Hanya berjarak lima langkah dari rumah, Satya dan Sekar lebih sering jadi musuh bebuyutan daripada tetangga.
Satya—pemilik toko donat yang lebih akrab dipanggil Bang... Sat.
Dan Sekar—siswi SMA pecinta donat strawberry buatan Satya yang selalu berhasil merepotkan Satya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Ayam & Supermarket
Sekar berdiri di depan kaca mobil, menatap bayangannya sendiri. Topi maskot ayam berwarna kuning cerah sudah bertengger di atas kepalanya. Baju berbulu, lengkap dengan sayap kain dan kaki-kaki oranye, membuatnya terlihat seperti ayam hidup.
Dari dalam mobil, Satya tertawa terbahak-bahak hingga terjungkal. Di kursi samping, ada Rakha yang sejak tadi juga ikut menertawakan Sekar.
Lalu, Satya menyiapkan ponselnya, siap merekam Sekar dari belakang. Rakha tak ingin ikut, malu katanya.
Sekar mulai melangkah masuk ke dalam supermarket. Sesekali melirik ke arah belakang. Memastikan jika Satya benar-benar mengikutinya sambil merekam dengan kamera ponsel.
Pintu otomatis terbuka. Seketika beberapa pasang mata melirik ke arahnya. Beberapa dari mereka menahan tawanya. Sebagian lagi memilih untuk pura-pura tak peduli. Bahkan, diantaranya langsung membuang muka.
Di balik punggungnya, Satya menutup mulutnya rapat, berusaha menahan tawanya agar tak meledak. Masih merekam momen memalukan Sekar dengan ponselnya.
"Papa! Ada ayam belanja!" seorang bocah menunjuk Sekar sambil menarik lengan orang tuanya.
Sekar melambaikan tangannya sekali, berusaha terlihat tetap ramah. Lalu pergi meninggalkannya. Ia langsung berbelok ke lorong sayuran. Mengambil brokoli, wortel, dan seikat bayam.
Satya terus merekam dari belakang. "Momen langka. Ayam belanja sayur!"
"Bacot lo! Udah kan?" balasnya dengan galak.
"Sekarang ke tempat camilan!" perintah Satya.
Sekar baru saja ingin membuka mulut, tapi ia urungkan niatnya. Ia tetap melangkah, menuruti perintah Satya. Tapi sebelum itu, ia mengambil troli belanja terlebih dahulu.
Sekar mulai bergerak lincah di lorong camilan. Tangan kanannya gesit memasukkan beberapa bungkus ciki, tangan kirinya mengambil beberapa macam cookies sekaligus. Belum cukup, ia juga memasukkan wafer, biskuit keju, dan beberapa bungkus permen warna-warni.
Satya, yang tadinya berjalan santai di belakang, kini mulai mempercepat langkahnya dan menatap troli yang mulai penuh. "Lo mau belanja atau ngerampok?"
"Kesempatan gak akan dateng dua kali," katanya sambil tersenyum licik.
Sekar mendorong troli penuh camilan itu ke depan mesin kasir. Topi ayam di kepalanya bergoyang setiap kali ia melangkah, membuat beberapa pengunjung lain menatapnya dengan heran.
Petugas kasir—seorang wanita muda dengan seragam merah, tercengang saat melihat penampilan Sekar. Matanya membulat, lalu tanpa sadar mengangkat tangan menutupi mulutnya.
Sekar menghela napas panjang. Kedua tangannya mulai menaruh belanjaan ke atas meja kasir satu-persatu dengan wajah menahan malu. Tapi di sisi lain, ia senang karena bisa menguras uang Satya.
"Ada tambahan lain, kak?" tanya pegawai supermarket ramah, berusaha tetap profesional dalam bekerja. Meski dalam hatinya, ia terhibur dengan kostum yang dipakai Sekar.
Sekar menggeleng. Tak sabar ingin kembali pulang. "Itu aja, jadi berapa totalnya?"
Pegawai supermarket itu melihat layar, kemudian membacakan jumlah belanjaannya sambil tersenyum. "Tiga ratus dua puluh lima ratus."
"Bayar!" bentak Sekar, menyikut pinggang Satya dengan keras.
Satya mengeluarkan kartu dari dompetnya, memberikannya kepada petugas kasir dengan terpaksa. Niatnya ingin mempermalukan Sekar. Tapi sepertinya, ia memang salah mengambil keputusan. Padahal bisa saja Satya menyuruh Sekar untuk berjoget di lampu merah dengan kostumnya. Kenapa ia malah mengajak Sekar belanja.
Matahari mulai tenggelam saat mereka kembali ke rumah. Sekar langsung duduk bersila di lantai. Membongkar isi plastik belanjaannya satu per satu.
Lalu, mulai menyusunnya satu-persatu di lantai. Dari mulai sayuran, ciki, cookies, wafer, beberapa kotak eskrim, dan bahkan berbagai macam minuman kemasan. Setelah itu, ia mengarahkan kamera ponselnya. Mengambil beberapa foto dari sudut yang berbeda.
"Nanti gua tag ya," katanya tersenyum ke arah Satya.
Satya duduk bersandar di sofa, tangan terlipat di dada, kepala menengadah menatap langit-langit. "Terserah lo," gumamnya tanpa menoleh.
"Rak, lo suka camilan yang mana?" tanya Sekar sambil menunjuk beberapa camilan di hadapannya.
Rakha memperhatikan satu-satu camilan yang Sekar keluarkan dari plastik belanja. Matanya tertuju pada cookies di dalam toples kaca dan minuman kemasan. "Mau cookies... sama minuman yang rasa buah."
"Oke. Ini eskrim vanilla punya lo, Bang." Sekar memberikan satu kotak eskrim rasa vanilla dan menaruhnya di atas meja.
"Sisanya buat gua semua deh," lanjutnya lagi. Ia kemudian mulai merapikan sisa belanjaannya ke dalam plastik. Memasukannya asal.
"Sana balik! Besok-besok gua suruh jadi bebek." usir Satya sambil tertawa mengejek.
Sekar mendelik. Kemudian bangkit dari duduknya. Tangannya penuh dengan plastik putih berisi camilan. "Ini juga mau balik."
ditunggu next chapter ya kak😁
jangan lupa mampir dan ninggalin like dan komen sesuai apa yang di kasih ya biar kita sama-sama support✨🥺🙏
sekalian mampir juga.../Coffee//Coffee//Coffee/
Dikasih koma ya, Kak. Biar lebih enak bacanya. Semangat terus nulisnya!😉