Perlu waktu lama untuknya menyadari semua hal-hal yang terjadi dalam hidupnya.
suka, duka, mistis, magis, dan diluar nalar terjadi pada tubuh kecilnya.
ini bukan tentang perjalanan yang biasa, inilah petualangan fantastis seorang anak berusia 12 tahun, ya dia KINASIH.
Pernah kepikiran engga kalau kalian tiba-tiba diseret masuk ke dunia fantasi?
kalau belum, mari ikuti petualangan kinasih dan rasakan keseruan-keseruan di dunia fantasi.
SELAMAT MEMBACA..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rona Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14: Tujuan Berikutnya
Malam terbungkus hujan. Beruntung kinasih tidak kehujanan. Sebelum pukul 3 sore, dia sudah berada di rumah. Lalu hujan mulai mengguyur kota sejak pukul 4 sore tadi dengan lebatnya.
Angin dingin berhembus perlahan. Membuat hawa yang semula panas menjadi dingin tak tertahankan. Membuat siapapun menggigil kedinginan. Mungkin itu yang dirasakan kinasih Dibalik selimut tebal bergambar karakter film favoritnya malam ini. Semenjak kemunculan bayangan misterius di sekolah hari ini, dia tak banyak bicara. Hanya diam.
Dia masih menerka-nerka jika kemunculan bayangan itu masih berkaitan dengan dunia fantasi. "apakah aku harus kembali menemui mbah inah? Mungkinkah dia bisa menjawab tentang kehadiran bayangan misterius itu?." gumamnya dengan tangan gemetar.
Dengan langkah berat. Dia beranikan diri untuk mengambil buku catatan tua dari rak buku di kamarnya. Seketika buku catatan itu terbuka sendiri. Pada halamannya tergambar sebuah bangunan mirip seperti sebuah istana yang megah. Di bawah gambar itu tertulis sebuah pesan. Tulisan tangan yang masih sama seperti halaman sebelumnya.
...Para ahli sihir menjadikan istana ini sebagai tempat membagi ilmu. Semoga kelak kau bisa menjadi diantara mereka, anakku....
Kinasih mengernyitkan dahi. "Pesan misterius lagi?." Bisiknya perlahan. Dia tahu jika dia membalikkan ke halaman berikutnya, dia akan ditarik kembali ke dalam dunia fantasi. Sebelum semuanya terlambat, kinasih segera bergegas mengganti bajunya. Kali ini dia mempersiapkan petualangannya dengan matang.
Kali ini bukan baju seadanya lagi yang dipakainya. Melainkan baju serba hitam. Dengan ikat pinggang melilit pinggangnya dengan sempurna. Dan sepatu boots hadiah ulang tahun ke-11 dari ayahnya. Kini dia lebih terlihat siap dengan segala rintangan yang akan dihadapi.
Setelah menghela napas panjang. Kinasih membalikkan halaman tersebut. Namun, ada yang janggal. Buku catatan itu tidak menyeretnya masuk. Melainkan muncul sebuah huruf acak.
......P - H - O - S - I - A......
"temukan dia, tanpa harus kuberitahu siapa dia, selamatkan dia, dan jadikan dia temanmu. Huruf acak itu adalah namanya." Buku catatan tua itu berbicara. Namun hanya kinasih yang mampu mendengarnya. Dia lalu mengangguk. Seolah dia ingin berkata pada buku catatan itu jika ini bukan waktunya untuk menjawab sebuah kuis.
Kinasih segera membalikkan halaman berikutnya. Dan benar saja, seketika angin dingin berhenti berhembus. Digantikan oleh sebuah pusaran angin yang sangat kuat dari dalam buku catatan itu. Dia pejamkan kedua matanya. Menghembuskan napasnya perlahan. Lalu kini sempurna tubuh kinasih menghilang dari dalam kamarnya.
...
Mbah inah sedang merapal sebuah mantra di depan portal dunia fantasi. Entah apa yang dirapalnya. Dia terlihat menaburkan beberapa jenis bunga tepat di bawah portal itu berada. Mungkin dia menghormati arwah leluhurnya yang dahulu telah membangun portal tersebut. Namun entahlah, tidak ada yang tahu.
Langit seketika menghitam. Gemuruh riuh mulai terdengar. Mbah inah segera merapikan bunga-bunga yang ditaburkannya. Dia tahu jika langit menjadi gelap itu adalah pertanda jika ada seseorang yang memasuki wilayahnya.
Lubang pusaran untuk kedua kalinya kembali terbuka. Mbah inah menyipitkan mata. Penuh rasa kekhawatiran. Berharap jika kinasih muncul dari lubang pusaran tersebut.
SZZTT...
SZZTT...
BLARRRR...
Dengan kecepatan tinggi, sebuah petir berwarna biru menyala menyambar sebuah batu di depan mata mbah inah. Lalu samar-samar dilihatnya tubuh kecil kinasih muncul tepat di hadapannya.
"KINASIH...K-K-KAU KAH ITU?." Kedua bola mata mbah inah terlihat berbinar.
Kinasih menepuk-nepuk bajunya yang kotor terkena debu dan tanah. Lalu segera berdiri menghampiri mbah inah.
"Iya, ini aku, mbah." ucap kinasih dengan senyum merekah.
Keduanya saling berpelukan. Seperti sahabat lama yang sudah puluhan tahun tidak berjumpa.
"kau sehat, nak?."
Kinasih mengangguk. "semua baik-baik saja, mbah. Petualangan pertamaku di hutan hujan membuatku semakin tertantang dengan tempat-tempat berikutnya."
Mbah inah terkekeh.
"Apa kau mau melanjutkannya lagi? Aku sudah siap membuka gerbang portal untukmu."
"Sebelum itu, ada yang ingin kutanyakan, mbah." kinasih berjalan menjauhi mbah inah. Lalu dia duduk bersila diatas rerumputan yang subur.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" mbah inah segera menghampiri kinasih. Lalu duduk bersila di sebelahnya.
"Tadi pagi, ada sesosok bayangan hitam yang muncul di hadapanku. Bayangan itu entah manusia atau bukan. Namun, dia seperti memiliki telinga yang runcing dan taring kecil pada giginya."
Mbah inah terdiam. Mendengarkan secara takzim.
"Dia mengikutiku hingga bel pulang sekolah berbunyi. Aku tidak mengerti apa yang diinginkannya. Dia hanya memberiku isyarat dengan gerakan yang tidak aku mengerti. Apakah kehadirannya masih ada kaitannya dengan dunia fantasi ini, mbah?."
Mbah inah mengangguk. Lalu segera berdiri.
"Petualanganmu selanjutnya akan membawamu ke sebuah bangunan yang cukup tua, nak. Namun itu bukan bangunan biasa, melainkan itu adalah akademi sihir untuk para goblin disana. Yang kau lihat tadi pagi, mungkin adalah bayangan dari salah satu goblin disana."
Kinasih terdiam setelah mendengar pernyataan mbah inah.
"Aku tidak bisa menjelaskan detailnya, nak."
"Jika itu benar, mungkin dia ingin meminta pertolongan dariku, mbah."
Mbah inah mengangguk. "Sekarang adalah waktunya, mungkin mereka sudah menunggumu disana." Mbah inah mengulurkan tangan sambil tersenyum.
Kinasih balik menjabat uluran tangan itu. "baiklah mbah, bukakan portal untukku." Kinasih segera berdiri di depan portal.
"WAHAI LANGIT, DUNIA, DAN SEISINYA. AKU PERSEMBAHKAN SESEORANG YANG AKAN MENGHAPUSKAN SEMUA KONFLIK DI DALAM DUNIA FANTASI INI."
Ucapan yang sama ketika dulu waktu kinasih pertama kali mendatangi portal ini.
Portal mulai terbuka. Sebuah pusaran terbentuk disana. Kinasih menoleh kearah mbah inah. lalu mbah inah balas mengangguk. Memantapkan semangat kinasih agar tidak ragu untuk memasuki portal kedua kalinya.
"Hati-hati, Kinasih." mbah inah melambaikan tangannya.
Kinasih memejamkan kedua matanya. Lalu perlahan memasuki portal.
SZZTT...
Secepat kilat tubuh kecil itu menghilang dari hadapan mbah inah. Tinggalah kini mbah inah yang hanya berdiri mematung di hadapan portal. Kembali sendirian lagi. Dan akan selalu sendiri.
......Bersambung......