NovelToon NovelToon
Crazy Women For The Mafia

Crazy Women For The Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Romansa
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Caca 15

“Leeeettts Partyyyyyy…” Teriak Ara dengan semangat.

Di Villa tempat Ara tinggal, kini telah berkumpul banyak orang yang tidak lain adalah teman – teman Ara. Dia mengajak teman – temannya untuk berpesta. Ini bukan yang pertama kali Ara mengajak berpesta teman – temannya di rumah, bahkan bisa dikatakan sudah terlalu sering. Tetapi hari ini adalah puncaknya, karena Ara dengan berani hampir menghabiskan seluruh uang pemberian deddynya untuk membeli barang.
.

Arabella Swan adalah anak pertama dari Antony Swan. Dia mempunyai seorang adik yang bernama Rosalia Swan.
Saat ini Ara duduk di bangku kelas 12 sekolah menengah atas di sebuah sekolah Internasional yang ada di negara Itali.


**
Lima orang lelaki yang memiliki good looking, good money dan good power dengan satu orang sebagai leadernya yang terkenal dengan julukannya ‘Devil Hand atau Ace’.

Mereka berlima adalah Max atau yang sering mereka sebut dengan ‘Devil Hand atau Ace’ sang leader, Alexi asisten Max, Leonid sang hacker, Kevin

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca 15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep 15

Bagai di sambar petir, Ara syok mendengar apa yang diucapkan Richard.

“Benar sekali sayang, dia adalah tambang keuangan bagi kita berdua… hahahaha” wanita itu tertawa puas.

“ Hanya dalam mimpi kalian!” ucap Ara dan langsung mematikan teleponnya.

Ia bahkan langsung memblokir nomor milik Richard.

Dan tanpa Ara tahu, semua percakapan yang Ara lakukan bersama Richard ikut di dengar juga oleh Max.

***

“Sialan! Ternyata selama ini mereka memanfaatkan ku!” Ara meremas Hp yang ia pegang.

Hampir saja Ara akan melempar Hp tersebut. Tapi untungnya ia ingat jika Hp yang ia pegang bukanlah miliknya sendiri.

BUG

“Hah! Ssssshhhhhh” Ara membuang nafas dengan kasar sambil memukul tempat tidur. Dan gara – gara ia memukul tempat tidur tadi, luka di punggungnya terasa sakit.

“Gara – gara tikus itu luka ku jadi sakit lagi!” gerutu Ara sambil menahan nyeri.

POV Max

Berbeda dengan Max. Di dalam pesawat tanpa sadar ia tersenyum. Hal ini pun tak luput dari pandangan Kevin yang saat ini duduk berhadapan dengan Max.

“Kau kenapa Ace? Sepertinya sesuatu yang bahagia telah terjadi pada mu!” tanya Kevin setelah meilhat sikap aneh yang terjadi pada sahabat sekaligus bosnya itu.

“Tidak ada yang terjadi. Semua baik – baik saja!” sahut Max sekenanya.

Kevin pun kemudian hanya diam saja dan sibuk lagi dengan hpnya.

Tak lama setelah itu, raut wajah Max berubah menjadi gelap dan suram. Terlihat jelas dari otot tangan Max yang menonjol menahan emosi. Tangan Max juga meremas pegangan kursi dengan kuat.

Kevin yang melihat perubahan mimik muka pada sahabatnya itu hanya diam dan memperhatikan saja. Ia tidak akan bertanya, ia akan menunggu Max bercerita sendiri.

Cukup lama wajah Max terlihat gelap dan emosi. Namun, perlahan raut wajah Max berubah menjadi bahagia. Ia bahkan tersenyum licik.

Kevin benar – benar penasaran dengan apa yang Max dengarkan saat ini sampai bisa merubah mood sahabatnya itu. Bahkan sampai bisa membuat seorang Max yang terkenal dingin menjadi tersenyum. Meskipun tersenyumnya Max bukan tersenyum seperti orang pada umumnya.

Karena lelah menebak apa yang terjadi pada Max, Kevin kemudian memutuskan untuk tidur saja karena perjalanan yang mereka temput juga lumayan cukup lama.

berbeda dengan Max, baru berapa menit ia meninggalkan Italia ia sudah meminta laporan pada Dylan tentang keadaan Ara.

~Massage to Dylan~

“Mana laporan yang ku minta?”

Dylan yang melihat pesan dari Max menjadi geram. “Dasar tidak sabaran, baru berapa menit ia meninggalkan wanita itu sekarang sudah meminta laporan.”

“Kau kenapa Tan?” tanya Alexi

“Si boss! baru berapa menit terbang, sudah meminta laporan tentang wanitanya!” gerutu Dylan.

“Cepat laporkan saja daripada kau nanti dikirim ke Afrika!” Alexi menyarankan pada Dylan untuk segera memberi laporan sebelum Max murka.

“Hah!” Dylan pun langsung berdiri dan menuju ke kamar Max.

Tok!

Tok!

Tok!

“Masuk!” terdengar suara Ara dari dalam kamar.

(Siapa lagi lelaki ini?) ucap Ara dalam hati. Ia pikir Max lah yang masuk ke dalam kamar, ternyata lain orang lagi.

“Apa yang kau rasakan?” karena tidak tahu ingin menanyakan apa, akhirnya Dylan hanya berucap apa yang terlintas di pikirannya.

“Biasa saja dan sedikit sakit. Kau siapa?” Ara juga menjawab seadanya pada Dylan. Dan karena penasaran Ara pun bertanya pada Dylan siapa dia.

“Aku Dylan, dan Kau?” dengan penuh percaya diri, Dylan mengajak Ara berkenalan sambil menjulurkan tangannya kepada Ara.

“Bella. Mau apa kau kemari?” tak ingin menjabat tangan Dylan, Ara justru menanyakan apa tujuan Dylan datang ke kamarnya.

(Gila! Gadis ini sama kulkasnya dengan Max) ucap Dylan dalam hati setelah mendapat jawaban jutek dari Ara

“Aku di pesani Ace untuk menjaga mu?” tak ingin kehilangan muka, Dylan pun berlagak sok cool di depan Ara.

“Memangnya aku tawanan, yang  mesti dijaga? Dan siapa itu Ace?” Ara tidak terima dengan apa yang diperlakukan padanya. Ia juga penasaran dengan sosok Ace yang disebutkan oleh Dylan.

“Kau tidak mengenal Ace? Lalu lelaki yang sedari kemarin menemani mu itu siapa?” Dylan jadi penasaran dengan nama apa Max memperkenalkan dirinya pada Ara/Ara.

“Max!” jawab Ara

“Max dan Ace adalah orang yang sama. Jika di markas kami menyebut Max dengan Ace.” Dylan menjelaskan sedikit tentang nama lain dari Max. Karena Dylan pikir Ara memiliki sesuatu yang istimewa dengan Max, jadi Dylan mengatakan siapa nama lain dari Max.

Saat Dylan akan berucap ia merasakan ada sebuah getaran dari dalam saku celananya. Dan bisa ia tebak jika itu sudah pasti adalah Max.

“Mana laporan yang ku minta?” suara Max langsung terdengar seperti perintah yang mutlak dan tidak bisa di langgar.

Tak mau ambil pusing. Dylan lantas langsung merubah mode panggilan menjadi video call. dan langsung menghadapkan layar nya ke arah Ara.

Ara yang langsung berhadapan dengan Max menjadi sedikit salah tingkah. Ia jadi mengingat kejadian tadi sebelum Max meninggalkannya. Pipi Ara jadi bersemu merah.

“Kau sudah merasa baikan?” tanya Max dari seberang sana.

“Kau mengharapkan bagaimana? Ini baru berselang beberapa menit saja dari waktu kau meninggalkan aku!” Dylan sedikit menahan tawa mendengar jawaban yang diberikan Ara pada Max.

“Dylan menertawakan pertanyaan mu.” Tambah Ara lagi. Ia mengadukan Dylan pada Max.

“Tidak Ace, mana ada aku tertawa!” Dylan pun langsung mencari aman.

“Istirahatlah! Jangan lupa makan! Jika memerlukan sesuatu minta saja pada Dylan!” setalah berpesan pada Ara, panggilan pun langsung di tutup oleh Max.

“Sebenarnya kau ini siapanya Ace?” tanya Dylan karena penasaran akan keberadaan Ara.

“Aku juga tidak tahu! Tapi tadi sebelum pergi, ia mencium ku!” dengan berani Ara menceritakan apa yang tadi terjadi antara dirinya dan Max sebelum Max berangkat.

“Hah! Katakana sekali lagi!” Dylan yang tidak percaya dengan perkataan Ara, lantas meminta Ara untuk mengulang ucapannya.

“Tidak ada pengulangan!” jawab Ara

Belum sempat Dylan bertanya lebih lanjut lagi, tiba -  tiba pintu ruangan terbuka dan masuklah Cassandra.

“Kenapa kau kemari? Mencari ku?” ucap Dylan dengan percaya diri.

“Aku diminta Ace untuk mengganti perbannya.” Jawab Cassandra dan langsung mendekati dimana Ara berbaring.

“Kau keluarlah!” pinta Cassandra pada Dylan.

Dan Dylan pun langsung keluar dari kamar meninggalkan mereka berdua di dalam.

“Kau bisa membuka sendiri baju mu?” tanya Cassandra

“Tidak bisa, punggung ku terasa seperti tertarik saat aku melepaskan baju ku.” Ara tidak mau berpura – pura kuat, karena memang punggungnya masih terasa sakit.

“Baiklah sini ku bantu!” ucap Cassandra.

Cassandra menggantikan perban Ara dengan hati – hati. Hanya saja ia lebih banyak diam. Dan diamnya Cassandra ternyata ia tengah mengarang sandiwara supaya Ara menjauh dari Max.

“ Aku tadi mendengar bahwa tadi sebelum berangkat, Max sempat mencium mu kan!” Cassandra mulai melakukan  rencannya.

“Iya, kami memang sempat berciuman tadi! Kenapa?” tanpa malu Ara menceritakan kegiatan berciumannya pada Cassandra.

Cassandra yang mendengar apa yang diucapkan Ara, diam – diam merasakan emosi. Bahkan tangannya sampai menggenggam kuat.

“Max memang seperti itu, kami bahkan melakukan lebih dari sekedar berciuman.” Cassandra menjeda ucapannya. Ia menunggu reaksi Ara. Dan sesuai dengan apa yang ia harapkan, wajah Ara menjadi terlihat marah.

“Dia adalah seorang player, tetapi Max hanya setia pada ku saja. Ia melakukan skintouch hanya untuk happy – happy. Nah Sudah selesai!” ia mengakhiri ucapannya dengan kalimat yang membuat Ara muak dengan Max.

1
Eka Uderayana
cerita nya bagus 👍
semangat author dalam berkarya 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!