NovelToon NovelToon
Elara Tawanan Istimewa Zevh Obscura

Elara Tawanan Istimewa Zevh Obscura

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Romansa Fantasi / Fantasi Wanita / Enemy to Lovers / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:853
Nilai: 5
Nama Author: Sibewok

Di balik ketegasan seorang Panglima perang bermata Elysight, mata yang mampu membaca aura dan menyingkap kebenaran, tersimpan ambisi yang tak dapat dibendung.

Dialah Panglima kejam yang ditakuti Empat Wilayah. Zevh Obscura. Pemilik Wilayah Timur Kerajaan Noctis.

Namun takdir mempertemukannya dengan seorang gadis berambut emas, calon istri musuhnya, gadis penunggu Sungai Oxair, pemilik pusaran air kehidupan 4 wilayah yang mampu menyembuhkan sekaligus menghancurkan.
Bagi rakyat, ia adalah cahaya yang menenangkan.
Bagi sang panglima, ia adalah tawanan paling berbahaya dan paling istimewa.

Di antara kekuasaan, pengkhianatan, dan aliran takdir, siapakah yang akan tunduk lebih dulu. Sang panglima yang haus kendali, atau gadis air yang hatinya mengalir bebas seperti sungai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sibewok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 - Terbangun Dan Terluka

Di atas bukit kuda gagah Zevh meringkik, ia mengangkat kedua kakinya menendang udara, saat melihat Zevh terbangun.

Uhuk! Uhuk! Crak! batuk dan darah keluar dari mulut Zevh, membuat Elara yang Zevh geser dari atas tubuhnya terguling dan tergeletak di atas tanah basah.

"Kau..." gumam Zevh, ia menatap Elara yang bersandar di dadanya.

"Apa yang telah kau lakukan padaku?" Zevh mengalihkan pandangannya menatap langit gelap, gerimis menghantam wajah tampannya.

Zevh merasakan aura Elara terasa mengalir di tubuhnya dan ini terasa aneh bagi Zevh, terasa membakar, ia merasa panas, tak nyaman, tapi entah kenapa tak ingin menyingkirkan Elara, ia hanya diam, seolah membiarkan aura gadis itu bergerak masuk dalam aliran darahnya.

Dan di atas bukit, suara derap langkah kuda menggema di atas tanah berumput yang basah, mendekat ke arah Axten, kuda Zevh, yang berdiri tegak di bawah gerimis hujan.

"Berhenti." Teriak seorang Ajudan. Para prajurit berhenti serentak, mereka memberi jarak pada Axten yang berdiri di sisi bukit.

Ajudan Zevh turun dari kudanya, ia mendekat pada Axten, "Panglima." gumamnya. Ia menoleh ke bawah bukit, dimana Panglima terlentang dan gadis tawanan itu telungkup di atas tubuh sang Panglima. Mata Elysight Zevh berpendar merah, Ajudan tahu bahwa Zevh masih sadar di bawah sana, ia menghela nafas lega melihat tuannya baik-baik saja di matanya, dan di bawah sana Zevh merasakan kehadiran rombongan prajuritnya. sudut matanya menoleh pada punggung Ajudannya yang berbalik membawa Axten menjauh dari sisi bukit.

"Apa yang terjadi pada mereka?" ucap Ajudannya, sambil menarik Axten dari sisi bukit, dan kilasan memori menghantam ingatannya beberapa waktu lalu, saat ia menemukan dua prajurit yang mati di sisi sungai.

Ajudan itu merasakan ada hal besar yang sedang Zevh jaga, tapi ia tidak tahu apa itu.

"Kabar apa yang kau bawa?" Suara itu muncul di balik punggung Ajudan. Dan pertanyaan itu mengarah padanya.

Deg! Ajudan itu segera berbalik dan membungkuk, para prajurit pun segera merunduk saat melihat Zevh muncul dari sisi bukit, membawa tubuh Elara di pundaknya yang tengah pingsan.

"Raja Devh, meminta anda agar kembali ke kerajaan Noctis." jawab Ajudannya, Zevh tak menjawab, ia melewati tubuh ajudannya dan naik kembali ke kudanya.

"Kita kembali ke perbatasan Barat." Zevh menoleh pelan pada Ajudannya yang mengangguk paham, "Baik Tuan." jawabnya. lalu menarik tali kuda Axten. Dan semua rombongannya bergerak meninggalkan sisi bukit menuju benteng perbatasan Utara dan Barat. Dimana Liora Endless sudah menunggu kedatangan Zevh saat ini.

Malam semakin larut, gerimis sudah pergi dan meninggalkan jejak dinginnya malam ini, rombongan Zevh tiba di perbatasan.

"Putri Liora, Pangeran sudah tiba." Suara pelayan terdengar dari balik pintu kamar megah.

"Itu kabar gembira, kau bisa pergi." jawab Liora. ia berdiri untuk menyambut kedatangan Zevh.

Dan Zevh di halaman benteng perbatasan, telah turun dari kudanya, "Berikan tawananku pelayanan terbaik, dan tetap kurung dia di ruang tahanan." titah Zevh, "Baik." jawab Ajudannya, lalu ia membawa Elara yang masih pingsan.

Langkah kaki Zevh masuk menyusuri lorong benteng megah, untuk menuju kamarnya, tapi tiba-tiba langkah kakinya berhenti, "Ada yang salah," gumamnya, ia menatap telapak tangannya yang besar.

"Tidak ada yang salah, kau telah berhasil membawa kembali tawanan mu," suara wanita muncul di hadapan Zevh.

"Liora." panggil Zevh, pandangan Zevh bertemu dengan Liora.

"Aku menunggu kepulangan mu, Panglima." Langkah Liora mendekat, menggandeng tangannya Zevh.

"Aku akan menghilangkan rasa lelahmu." Liora menyandarkan kepalanya pada bahu Zevh. mengusap lembut lengan kekar Zevh yang sudah tak memakai pakaian zirah besinya.

"Tidurlah, besok kita akan pergi ke kerajaan Noctis." ucap Zevh, ia kembali melangkahkan kakinya dan Liora masih menempel di sampingnya.

Liora terdiam beberapa saat, melepaskan sejenak rasa kecewanya, mendengar ucapan Zevh yang masih saja mengabaikan dirinya.

"Kau tidak tahu, Arons sudah mengetahui kabar bahwa istrinya telah di tawan oleh mu," langkah kaki mereka berhenti tepat di dalam kamarnya.

"Jangan khawatir, aku akan melindungi semua orang ku." Zevh berbalik, ia menatap bola mata Liora yang menatapnya penuh cinta, tapi Zevh seperti biasa selalu memberikan tatapan dingin tanpa cinta pada Liora.

"Aku tidak khawatir." gumam Liora, ia menata berani suaminya. "Kalau begitu istirahatlah." bisik Zevh tepat di telinga Liora yang memerah. Lalu Zevh pergi meninggalkan kamarnya.

Malam ini Zevh tak kembali tidur dengan Liora, ia pergi ke ruangan lain, berendam air hangat yang menjadi favoritnya di tengah ketegangan yang terjadi di wilayahnya.

Zevh menyandarkan kepalanya pada dinding batu yang mengkilat, "Arons akan datang membawa Elara, tapi aku tidak akan membiarkannya," gumamnya, ia menenggelamkan seluruh badannya dalam air hangat, ia mengingat beberapa kabar yang di bawa ajudannya.

Kabar mengenai Desa Osca yang masih di tekan oleh Arons dari Ekonomi masih saja berlangsung, "Vein, tutup jalur perdagangan perbatasan Osca dengan wilayah Utara. Paksa Arons untuk menandatangani perjanjian tunduk." titah Zevh, keputusan akhirnya untuk merebut Osca agar tetap di wilayah miliknya, wilayah timur.

Vein, sang ajudan yang berdiri tegap di balik pintu terkejut mendengar perintah Zevh, karena keputusan Zevh bisa menimbulkan peperangan terjadi di perbatasan desa Osca dengan wilayah Utara. Tapi Vein menjawab Zevh dengan suara lantang. "Baik panglima," jawab Vein.

"Lalu bagaimana dengan panggilan Raja Devh?" tanya kembali Vein. "Kita berangkat besok pagi." jawab Zevh, "pergilah," ucap Zevh, di luar Vein membungkuk sopan, lalu pergi meninggalkan Zevh menikmati mandi air hangatnya sendirian.

Zevh menenggelamkan wajahnya ke dalam air hangat yang penuh dengan kelopak bunga mawar, aroma segar mawar membuat tubuhnya relax dan saat ia memejamkan matanya di dalam air.

keheningan menyelimutinya, cahaya melintas bagai kilat dalam ingatannya. ingatannya yang hilang oleh Elara beberapa waktu lalu kini seolah menggedor-gedor pikirannya.

"Aku tahu, dia bukan gadis biasa, dia telah melakukan sesuatu padaku." desisnya, rasa sakit menghantam kepalanya, Zevh muncul kembali kepermukaan air, lalu ia manatap tubuh kekarnya dalam bayangan air, ia menyibak kelopak bunga mawar yang mengambang.

"Hahhahaha..." Tawa Zevh menggema, ia menatap perutnya sendiri, luka tusuk yang seharusnya ada di sana kini hilang.

"Gadis bodoh." Zevh menyentuh perutnya sendiri, ia tahu ia punya luka tusuk yang belum sembuh di perutnya, tapi ia tidak ingat kenapa luka itu bisa hilang tanpa jejak.

"Elara Elowen. Kau sangat menarik." gumam Zevh, tubuhnya lalu melangkah keluar dari ruangan pemandian air panasnya.

Dan Elara tengah tertidur pulas di ruang tahanan, para pelayan Zevh sudah mengganti pakaian Elara dengan pakaian yang layak. Namun hanya pakaian, tanpa makanan.

Setelah Elara menggunakan kekuatan leluhurnya untuk menghapus ingatan Zevh, Elara masih tak sadarkan diri. Tubuhnya melemah, tapi malam ini tanpa Elara sadari dan tanpa izin dirinya, simbol pusaran air di bahunya Elara menyerap aura tenaga beberapa para penjaga tahanan, hingga para penjaga mengantuk dan tertidur, karena merasa lemas dan lelah secara tiba-tiba.

Malam ini, ruangan tahanan sunyi tak ada penjaga yang berjaga dan Elara terbangun, ia membuka matanya perlahan.

Lalu ...

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!