Tiga tahun pernikahan tanpa cinta dari suaminya, Valeria akhirnya menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan Zelan. Laki-laki yang sebelumnya ia cintai dengan sepenuh hati.
Cinta yang bertepuk sebelah tangan, pengorbanan yang di anggap seperti angin lalu, membuatnya lelah lahir batin.
Di mata Zelan, Valeria hanya sosok wanita jahat dan kejam, sosok yang dia anggap sebagai perebut kebahagiaan nya dengan wanita yang dicintainya.
Namun ada sebuah fakta yang tidak di ketahui oleh Zelan di balik pernikahan nya dengan Valeria. Wanita yang dia anggap sebagai antagonis itu, ternyata adalah orang yang paling banyak berkorban untuk hidup nya.
"Peran ku sebagai istrimu telah usai Zelan, aku pergi, satu hal yang harus kau ketahui. Aku, bukan orang jahat."
Bagaimana reaksi Zelan setelah mengetahui kebenaran tentang Valeria dan bagaimana kehidupanya setelah di tinggal sang istri? Ayo baca kisah nya di sini ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #15
"sabar ma, mungkin ini adalah jalan untuk Valeria bisa bahagia, sedangkan Zelan, papa yakin cepat atau lambat dia akan menerima penyesalan atas perbuatannya itu," ucap mama nya Maya yang sudah pasrah.
"Semua ini gara-gara Zelan, anak tidak tau diri itu, dia malah lebih memilih wanita tidak jelas itu di bandingkan Valeria," umpat sang mama.
"Biarkan ma, papa benar-benar, kita hanya perlu menunggu waktu di mana kak Zelan sadar dan akan menyesal habis-habisan karena perbuatan kejam nya itu," ungkap Maya berusaha untuk membuat sang mama tenang.
Sementara itu di kota (P)
Valeria membuka matanya tepat di pukul setengah enam pagi, dia buru-buru bangkit dari tempat tidur dan hendak keluar dari kamar nya.
Namun seketika dia ingat, kalau saat ini dia sedang berada di rumah papa dan mama kandung nya, bukan di apartemen.
"Ya tuhan, kenapa kebiasaan itu masih menghantui ku," batin Valeria sambil mengelus dada.
Kebiasaan bangun pagi menyiapkan pakaian, air untuk mandi, sarapan, itulah yang membuat Valeria tiba-tiba bangun dan hendak keluar dari kamar.
"Huh, Valeria kau ini masih saja mengingat hal-hal yang seharusnya tidak kau ingat, cukup, aku harus benar-benar melupakan semua ini," ucap Valeria kepada dirinya sendiri.
Namun tenggorokan nya terasa haus, tidak ada air minum di sana, mau tidur mau ia pun harus keluar dari kamar untuk minum.
Ia masih tidak terbiasa dengan rumah yang bagaikan gedung itu, suasana pagi benar-benar dingin dan Valeria berjalan tanpa sendal, langkah demi langkah ia menuruni anak tangga menuju lantai bawah, entah berapa kali dia selalu bergumam sendirian mengagumi kediaman tersebut.
"Aku tidak tau di mana dapurnya?" batin Valeria yang saat ini ling-lung mencari dapur rumahnya.
Mama dan papanya masih tidur, tidak mungkin ia harus membangunkan mereka.
Para pelayan juga masih belum beraktivitas di jam segini.
"Di mana ya?" lirihnya sambil berjalan ke sana kemari.
Dukh ...
"Aduh,"
Valeria menabrak seseorang yang ada di hadapannya.
Ia menggosok jidatnya sambil meringis sementara seseorang kini menatap nya dengan mengerutkan kening.
Valeria mendongak ke atas, menatap sesosok laki-laki yang saat ini juga menatap nya, Valeria seketika bungkam melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi kekar dan yang paling penting, wajahnya sangat tampan.
"Kakak," ucap nya yang kemudian langsung memeluk erat laki-laki tersebut.
Ya, Valeria berfikir itu adalah kakak laki-laki tertuanya, Alvin sosok yang juga sangat ia rindukan selama ini, memang dari dulu ia tidak terlalu dekat dengan Alvin yang notabene nya bersikap dingin,cuek dan galak, tetapi dia tidak menyangka sang kakak sekarang sudah sebesar dan se gagah itu, pakaian nya rapih.
Kemeja putih di gulung selengan dan celana panjang berwarna hitam menambah aura ketampanan nya.
"Kak aku Valeria, aku sudah kembali aku sangat merindukanmu," ucap Valeria terus memeluk.
Namun laki-laki tersebut terlihat bingung, dia bahkan tidak membalas pelukan Valeria, tetapi Valeria pikir itu adalah bentuk dari rasa terkejut sang kakak setelah melihat nya.
"Apa yang kau lakukan subuh-subuh seperti ini berkeliaran di dalam rumah?" lirih laki-laki itu dengan suara lembut.
"Aku mencari dapur, aku haus, sangat ingin minum," jelas Valeria yang telah melepaskan pelukan nya.
"Kau tidak tau di mana letak dapur?" ungkap laki-laki itu lagi.
"Aku baru kembali tadi malam, dan kau kemana saja? Kenapa tidak di rumah, mama dan papa, mereka juga tidak membicarakan mu di hadapanaku, bukan kah seharusnya kau segera kembali setelah tau aku sudah di temukan?" ungkap Valeria lagi.
"A-aku, aku minta maaf," ucap nya seolah-olah tidak mengerti dengan apa yang di katakan Valeria.
Valeria yang mendengar itu malah kembang memeluk pria tersebut dan mulai menangis.
"Kak, kak Leon sudah tidak ada, selama ini aku hidup sendirian dan sangat tersiksa hikss, kakak ku sekarang hanya tinggal satu, tidak utuh seperti dulu lagi," tangis Valeria pecah.
Pria tersebut membalas pelukan Valeria meskipun tangan nya sedikit gemetar melakukan hal itu namun ia sangat iba setelah melihat Valeria menangis.
Namun tiba-tiba saja ...
"Kenapa kau la ..." Sesosok laki-laki lain tiba-tiba muncul di ruang tersebut, dan melihat pemandangan itu.
"Hey! Apa yang kau lakukan?" ucap nya segera memisahkan mereka berdua yang sedang memeluk satu sama lain.
Valeria yang melihat ada dua laki-laki di hadapannya merasa sangat kaget sekaligus bingung.
Sang mama yang saat itu sudah bangun dan memeriksa kamar Valeria segera mendengar teriakan dari lantai bawah, ia pun segera turun untuk melihat nya.
Laki-laki yang baru datang tadi segera menghampiri Valeria dan menatap nya dari ujung kaki sampai ujung rambut, dia bahkan mengelilingi Valeria seolah-olah memeriksa sebuah patung.
"Valeria?" ucap nya sambil menunjuk Valeria dengan tangan nya.
Valeria masih terdiam, penampilan laki-laki yang satu ini berbeda dengan yang tadinya dia peluk terlihat sedikit seperti berandalan celana sobek-sobek, jaket hitam, rambut sedikit acak-acakan tetapi wajahnya tampan.
"Kau siapa?" tanya Valeria sedikit takut.
"Alvin! Kau apakan adikmu?" ucap sang mama yang saat ini tiba di sana sambil menjauhi Valeria dari Alvin.
"Hah? Kak Alvin? Ma, kakak yang mana?" tanya Valeria berharap mama nya menunjuk ke arah yang tadinya dia peluk dengan sangat erat.
"Kak mu? Kau benar-benar tidak bisa mengenali nya? Astaga, mama mengerti kenapa kau tidak bisa mengenali Alvin, lihat saja penampilan dan prilakunya sekarang sudah seperti monyet jalanan," ungkap sang mama.
"Ma! Jangan ucapkan hal buruk itu di hadapan Valeria, dan kau, kenapa kau tidak bisa mengenali wajah tampan ku? Aku kakak mu, Alvin, bukan dia," crocos Alvin sambil menunjuk ke arah laki-laki yang tadinya Valeria peluk.
"Situasi yang sangat memalukan ini akhirnya datang menghampiri Valeria.
"Apaa? Bagaimana bisa kau sekarang seperti anak jalanan?" ungkap Valeria sambil menatap kakak nya dengan tatapan tak terima.
"Jadi maksudnya? Kau tidak senang karena kakak mu adalah aku? Bukan dia?" ucap Alvin lagi-lagi menunjuk laki-laki tadi.
"Anu, ma aku naik ke atas dulu, aku, aku melupakan sesuatu," ucap Valeria yang saat ini sangat malu.
"Valeria! Aku belum memelukku!" jerit Alvin.
"Nanti saja!" jawab Valeria setengah menjerit.
Dia dengan kaki tanpa sendal itu segera lari meninggalkan mereka semua, menaiki tangga menuju lantai atas dan segera masuk ke dalam kamar.
"Alvin bisakah kau bersikap sedikit lebih santai? Dia baru saja kembali dan masih sangat gugup, kau seharusnya tidak seperti itu," ucap mama Yunita yang tidak tau kejadian sebenarnya.
"Aku biasa saja ma, oh ya, sepertinya yang ini tidak perlu tes DNA, dia mirip mama dari dulu sampai sekarang sangat mirip," kata Alvin mengacungkan jempolnya.
Sang mama terdiam dia tidak tau bagaimana harus menjelaskan semuanya tentang Valeria kepada Alvin.
****