Jangan pikir cuma orang tua saja yang bisa menjual anak nya. Karena anak pun bisa melakukan hal yang sama.
"Akak cantil! Akak cantil! Mau ndak jadi Mommy kita! Daddy kita duda loh, cekalian dapat anak comel cepelti kami ini."
"Iya! Iya! Nanti daddy akan bayal utang na Mommy! gelatis catu dapat catu. Nikah cama duda dapat anak.. Hehehehe!"
Berharap bertemu jodoh pangeran kuda putih, Larasati Aqela justru bertemu dengan dua anak kembar lucu yang menawarkan Daddy mereka.
Larasati seorang mahasiwi semester akhir yang harus bekerja di sebuah restoran untuk mencukupi kebutuhan nya harus terjebak dengan anak kembar pengusaha paling kaya. Angkara Brawijaya, dia memiliki sikap dan sifat yang sangat aneh bagi Laras.
"20 juta sebulan! Jadi Ibu dari anak saya!"
" Hapaaa???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hachichan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPAD. Pertemuan Rafael Dan Santi
Dalam doaku namamu terucap, menghempaskan sebuah kerinduan
Kau hilang saat ku genggam tanganmu, sebuah kesendirian yang menusuk hatiku
Dalam kata permohonan, ku membayangkan dirimu, menyapu semua keraguan yang ada di hatiku
Belajar bersabar untuk menanti sebuah pertemuan setelah perpisahan. Mungkinkah itu kau?
🩵🩵🩵🩵
Rafael merasa gelisah di dalam mobil, dia meremas stir mobil dan sesekali melihat ke sekeliling, berharap bahwa dia bisa melihat wajah wanita yang membuatnya terpaku di awal pertemuan.
Tadinya, dia tidak berniat untuk pergi ke Universitas XX, tapi sebuah insiden terjadi dan membuatnya harus bertanggung jawab.
Brak!
"Astaghfirullah.." Rafael terkejut, karena tidak fokus menyetir tanpa sengaja dia menabrak sebuah pengendara motor di depan nya.
Rafael yang panik karena beberapa orang yang ada di TKP menggedor - gedor kaca mobilnya. Akhirnya keluar dari lamunan nya dan membuka pintu. Hampir saja beberapa orang ingin memukul nya tapi Rafael segera meminta maaf dan membawa korban ke rumah sakit.
Ternyata korban masih dalam keadaan sadar, beruntung Rafael mengendarai mobil nya dengan kecepatan sedang jadi korban hanya mengalami luka ringan di bagian tangan dan kaki.
"Nggak udah bawa gue ke klinik, kita ke kampus aja." Seru wanita yang tak lain adalah Santi.
"Tapi, luka kamu~~"
"Nggak usah khawatir," Potong nya cepat. "di deket kampus juga ada klinik kok, lagian luka ini nggak separah luka di hati gue." Ternyata Santi menangis bukan karena luka akibat kecelakaan. Tapi sebuah kenyataan bahwa sang tunangan berselingkuh darinya dan yang lebih parah nya lagi, selingkuhan dari tunangan nya ternyata sudah hamil 5 bulan.
"Ya sudah, tapi tolong jangan nangis dong, nanti orang bisa salah faham."
"Salah faham apanya, kan emang saya sedang sakit." Ucap Santi dengan nada tinggi, saking kesal dan marah nya, Santi melampiaskan nya ke Rafael. Rafael memilih diam dari pada panjang urusan nya.
Dia pergi ke klinik yang dekat dengan kampus untuk mengobati luka Santi. Tapi Santi masih saja menangis membuat dokter yang mengobatinya dan Rafael menjadi bingung.
Dalam hati Rafael dia mengutuki dirinya sendiri. Pasti tuh kaki sakit banget sampai nangis nya kejer kek gitu. Batin nya ngeri.
Setelah selesai, Rafael mengantar Santi menuju kampus. "Saya sudah menyuruh orang untuk memperbaiki motor kamu, nanti kalo sudah selesai saya kabari." Rafael meminta nomor Santi dan Santi pun langsung mencatat nomor nya.
Melihat Santi yang kesusahan berjalan, Rafael berinisiatif untuk mengantar nya. Santi tidak menolak karena dia memang tidak mau berdebat. Sebenarnya dia bisa saja istirahat, tapi jika dia tidak melakukan apapun, yang ada pikiran nya malah semakin kacau.
Setelah mengantar sampai ke kelas. Rafael pun kembali ke mobil tapi langkah nya terhenti saat dia melihat dua orang yang dia kenal. "Itu kaya Angkara sama Angkasa? Ngapain mereka disini?"
Penasaran! Dia pun menghampiri mereka untuk memastikan penglihatan nya dan ternyata benar.
"Angkara! Angkasa!" Senyum yang tadinya terbit seketika hilang saat menyadari keberadaan Laras disana.
Kakinya membeku dengan mata membelalak. Wajah Laras begitu mirip dengan orang yang dia kenal.
"Bro! Ngapain lu disini?" Tanya Angkasa merangkul pundak Rafael. Rafael tidak mendengar karena matanya fokus menatap Laras begitupun sebaliknya.
Angkara yang mengetahui itu merasa tidak nyaman dan segera pasang badan untuk melindungi mata jahat yang mencoba mengincar milik nya. "Itu mata bisa di jaga nggak?"
Rafael tersadar."Sorry! Sorry! Tapi kalian ngapain disini? Dan dia~~~"Menunjuk ke arah Laras.
"Jangan macem - macem lo, dia calon istri Abang. Jaga tuh mata kalo nggak mau di colok." Bisik Angkasa membuat Rafael terkejut.
"Kamu sendiri sedang apa disini? Mau kuliah ulang?" Tanya Angkara sedikit bercanda.
"Nggak! Tadi ada sedikit masalah kecil aja. Tapi gue nggak sengaja melihat kelian disini. BTW, gue nggak tau kalo lo udah punya pacar, gue kira lo belum bisa move on dari cinta pertama lo itu."
"CK, nggak usah bahas dia, buat gue tuh cewek udah ke laut, nggak perlu nyebur buat nyari lagi." Jawab Angkara yang masa bodoh.
Laras yang merasa tidak nyaman berada di antara mereka pun pamit." Sayang, aku pergi dulu ya. Kelas udah mau mulai." Angkara mengangguk, Laras berjalan ke arah Rafael dan melewati nya. Tapi saat Laras melewati Rafael, tanpa sengaja tangan mereka bergesekan dan sebuah perasaan bergetar di hati keduanya muncul. Ini bukan cinta! Bukan juga perasaan kepada lawan jenis! Tapi mereka juga tidak tau bagaimana menggambarkan perasaan ini. Hanya saja, ada sedikit getaran aneh.
Angkara yang melihat Rafael masih menatap kepergian Laras mengepalkan tangan nya dengan kuat. "Berhenti melihat nya! Dia calon istri ku, jangan sampai kamu tertarik dengan nya."
Rafael kembali tersadar dan hanya menyengir saja. Angkasa hanya geleng - geleng kepala."Kalo gitu, gue juga mau masuk dulu."
"Ngapain? Bukan nya lo udah lulus S2 setahun yang lalu, masih mau lanjut lagi?" Tanya Rafael bingung.
"Gue disini bukan sebagai mahasiswa, tapi sebagai dosen nya." Angkasa tidak menunggu jawaban Rafael karena dia langsung pergi.
Rafael yang melihat tatapan tajam Angkara hanya bisa menelan ludah gugup."Gu-gue juga mau balik dulu, bye." Lebih baik pergi sekarang, dari pada menghadapi Angkara.
Tapi sebenar nya, Rafael tidak pergi jauh. Dia masih penasaran dengan sosok Laras yang ternyata calon istri dari Angkara.
Kembalikan ke saat ini...
"Siapa sebenarnya wanita itu? Wajah nya benar -bener copy an dari Mama. Kalo misalnya Mama kembali muda dan berdiri di samping cewek tadi. Gue nggak bakal bisa bedain antara keduanya saking mirip nya."
Sampai setelah menunggu 3 jam, Rafael tertegun saat melihat Laras keluar bersama dengan Santi."Diakan cewek yang gue tabrak tadi! Apa mereka temenan?"
Rafael terus memperhatikan mereka yang pergi ke Cafe depan kampus. Seperti seorang penguntit profesional, Rafael mengikuti kedua nya dan duduk di tempat yang tak jauh dari mereka. Wajah nya dia tutupi sama buku menu yang ada di meja.
BRAK....
"Jadi tuh cowok selingkuh?" Santi mengangguk dengan isak tangis nya."Gila, gue pikir dia cowok baik - baik tapi ternyata udah buntingin anak orang. Untung aja lo belum nikah sama tuh cowok, kalo nggak bisa - bisa lo di dampret sama tuh cewek. "Laras sangat emosi saat Santi bercerita mengenai tunangan nya.
"Gue juga nggak nyangka, padahal dia cowok romantis banget buat gue, terus perhatian lagi. Tapi ternyata~~" Santi tak melanjutkan kata - katanya karena dia sudah menangis. Laras berdiri dan menggeser tempat duduk nya menjadi di samping Santi. Laras memeluk sahabat nya itu dan mengelus belakang rambut nya.
"Sstttt, nggak usah tangisin cowok kaya dia. Lo itu cewek baik dan gue yakin lo juga bakal dapet cowok yang baik. Seharusnya lo berterima kasih sama Tuhan karena sudah membuka kebusukan tuh cowok sebelum kalian menikah, itu artinya Tuhan masih berbaik hati dan sayang sama lo."Santi hanya bisa mengangguk, dia membenarkan ucapan Laras. Tapi tetap saja rasa sakit hatinya masih ada, apa lagi hubungan mereka akan maju ke tahap yang lebih serius. Tapi nyatanya, ternyata Tuhan masih memiliki rencana lain.
Di meja Rafael, dia masih terus menguping pembicaraan mereka yang di temani oleh segelas jus yang mereka pesan. Sesekali dia menurunkan buku menu yang menutupi matanya.
" Kirana? Apa itu kamu?"
BERSAMBUNG
Rafael \= Hatiku tak pernah salah...
kopi & vote untuk mu