NovelToon NovelToon
My Sugar Baby

My Sugar Baby

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Tante
Popularitas:202
Nilai: 5
Nama Author: Angie de Suaza

"Angelica, seorang wanita tegar berusia 40 tahun, berani dalam menghadapi kesulitan. Namun, ketika dia secara bertahap kehilangan motivasinya untuk berjuang, pertemuan tak terduga dengan seorang pria tampan mengubah nasibnya sepenuhnya.
Axel yang berusia 25 tahun masih muda tetapi sombong dan berkuasa, cintanya yang penuh gairah dan kebaikannya menghidupkan kembali Angelica.
Bisakah dia menyembuhkan bekas lukanya dan percaya pada cinta lagi?
Kisah dua sejoli yang bersemangat dan berjuang ini akan membuktikan bahwa usia tidak pernah menjadi penghalang dalam mengejar kebahagiaan."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angie de Suaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 15

Marisolio si "si tukang ceplas-ceplos" langsung sadar bahwa ia hampir mengucapkan sesuatu yang tidak pantas. Tapi tentu saja, itu tidak menghalanginya—karena ia adalah Marisolio, si raja gosip di emporium itu.

"Marisolio, kamu memang tukang gosip kelas wahid. Dan ya, itu seperti yang kamu bayangkan," ujar Axel, tahu bahwa menyangkal di depan Marisolio tidak akan ada gunanya. "Tapi tolong, jangan mengeluarkan komentar seperti itu—apalagi di depan Sarah. Kau tahu sendiri dia informan ibuku. Jadi kalau kamu masih ingin jadi temanku, jangan buka mulut. Sekalian tolong bilang ke si mata indah untuk masuk."

Marisolio langsung memberi hormat ala militer, tanda siap melaksanakan tugas.

“Segera, bos! Tapi bilangin juga ke dia, jangan teriak-teriak kegirangan, nanti si Sarah dengar, dan kau tahu dia lebih cerewet dari bebek,” ujarnya.

“Diam, Marisolio. Panggil saja Angelica,” sahut Axel kesal.

“Namanya cantik, secantik orangnya,” ujar Marisolio sembari berjalan cepat ke luar kantor.

Angelica masih di luar ruangan, sedang membersihkan daun-daun tanaman di ruang tunggu.

“Pss, pss... Mata indah!” panggil Marisolio dengan gaya manja. Angelica mendengarnya, tapi berpura-pura tidak.

“Angelica!” serunya lebih keras. Barulah Angelica menoleh.

“Iya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya sopan.

“Bukan saya yang butuh bantuan, tapi Axelito. Katanya tolong masuk ke ruangannya.”

Angelica berhenti menyeka daun dan menyelipkan lap ke dalam apron.

“Axelito?” tanyanya, walau ia tahu siapa yang dimaksud.

“Iya, si bos besar itu. Oh, saya belum kenalan, betapa tidak sopannya saya. Senang kenal kamu, aku Marisolio San. Tapi cukup panggil Marisolio saja. Axelito sudah bilang namamu—Angelica. Nama yang cantik. Buruan masuk, sebelum dia keluar sendiri mencarimu.”

Angelica mengangguk dan mengucapkan terima kasih sebelum melangkah ke ruang Axel.

Seperti yang diperkirakan, Axel sudah akan membuka pintu ketika Angelica hampir mengetuk. Tanpa banyak kata, ia langsung menarik Angelica masuk dan menutup pintu.

Begitu pintu tertutup, Axel melepas apron Angelica, membuka kancing blusnya, dan memperlihatkan dadanya yang tertutup bra.

“Indah sekali,” ujarnya sambil menyentuhnya.

“Yakin? Lihat tuh, sudah mulai turun. Pasti kamu sudah pernah memegang yang lebih cantik, lebih kencang,” kata Angelica, menyindir dirinya sendiri dengan nada bercanda.

“Tapi ini alami. Aku sudah bosan menyentuh plastik,” gumam Axel, lalu membimbing Angelica duduk di pangkuannya. “Sini, biar aku manjakan sebentar.”

Ia mulai mencium bagian dadanya yang terbuka. Angelica mulai mengerang pelan dan Axel langsung membungkamnya dengan ciuman.

Blus Angelica sepenuhnya terbuka, memudahkan Axel menikmati momen itu. Sementara itu, Angelica mulai membelai bagian bawah tubuh Axel melalui celananya, membuat suasana makin panas.

Axel segera mengangkat Angelica ke atas meja, membuka lipatan rok kerjanya, dan dengan lembut menyentuh bagian intim Angelica.

“Indah sekali...,” gumamnya sambil menyentuhnya seperti barang berharga. Ia menyusupkan jarinya perlahan, membuat Angelica gemetar, lalu menjilat jarinya sendiri dan berkata, “Manis sekali. Coba kamu rasakan.”

Ia menyodorkan jari itu pada Angelica yang, terbawa suasana, menjilatnya perlahan...

📠 Axelito, alarm status darurat. Burung hantu satu, disertai dengan induknya. Lindungi si mata indah!

Sebuah pesan interkom dari Marisolio membuyarkan segalanya. Axel cepat-cepat berdiri, membetulkan posisinya, dan menyodorkan apron ke Angelica. Gadis itu buru-buru turun dari meja dan mengenakannya kembali.

Tak lama, Maria masuk bersama Patricia del Pino, seperti biasa tanpa mengetuk. Mereka langsung mendapati Axel duduk tenang membaca koran dan Angelica membelakangi mereka, membersihkan tanaman di meja teh.

“Hai, anak durhaka. Kalau bukan karena aku datang bersama tunanganmu, entah berapa minggu lagi baru kau muncul,” sapa Maria dengan gaya sinis, lalu menoleh pada Angelica. “Sayang, silakan keluar dulu. Nanti kau bisa lanjut bersih-bersihnya.”

Angelica berterima kasih dan pergi—lega karena tak harus terus berpura-pura.

Begitu keluar, ia langsung berpapasan dengan Sarah.

“Apa yang kamu lakukan di kantor Tuan Darko? Bukankah dia tak suka kalau ada yang membersihkan ruangannya saat dia di dalam?” tanya Sarah penuh curiga.

“Tuan Darko yang memanggil saya. Katanya... ingin saya bersihkan...” ucap Angelica dengan ragu. Untung saja Marisolio datang menyelamatkan.

“Aku yang manggil. Soalnya Axelito menumpahkan kopi yang tadinya akan aku tuang ke kepalamu yang kosong itu, dasar bodoh,” ejek Marisolio. “Bu, tolong bersihkan cermin di ruanganku. Aku ingin refleksi ketampananku maksimal.”

Angelica langsung mengikuti Marisolio, membersihkan cermin yang sejatinya sudah bersih—walaupun tidak memantulkan "ketampanan" siapa-siapa.

Sementara Angelica diselamatkan, Axel harus menghadapi ibunya.

“Apa yang dia lakukan di ruanganmu? Bukankah kau tak suka orang membersihkan saat kau di sana?” tanya Maria.

“Ibu, dia masih baru, belum tahu. Aku sedang menelepon penting, jadi tak menyuruhnya keluar,” jawab Axel, tahu ibunya punya naluri yang lebih tajam dari detektif mana pun.

“Baiklah, aku percaya. Tapi kami ke sini untuk menentukan tanggal pernikahanmu. Besok keluarga Del Pino dari Kanada datang dan akan ada makan siang sambutan di mansion mereka. Kamu harus datang,” kata Maria. Patricia hanya mengangguk mengikuti alur.

“Ibu, aku belum ingin menikah. Aku masih muda, baru 25 tahun,” elak Axel.

“Ayahmu menikah denganku saat usianya 22. Kami masih akur setelah 26 tahun, kan?” kilah Maria.

“Itu karena kau sedang hamil aku. Takut jadi skandal kalau putri keluarga Cantu jadi ibu tunggal,” sindir Axel, lalu mendapat cubitan keras dari Maria.

“Jangan pernah lakukan itu pada Carolina, ya. Kalau dia menikah nanti, pastikan karena cinta, bukan karena paksaan.”

“Carolina masih anak-anak. Jangan pikirkan itu dulu. Sekarang pikirkan tanggal dan besok sampaikan saat makan siang,” pungkas Maria lalu pergi bersama Patricia, meninggalkan Axel yang mendesah lelah.

Saking kesalnya pada tekanan ibunya, Axel teringat pada desain gaun yang ia buat ketika emosinya meluap. Maka ia langsung mengirim pesan.

📲 Marisolio, aku punya satu gaun baru untuk koleksi.

---

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!