James Morgan adalah seorang pria dengan sejuta pesona yang dapat membuat banyak wanita terpikat olehnya. Tetapi di jaman sekarang ketampanan apa gunanya jika tidak memiliki uang dan kekuasaan?
Kisah tragis seorang pemuda tampan ditinggalkan oleh pacar materialistisnya karena mendambakan kemewahan.
Hingga suatu hari dia memiliki sistem kekayaan terhebat yang mengubah hidupnya yang biasa biasa saja menjadi luar biasa. Mobil super? Rumah mewah? Kehormatan? dan Wanita?? bahkan secantik bidadaripun bisa dia dapatkan dengan mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Kedai
"Kalau seperti ini hidupku akan semakin makmur haha." James tertawa senang, jika ada orang yang melihat tingkahnya, mungkin akan mengira James memiliki sedikit kelainan mental.
Sudah puas tertawa, James memutuskan untuk mencari sarapan di luar villa, saat ini tidak ada bahan makanan apapun di dapur.
James mengendarai mobil Venom nya dan di di sapa dengan hormat oleh para penjaga keamanan karena kemarin mereka sudah menghafal mobil mewah milik James yang datang bersama bos besar, mereka duga dia adalah pemilik baru salah satu unit Villa di kawasan Greenvilles.
"Bekerja di kawasan mewah memang benar benar memanjakan mata ya, pagi pagi sudah melihat mobil mewah yang lagi viral di omongin orang." Ujar salah satu penjaga keamanan.
"Benar, tidak di sangka pemilik mobil itu ternyata tinggal di sini."
"Katanya harga mobil itu lebih dari 100 juta dollar loh, 100 juta... Hanya sebuah mobil bisa semahal itu, padahal bisa saja mendapatkan sebuah villa di kawasan ini, pemikiran orang kaya benar benar berbeda dari orang miskin seperti kita."
"Hobi orang kaya, kita tidak akan pernah bisa mengerti."
James tidak tau apa yang di bicarakan oleh para penjaga keamanan itu, saat ini pandangannya menyisir stan makanan pinggir jalan yang baru buka di pagi hari.
James memang bisa saja makan di restoran mewah, tetapi lidah dan perutnya lebih menerima makanan lezat yang kata orang kaya termasuk kelas bawah yang biasanya dia makan.
Mobil James terhenti di sebuah kedai penjual bubur yang terkenal di daerah ini. Terlihat begitu banyak pelanggan walaupun kedai baru di buka beberapa saat yang lalu.
Seketika atensi semua orang tertuju pada mobil mewah yang terparkir di depan kedai bubur itu.
James keluar dengan santai dari mobilnya, tetapi di mata semua orang terutama para wanita, gerakan James seperti terkena efek slow motion yang membuat mereka terpesona.
"Orang kaya ternyata juga sarapan di kedai pinggir jalan?"
"Aaaa orang itu tampan sekali."
"Apa dia seorang selebriti yang sedang syuting drama? Mana kameranya."
"Aku belum pernah melihat selebriti pria yang setampan itu di manapun."
"Kenapa pacarku tidak setampan dia."
Semua pria, pacar maupun suami dari para wanita yang histeris melihat James seketika berwajah muram, ingin sekali menghajar dan mengeroyok James sekarang, tetapi mereka tidak berani, melihat mobil dan penampilan James yang seperti orang kaya generasi kedua.
Kenapa tuhan begitu tidak adil memberikan seseorang wajah yang begitu tampan lengkap dengan kekayaan! Batin dari semua pria di dalam kedai itu.
James masuk kedalam kedai diiringi tatapan kagum dan sinis. Dia sedikit merasakan hawa dingin di punggungnya tetapi memilih untuk mengabaikannya, saat ini selain untuk mengisi perut, dia tidak ingin memikirkan hal yang lainnya.
"Bos, satu porsi bubur daging dan teh hangat." Pesan James, lalu duduk di salah satu kursi kosong bersama dengan sekelompok pekerja yang juga sedang menunggu pesanan makanan mereka.
James tersenyum menyapa semuanya dan di balas pula sebaliknya.
Salah satu pemuda berseragam konstruksi yang melihat James sepertinya seumuran dengannya, mulai mencoba mengajaknya mengobrol santai.
"Hei, Aku Joshua, apa kau baru pertama kali makan di sini?" Tanya nya.
James menatap pemuda bernama Joshua itu, lalu menjawab "Namaku James. Iya, kemarin baru pindah ke daerah ini, dan baru pagi ini mampir ke kedai bubur ini." James tersenyum ramah.
"Wah kalau boleh tau kau pindah ke mana?" Tanya Joshua, yang enggan James jawab, biar bagaimanapun dia dan Joshua adalah orang asing.
"Eh aku tidak bermaksud buruk kok, hanya bertanya saja, kalau kau tidak mau menjawabnya tidak apa apa kok." Ujar Joshua takut James salah paham.
"Tidak apa apa, aku tinggal di kawasan Greenvilles, tidak jauh dari sini." Ujar James yang membuat satu meja dengan beberapa orang itu terkejut. Mereka berada bagian dalam kedai bubur, jadi tidak melihat kedatangan James dengan mobil mewah.
"Wah, ternyata kau adalah orang berada nak." Ujar salah satu pria paruh baya.
James hanya tersenyum tipis menanggapi itu.
Tak lama beberapa pesanan datang ke meja mereka, termasuk pesanannya, harum aroma daging di atas bubur yang lembut menguar masuk kedalam indra penciuman James.
Tanpa menunggu lama James segera mencicipinya, dan ya, sesuai dengan penampilannya yang menggugah, rasanya ternyata juga sangat enak.
Josua melihat raut wajah James yang menikmati makanannya dan berbicara lagi.
"Orang kaya sepertimu yang memakan makanan di pinggir jalan sangat langka, biasnya mereka memandang rendah makanan seperti ini." Canda Joshua pada James.
"Benar biasanya orang kaya enggan makan di kedai pinggir jalan." Sahut salah satu dari mereka.
James yang mendengar itu hanya bisa tersenyum masam. " Haha, tidak semuanya seperti itu kok, masih banyak orang orang selain aku yang suka makanan seperti ini, karena rasanya sangat lezat." tutur James.
'Tidak tau saja kalau belum lama ini aku juga adalah orang miskin yang selalu makan makanan murah di pinggir jalan.'
"Ya tapi sudah sangat langka James." Canda Joshua.
"Oh ya Joshua apa kau sudah lama bekerja di bidang konstruksi?" Tanya James menghilangkan suasana canggung.
"Lumayan, sudah hampir setahun, mengganti pekerjaan sekarang benar benar sulit." Ujar Joshua membuang nafasnya.
"Asal kau tau saja nak James, Joshua adalah seorang lulusan universitas, tetapi sangat sulit mendapatkan pekerjaan di perusahaan." Ujar salah satu paman yang dekat dengan Joshua.
James tertegun sejenak mendengar ujarannya, lalu mengingat dirinya juga bernasib sama dengan Joshua sebelum mendapatkan keajaiban sistem.
James menatap Joshua yang masih muda tetapi sudah sangat kusam karena sering terpapar sinar matahari saat bekerja, berbeda dengan James yang menghabiskan waktu bekerja nya hampir di dalam ruangan seharian, sehingga kulitnya selalu terlihat putih walaupun tidak terlalu di rawat.
James sangat mengerti rasa frustasi itu, karena dia juga pernah merasakannya.
"Sabarlah kawan, semua kesulitan pasti ada jalannya." Ujar James menepuk bahu Joshua pelan.
Joshua yang mendengar kata penghiburan James hanya bisa tersenyum tipis.
"Orang kaya sepertimu mana bisa mengerti." Ujar Joshua terkekeh.
James tidak menjawab dan hanya tersenyum tipis, lalu menghabiskan makanannya.
Setelah isi bubur di mangkuknya habis, James bangkit dari tempat duduknya, lalu membayar. Tetapi sebelum pergi dari kedai, dia menghampiri Joshua terlebih dahulu, yang kini juga hendak beranjak pergi.
"Hubungi nomor ini dan sebut namaku, nanti setelah itu kau akan di berikan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan." Ujar James meletakkan kartu nama asisten Emily yang di berikan oleh Vivian kemarin.
"Tetapi untuk di terima atau tidaknya itu tergantung pada kemampuanmu." Lanjutnya segera pergi dari sana.
Sedangkan Joshua yang menerima kartu nama itu sedikit tertegun.
"Apa itu Jo." Tanya rekan kerja nya.
"Sebuah kartu nama." Jawabnya.
Joshua membaca kartu nama itu, dan di sana tertera nama seorang wanita bernama Emily Millers, tetapi kata yang di baca selanjutnya membuatnya tercengang.
"Asisten direktur, Veritas group??" Ujarnya terkejut, lalu menatap kearah pintu kedai saat James berjalan keluar tadi.
"Siapa kau sebenarnya James, bagaimana kau bisa mengenal orang penting ini." Gumamnya.
"Siapapun dirimu, aku berterima kasih kepada mu atas kesempatan ini." Ujar Joshua dengan tulus. Dia bertekad akan berusaha menggunakan segenap kemampuannya agar mendapatkan pekerjaan yang nanti akan di tawarkan kepadanya.
maaf aku cuma baru kasih kopi