Dokter Cantik milik tuan mafia...
Di tengah malam yang sunyi dan hujan yang tak henti mengguyur kota, Flo seorang dokter muda yang baru saja di pindah tugaskan dari rumah sakit besar ke klinik kecil pinggiran kota, tanpa sengaja menemukan seorang pria tergeletak di tepi jalan bersimbah darah namun masih bernapas.
Pria itu misterius tanpa identitas jelas, hanya mengenakan jaket kulit hitam yang robek di bagian bahu, dan luka tembak di sisi tubuhnya, masih berdarah. Dengan naluri seorang dokternya meronta, dan tak bisa tinggal diam.
Flo membawanya ke rumahnya karena saat itu klinik tempat ia bekerja sudah tutup.Flo pun menolongnya.
sepanjang malam, ia hanya bisa menahan napas di antara rasa takut dan tanggung jawab.
Namun, siapa sangka, pria itu bukan orang biasa. Namanya Gilhan Alfaro seorang mantan agen intel yang kini diburu oleh orang-orang dari masa lalunya.
Luka yang ia bawa bukan hanya di tubuhnya, tapi juga di hatinya yang penuh rahasia, dendam, dan kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ban 15 para pemburu....
Di pulau yang sepi dan tak berpenghuni.
"Sebaiknya kita pergi saja karena kita tidak akan pernah bisa menghadapi mereka.!"ucap Flo sambil menarik tangan Gilhan
Gilhan menatap tangan lembut sang dokter cantik,namu ia tidak berusaha untuk beranjak,karena bagi Gilhan lari pun percuma pasti tetap ditemukan oleh orang-orang itu, seandainya saat itu ia harus mati, setidaknya ia mati dalam keadaan mempertahankan diri.
Dan tanpa aba-aba, suara tembakan peringatan terdengar.
Kael melangkah masuk lebih dalam lagi,menuju pulau,dengan segaris senyum sinis.
"Sudah lama, Gilhan…" suaranya datar, menusuk.
Gilhan dan Flo yang bersembunyi di balik pepohonan, perlahan bergerak dan meningkatkan kewaspadaan.
Pistol kecil dalam genggamannya sementara Flo menggenggam pisau lipatnya erat-erat.
Jarak mereka saat itu tinggal beberapa meter, namun demi Flo, Gilhan tidak berani untuk bersuara.
"Kael… kau masih saja jadi anjing suruhan orang itu,"desisnya menatap menatap langkah Kael yang semakin mendekat.
Saat keadaan yang semakin terasa kian tegang tiba-tiba kaki Flo menginjak ranting kering dan menimbulkan suara gemerisik.
"Hahahaa....--"
Kael tertawa pendek." kau akan mati, Gilhan...!!"ucapnya berbalik cepat dan menodongkan senjata ke arah Gilhan.
Namun yang tidak pernah ia pikirkan ternyata saat itu moncong senjata api milik Gilhan sudah tinggal beberapa inci dari kepalanya.
"Lepaskan senjata kamu atau peluru ini akan menembus isi kepalamu.!" ucapkan Gilhan sembari meminta Kael untuk melepaskan pistol dari tangannya.
"Gilhan... Bajing*n kamu, Seharusnya kamu dari kemarin sudah mati, tinggal serahkan benda itu dan aku akan melepaskan mu.!"ucapkan Kael ingin terus bernegosiasi.
Namun Gilhan tidak percaya, dalam dunia gelap yang mereka lalui tidak ada kata kepercayaan yang pasti, yang ada siapa yang cepat maka ialah yang akan selamat.
"Kamu pikir aku akan percaya,? aku akan menyerahkan chip itu tapi bukan pada kalian melainkan kepada pihak yang berwajib.?" katakan Gilhan lalu meraih pistol yang ada di tangan Kael..."saat itu wajah Kael tampak memucat, dan sangat ketakutan karena ia tahu Gilhan tidak pernah main-main dengan ucapannya.
Namun saat keadaan mulai menegang tiba-tiba suara tembakan dari arah belakang ternyata orang-orang Kael sedang mencari keberadaan Kael, Flo yang menyadari semua itu segera memberikan peringatan kepada Gilhan.
"Han..awas ..!!"
Refleks Gilhan menjadikan Kael tameng dari peluru panas yang akan menerjangnya.
Dan ....
"Dooorr...!!"
Suara tembakan menembus tubuh Kael dan seketika itu pula tubuh pria itu ambruk di tanah.
Sementara Gilhan kembali bersembunyi di balik pohon di mana Flo berada..
Gilhan memberikan pistol kecil milik Kael kepada Flo meskipun Flo tidak pernah menggunakan benda itu sebelumnya, namun dalam keadaan mendesak seperti itu sepertinya ia harus belajar dengan cepat....
Beberapa anak buah Kael menyerbu lebih dulu. Gilhan bergerak cepat, refleks cepat dari masa kelamnya bangkit lagi.
Dua orang pertama berhasil ia tumbangkan dengan sapuan pisau dan tendangan keras ke arah dada.
Tapi jumlah mereka terlalu banyak. Gilhan terpukul dari belakang, terjatuh menghantam tanah basah, yang bercampur dengan pasir pantai.
Dari kejauhan, suara langkah sepatu berat menggema.
"Jangan biarkan dia lolos!"
Pria itu adalah Damar, pemimpin kelompok pemburu, berjalan paling depan.
Tatapannya tajam, dingin, dan menyimpan dendam lama terhadap Gilhan.
Di belakangnya, beberapa orang bersenjata tajam menyebar, mengepung jalan keluar dari semua sisi. Gilhan menarik Flo bersembunyi di balik pohon yang cukup besar. Jantungnya berdetak kencang.
Keringat dingin membasahi pelipisnya.
Ia tahu kekuatannya tinggal sedikit, luka lama di bahunya belum sembuh benar, dan pelarian selama berhari-hari telah menguras semua tenaganya.
"Gilhan…"bisik Flo, suaranya gemetar, "kita nggak mungkin bisa lawan mereka semua."
Gilhan menatap Flo lekat-lekat. "Selama aku masih bisa berdiri, aku nggak akan biarin mereka menyentuhmu. Flo...."
Pria yang bernama Damar itu pun melangkah maju, menendang pisau Gilhan hingga terlempar jauh.
Flo menjerit ketika dua orang mencoba menariknya, tapi Gilhan mengerahkan sisa tenaganya untuk mendorong mereka menjauh.
Saat Damar mengangkat pedang pendeknya dan bersiap menusuk, namun sesuatu yang aneh terjadi.
Waktu seolah melambat.
Suara di sekeliling mereka memudar.
Ada semacam energi panas yang mengalir dari dada Gilhan , terasa merayap ke seluruh tubuhnya, bukan adrenalin biasa. Matanya berubah tajam, tapi seperti sebuah kekuatan yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata....
