuat pangeran yang biasanya dingin ini menjadi seseorang yang sangat ceria."
Sean kembali tersenyum, atensinya kembali menatap Lyria yang masih berada di sana. Charlotte yang mengikuti arah tatapan Sean yang menuju ke arah Lyria jadi tau apa yang membuat pangeran kedua sangat senang.
"Pelayan itu seperti orang yang sangat spesial untuk pangeran, setiap berada di dekatnya saya bisa merasakan suatu kehangatan dan kenyamanan di dalam diri pangeran," imbuh Charlotte.
"Kau benar.. Bagiku, Lyria bukan hanya sekedar pelayan saja, melainkan seorang figur ibu yang selau memberi kehangatan pada anaknya ..." Sambil berbicara, Sean menatap sedikit jauh wajah gembira Lyria. Kehangatan memenuhi seluruh tubuh Sean.
Sean berharap jika Lyria benar-benar ibu kandungnya pasti dia akan sangat bahagia, bisa merasakan kasih sayang yang melimpah. Keinginan yang selalu dia idamkan akhirnya menjadi kenyataan.
Charlotte yang melihat Sean masih terpaku pada Lyria hanya membentuk sebuah senyuman—bukan senyuman biasa, ada rasa misteri di dalam senyuman manis Charlotte.
Suatu saat anda pasti akan terkejut setelah mengetahui identitas aslinya, pangeran. batin Charlotte.
Di sisi lain, Lyria yang kini tengah berkonflik dengan sang kusir karena sang kusir menolak memasukkan barang raksasa itu di muatan keretanya—Setelah melewati perbincangan yang panjang, akhirnya sang kusir dengan terpaksa meletakkan koper raksasa itu ke dalam muatan keretanya.
Setelah semuanya telah selesai, kini Lyria kembali berjalan ke arah Sean. "Semuanya telah selesai Tuan Muda, ayo kita berangkat sekarang! Pasti pendaftaran akademi nya akan segera di mulai"
"Ya.. Ya, kau ternyata tidak sabaran Lyria," ujar Sean sedikit kewalahan dengan sikap Lyria yang sedikit kekanak-kanakan, padahal dirinya yang pergi ke Akademi, kenapa malah Lyria yang lebih senang?