Ratih gadis miskin yang lugu dari Desa Cempaka yang di cintai oleh sosok Siluman ular yang berusia ribuan tahun----Setelah cintanya dikhianati oleh Arya, anak kepala Desa dusun Cempaka. Ratih Dipaksa membuat Perjanjian pernikahan dengan Pangeran Naga Seta yang sudah terobsesi pada Ratih----demi keamanan desanya lewat pernikahan gaib.
Warga Desa yang kembali terikat dengan Siluman ular penghuni aliran Sungai Seta harus memberikan sayeba setiap sebulan sekali untuk Siluman ular penghuni sungai, akankah warga desa terlepas dari perjanjian gaib ini.
Mengisahkan Dendam, Sakit hati, dan Perjanjian gaib di jadikan satu dalam novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Sabina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Ratih berjalan kembali ke kamarnya, dirinya mendudukkan diri di dalam kamar. Dirinya tahu ini sudah masuk ke alam gaib---tapi bagaimana caranya dirinya keluar dari sini.
Seorang dayang dengan rambut sanggul dengan bunga di kepalanya, mendekati Ratih.
"Gusti Putri apa butuh sesuatu?" tanya seorang dayang pada Ratih.
Ratih hanya menggelengkan kepala nampak, kali ini hatinya amat tak mau memikirkan apapun saat ini.
Pikirannya terus mengarah ke sang ibu, bagaimana keadaannya? apa disana baik-baik saja? hatinya amat tak tega.
Dirinya ingin sekali melarikan diri.
Ratih amat putus asa lantaran tak bisa keluar dari alam gaib ini, sungguh malang nasibnya. Tak lama seorang dayang mendekatinya.
Tangan Ratih menyentuh bahu salah satu dayang yang mengenakan kemben sebawah dada warna coklat dan jarik batik.
"Gusti Putri?" ujarnya, saat menoleh Ratih nampak gemetar lantaran matanya berubah menjadi hijau selayaknya mata ular.
"Apa butuh sesuatu, kanjeng putri?" tanya dayang itu.
"Aku mau bertanya bagaimana caranya keluar dari sini? Aku mau kembali ke alam manusia," kata Ratih dengan ketakutan dan rasa putus asa.
Dayang itu langsung bersimpuh di bawah kaki Ratih, lalu gadis ini langsung menyuruhnya seolah membantunya berdiri.
"Apa yang kamu lakukan? Bangun," pintanya.
"Mohon ampun Gusti kalo hamba lancang, karena---Hamba tak berani mengatakannya takut jika Hamba di hukum oleh yang mulia Pangeran," bisiknya dengan nada lirih.
Ratih terduduk di atas kasur, gadis yang mengenakan kemben putih sedada dengan mewah dan bawahan batik, rambutnya di gerai setengah dan atasnya dihiasi tusuk konde emas dan mahkota permata.
"Ibu gimana keadaannya sekarang," ujar Ratih.
Ranjang empat tiang yang berwarna kayu jati di ukir indah dengan motif ular dan teratai. Tirai tipis dari sutra bergoyang lembut, arus air terus bergoyang.
Arus air sungai terus mengalir membuat angin sepoi-sepoi menerbangkan tirai di atas ranjang dan juga rambut Ratih.
Arsitektur kamar ini menyerupai kerajaan masa silam, megah namun mengandung hal mistis, di tambah menyimpan kesepian yang mendalam.
Salah satu dayang yang iba melihat Ratih seperti itu mendekatinya, lalu duduk di bawah ranjang.
"Kanjeng?" panggil salah satu dayang di kakinya, yang tadi berwujud ular sungai berubah menjadi manusia.
Ratih yang melihat itu mengusap air matanya lalu tersenyum ke arah dayang itu, Ratih juga mau duduk di lantai tapi dayang itu melarangnya dan tetap duduk di atas ranjang.
"Kanjeng Putri kenapa sedih? Terimalah Cinta Gusti Pangeran, karena cintanya amat tulus," ujar dayang tersebut.
Ratih tersenyum menatap dayang itu, dengan tatapan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Aku ini manusia," ujar Ratih dengan lirih.
"Kanjeng putri...Sebaiknya terimalah pangeran jadilah seperti kami yang menjadi mahkluk bisa hidup ratusan tahun," ucap dayang itu berusaha meyakinkan Ratih.
"Iya tapi aku sudah pernah di sakiti pria, aku masih belum bisa menerima pria lain di hatiku," jawab Ratih dengan mata yang sedih.
Dayang mendekati Ratih dan duduk di bawahnya menatap Ratih.
"Kanjeng tahu... jika Gusti Pangeran sudah kehilangan pendamping...," ucapan dayang itu membuat Ratih mengangkat sebelah alisnya.
"Memang siapa pendamping sebelumnya? Apa sebelumnya Naga Seta sudah memiliki istri?" tanya Ratih menanyakan hal ini pada dayangnya.
"Iya, istrinya namanya Gusti Putri Minanti. Dia sama seperti anda manusia juga...hidup di masa lalu sangat lampau...sebelum agama hindu masuk," jelas salah satu Dayang.
"Lalu apa yang terjadi padanya?" tanya Ratih dengan penuh selidik.
"Dia terbunuh saat bertarung dengan keturunan sunan saat itu dia tengah mengandung," jelasnya.
Mendengar itu Hati Ratih menjadi terenyuh, lantaran hidupnya yang tragis.
"Iya, padahal kami sudah menyuruh Pangeran menikah lagi dari salah satu utusan pantai selatan tapi Pangeran selalu menolaknya," ucap dayang itu.
"Menolaknya tapi kenapa?" tanya Ratih.
"Karena Pangeran mau menikahi gadis manusia seperti Kanjeng Putri, bukan sebangsa dengan kami," jawab sang dayang.
Ratih menghela napas lelah, dirinya merindukan cahaya matahari, merindukan aktivitas seperti manusia meski dunia itu sudah menyakitinya.
Keinginan Ratih sederhana dirinya tak ingin menjadi milik siapapun, bahkan yang menawarinya adalah mahkluk setampan dan seagung Pangeran Naga Seta.
Ratih yang tengah berbincang dengan Dayang tiba-tiba pintu di buka dengan keras, membuat para dayang dan ratih yang ada di kamar terperanjat kaget.
Duar!!
Pangeran Naga Seta berdiri di ambang pintu tatapannya nampak marah dan emosi, wujudnya setengah manusia dan setengah ular putih datang mendekati Ratih.
"Kalian semua keluar!" titah Naga Seta lantang membuat arus aliran sungai kian deras.
Para dayang yang semula sibuk berbincang dengan Ratih, ada yang sibuk menaruh dupa dan sibuk merapikan kamar langsung gemetar melihat sang pangeran yang marah.
Mereka semua yang mengenakan kemben halus yang menutupi sampai dada, rambut mereka di sanggul rapi dengan bunga teratai putih sebagai hiasan rambutnya----tanpa berani bertanya langsung menunduk.
Melangkah mundur, begitu juga dengan dua dayang yang di kaki Ratih, gerakannya anggun namun tergesa, dalam hitungan detik sosok para dayang berubah menjadi wujud ular sungai.
Kamar menjadi sunyi hanya pangeran Naga Seta dan Ratih di kamar.
"Pangeran...," bisik Ratih menatap sosok Naga Seta masuk ke kamarnya dalam wujud setengah manusia.
Naga Seta merayapkan ekornya menuju Ratih yang duduk di tepi ranjang empat tiang, lalu menutup pintu kamarnya.
"Pangeran anda mau apa?" tanya Ratih mundur ke pojok kasur sambil mendekap lututnya.
*
*
*
lanjut yg bnyk thor, aq mls baca klo cuma sedikit. 😂
hais sebel deh klo kyk gini
lanjutkan kk
tp klo ini bgg gmn mau jadi manusia lahi tih ratih
harus yakin dong jagn goyaho
Minta dibantuin sm Ambarwati aja Ratih buat kluar dri alam itu.
Pasti Ambarwati mau mnolongmu, karena dia mencintai Seta.
Tp ko rapat istana ga dilibatkan Ratih nya, dan juga Ratih dibentak ddepan orang banyak.
Gak kbayang sedih dan hancur nya hati Ratih ya, baru juga bermesraan, stelah nya Seta seakan lupa. 😭😭😭
Gimana ya klo Ratih hamil, waduh gawat juga klo gitu.