NovelToon NovelToon
Ini Bukan Ragaku

Ini Bukan Ragaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Roh Supernatural / Fantasi Wanita / Balas Dendam / Transmigrasi / Dokter
Popularitas:413.1k
Nilai: 5
Nama Author: kenz....567

"Si4l, apa yang wanita itu rencanakan?
Mengapa setelah surat cerai kutandatangani, dia justru ... berubah?”
...
Lyara Elvera, seorang gadis yang tak merasakan keadilan di keluarganya. Kedua orang tuanya hanya memusatkan kasih sayang pada kakaknya, sementara Lyara tumbuh dengan rasa iri dan keinginan untuk di cintai

Namun, takdir berkata lain. Sebelum kebahagiaan menyentuhnya, Lyara meregang nyawa setelah terjatuh dari lantai tiga sebuah gedung.

Ketika ia membuka mata, sosok misterius menawarkan satu hal mustahil, kesempatan kedua untuk hidup. Tiba-tiba, jiwanya terbangun di tubuh Elvera Lydora, seorang istri dari Theodore Lorenzo, sekaligus ibu dari dua anak.

Namun, hidup sebagai Elvera tak seindah yang terlihat. Lyara harus menghadapi masalah yang ditinggalkan pemilik tubuh aslinya.

“Dia meminjamkan raganya untukku agar aku menyelesaikan masalahnya? Benar-benar jiwa yang licik!”

Kini Lyara terjebak di antara masalah yang bukan miliknya dan kehidupan baru yang menuntut penebusan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembelaan Dian

Sehari itu Lyara merasakan perhatian seorang ibu yang penuh pada dirinya. Dian memanjakan putrinya, sabar mendengarkan cerita-cerita kecil yang bagi Lyara tampak tak berarti. Namun bagi Dian setiap kata itu penting. Lyara bahkan bisa merasakan kenyamanan ketika ia merebahkan kepalanya di pangkuan wanita paruh baya itu, napas yang tenang, tangan yang mengelus kepala dengan lembut, dan aroma parfum yang mengantar rasa aman.

“Theo lembur, ya?” tanya Dian sambil mengelus kepala putrinya.

“Katanya sih gitu,” jawab Lyara. Ia asyik menonton animasi yang juga ditonton Eira. Bocah itu menggemaskan sekali, tidak mau melewatkan epis0de Masha and the Bear. Meski itu saja yang ditayangkan berkali-kali, mata kecil Eira tetap berbinar tiap adegan.

“Ini olang, Mama liat ini,” Eira berlari ke arah televisi dan menunjuk sesuatu di sana.

“Itu tupai Ei, bukan orang,” ucap Lyara menegur, lembut.

“Kata Papa, olang itu cemua yang belnapas. Ini belnapas, olang juga. Ada telinga, ada peluuut! Tapi Ei bica bedain, mana olang mana uang melah,” ucapnya yang membuat Lyara dan Dian terkekeh.

Lyara tersenyum melihat polosnya Eira. Ia membiarkan putrinya berimajinasi, senyum kecil itu menyejukkan suasana rumah sore itu.

“Maca dia ambil campah teluuuus, pantecaaan klempeeeng.” Seru Eira lagi, dan tawa mereka meledak sampai perut terasa sakit. Namun tawa itu segera terhenti ketika Keisya pulang dan menatap mereka. Anak itu diam, tanpa ekspresi.

Melihat cucunya pulang, Dian segera menghampiri dan memeluknya penuh kasih. “Kangen, deh Oma. Pulangnya menjelang sore, ya? Pasti capek banget, ini,” ucap Dian sambil mengusap pipi Keisya dengan gemas.

“Aku ke kamar dulu Oma,” balas Keisya, lalu berjalan meninggalkan mereka tanpa berkata banyak. Dian terdiam sejenak, wajahnya berubah, kekhawatiran tercekat di d4da. Ia mendekati Lyara, mata menuntut penjelasan.

“Ada apa dengan Keisya?” tanyanya dengan nada khawatir.

“Zeya sepertinya sudah mencuci otaknya. Makanya aku melarang Theodore mengizinkan wanita itu menemui anak-anakku. Aku belum berhasil memberi pengertian pada Keisya,” jawab Lyara dengan suara serak menahan marah.

Dian mengerat rahang, marah pada berita yang didengarnya. Sosok Zeya, wanita itu yang menggoyahkan rumah tangga anaknya. Sebagai ibu, Dian merasa tidak bisa tinggal diam.

“Bagus. Kamu tegas. Mami senang kalau kamu bisa mengontrol emosimu. Hadapi sesuatu dengan tenang. Tak ada gunanya berteriak sementara dia justru menertawakanmu sampai membuatmu gil4,” kata Dian, melihat putrinya mencoba menahan diri.

Lyara menunduk dan tersenyum lelah. “Iya, Mi. Aku akan dengar perkataan Mami,” ujarnya.

Mereka tertawa kecil menenangkan diri. Tiba-tiba ponsel Dian berbunyi. Ia mengangkat dan menerima panggilan.

“Oh iya, saya akan ke Resto sekarang,” kata Dian setelah mendengar suara di seberang. Matanya mengerling penuh sesal.

“Maaf, sayang, Mami harus ke Resto untuk meeting dengan para karyawan. Kita harus merombak konsep, saingan akhir-akhir ini semakin banyak,” lanjutnya.

Lyara mengangguk. “Iya, Mi. Enggak papa.”

Dian tersenyum, namun kekhawatiran lain mengusik pikirannya. Ia menatap putrinya yang terlihat aneh hari ini, lebih kalem, sabar, emosinya tidak meletup seperti sebelumnya. Dian tahu ada sesuatu yang tak beres.

“Yaudah yah, Mami pulang dulu.” Dian memeluk Lyara singkat dan beralih meng3cup lembut kening Eira.

“Oma pulang yah,” pamit Dian.

Lyara mengantar Dian hingga pintu. Ketika mobil Dian melaju menjauh, Lyara menghela napas panjang. “Beruntung sekali jadi Elvera,” gumamnya, mata berkaca-kaca.

.

.

.

.

Di jalan, Dian terus memikirkan putrinya. Ia merasa kasihan melihat Elvera yang kini tampak lebih letih dan kurus dibanding terakhir kali mereka bertemu. Kata-kata putrinya berulang di kepala Dian dan membuatnya geram. Tanpa ia tahu, yang bicara padanya bukanlah Elvera melainkan Lyara sosok jiwa yang kini menempati tubuh sang putri.

“Wanita itu … masih saja mengganggu putriku,” geram Dian dalam hati. Ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang, meski tetap fokus mengemudi.

"Meeting di undur setengah jam yah," pesannya pada seseorang.

Sesampainya di rumah sakit, Dian memarkir mobil, mengambil tas, lalu melangkah masuk dengan langkah yang masih terlihat elegan meski perasaannya berkecamuk. Di meja resepsionis ia menatap perawat yang berjaga.

“Dokter Zeya, aku rasa dia praktek di rumah sakit ini,” ujar Dian santai namun tegas.

“Maaf, Bu, jam praktek Dokter Zeya hanya dari jam sebelas sampai jam tiga. Sekarang sudah bukan lagi jam praktik dia,” jawab perawat itu.

“Tapi dia belum pulang, kan? Panggil dia, saya ingin berjumpa,” Dian mendesak.

Tiba-tiba seorang wanita lewat, bukan lain adalah Zeya. Wajah Dian langsung berubah, ia memandang Zeya dengan campuran marah dan tak percaya.

“Masih berani kamu dekati menantu saya. Enggak malu kamu?” desis Dian tanpa peduli perawat lain mendengar.

Zeya tampak kaget; ia mencoba tersenyum dan menenangkan diri. “Maaf, Bu, saya tidak mengerti apa yang Anda maksud. Saya rasa kita tidak memiliki urusan,” ucapnya lalu berusaha melangkah pergi.

“Urusanmu dengan putri saya! Sata tidak terima kamu mencoba meracuni pikiran cucu saya. Tak hanya mendekati menantu saya, kamu juga seolah mengambil peran sebagai ibu. Selalu datang, memberi makan anak-anak, bercengkerama—seolah rumah itu milikmu,” sindir Dian.

Zeya mengangkat tangan mencoba menangkis tuduhan. “Anak ibu yang tidak becus urus suami dan anak!” bentaknya, emosinya tersembur.

“Oh, kamu jadi pahlawan sekarang? Biasanya modelan kamu ini wanita perebut suami orang. Kamu tidak malu? Theo sudah punya istri dan anak. Lalu kamu masuk ke rumahnya seolah-olah jadi iron princess. Wah, Zeya ... kamu sungguh penggatal,” ujar Dian, suaranya menvsuk.

"Jangan asal fitnah yah Bu!" tegur Zeya dengan tajam.

Dian maju satu langkah, mengecilkan jarak antara mereka. Matanya menatap tajam, seolah memperingatkan sesuatu yang lebih besar dari sekadar kata-kata.

“Dengar. Jika saya mendengar lagi kamu mencoba mendekati menantu saya, saya akan membuatmu kehilangan segalanya. Saya kenal pemilik rumah sakit ini dan jangan sampai saya hancurkan masa depanmu,” bisiknya dingin.

“Saya masih punya rasa kasihan karena kamu harus membiayai keluargamu. Ingat, kamu seorang dokter. Gunakan otak cerdasmu untuk mengobati pasien, bukan menjadi perebut atau menggaatal. Kalau masih gataal, suruh aja landak g4ruk kamu,” ucap Dian sebelum berbalik dan meninggalkan Zeya yang menggenggam tangan penuh emosi.

Bisik-bisik mengikuti langkah Dian. Zeya menunduk, malu dan marah sekaligus, lalu melangkah pergi dengan wajah yang dipenuhi pergolakan.

"Enggak anak enggak Ibu sama aja, sama-sama bermasalah," desisnya kesal. Sebelum berlalu pergi, tak tahu bagaimana esok. Apa akan timbul gosip tentangnya?

____________________

Lunaaaas, aku ngantuk banget. Alian besok siang yah😍

1
Bundanya Pandu Pharamadina
Ei mau punya adek...
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
aku agak pusing sama alurnya kak ra, bener² diluar nurul🤣🤣🤣
asih
gimana gimana ini kalau misal Si el g pernah lepas itu kB trs tanda² yg mirip org ngidam siapa?
trs kalau el sdh lepas kB itu hamil Anak Bryan huhhhh kenapa rumit sekala hidupnya ara dan el ..
berharap Aja authornya kasih juga ara dan el mereka ketukar ara di raga el dan el di raga ara .. terus Si el nikah ma mike dan hamil muga gitu
Rosy
boleh..boleh..siapa tau nanti bisa ketemu sama Mike...
nuraeinieni
wah adiknya ei louncing,semoga saja itu anaknya theo.
Rosy
drama tuh bocil..biar di beliin es krim 🤣🤣
宣宣( 𝓧𝓾𝓪𝓷 𝓧𝓾𝓪𝓷 )
😂😂😂😂😂
Hafifah Hafifah
karna dia bukan elvera istrimu melainkan jiwa orang lain yg masuk ke raga istrimu
Bintang Azhar
siap mami
Irma Juniarti
nah ayo lyara hamil.
Rosy
eh tapi bener lho..kalau bicaranya pelan dan tidak kedengaran..pasti alesannya udah kelewat tokonya..besok saja ya 🤣🤣🤣
Bintang Azhar
kayak pernah kata-kata itu dasar gen alpha kelakuan
Rosy
dasar bocil..bikin orang kaget aja..🤣🤣🤣🤣
Irma Juniarti
klu denger makan cepat bamget🤣🤣🤣🤣
Irma Juniarti
bagusssss🤣🤣🤣
Irma Juniarti
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
𝔄𝔪𝔞𝔶𝔞 🌸
😄😄😄😄😄
Irma Juniarti
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Irma Juniarti
aneh kenapa.
aristi
kyanya istrinya mike, kakaknya lyara
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!