NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Pewaris Tahta

Terjerat Cinta Pewaris Tahta

Status: tamat
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Mafia / Konflik etika / Masalah Pertumbuhan / Tamat
Popularitas:15.5M
Nilai: 5
Nama Author: Shan Syeera

Sebuah tragedi penyekapan membuat Maharaya bertemu dengan seseorang yang berhasil merenggut kesuciannya.
Seorang pria dingin dan kejam, pimpinan mafia bawah tanah yang sangat ditakuti.

Dia juga dibawa masuk ke dalam kehidupan pria itu yang ternyata bukanlah orang biasa, laki-laki kejam itu adalah seorang putra mahkota dan calon raja masa depan.

Sejak itulah perjalanan hidup Maharaya berubah drastis. Dia dipaksa masuk ke dalam kehidupan yang diluar bayangannya, dipenuhi oleh kekerasan, ketakutan, kesedihan sekaligus kesakitan, sampai akhirnya dia mengenali dirinya sendiri.

Mampukah Maharaya bertahan dengan kehidupan kerasnya dan mendapatkan cinta sejati dari pria dingin itu yang nyata-nyatanya masih dibayangi oleh cinta masa lalunya?

Yuuk... kita ikuti saja kisah selengkapnya di sini..!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Terkejut

❤️❤️❤️

Hari ini cuaca tampak cerah seperti biasa.

Sekarang ini sudah masuk musim penghujan.

Dan perubahan cuaca masih sering terjadi.

Sebenarnya hari ini semangat kerja Raya

sedikit down, mengingat hari ini dia harus

mengubah jalur kehidupan nya ke depan.

Walau dia tidak bisa memprediksi apakah

semuanya akan berjalan lancar atau tidak,

namun dia tetap akan mengambil keputusan

yang menurut nya akan lebih baik baginya.

Semalam dia tidak bisa tidur dengan pulas.

Berbagai kecemasan terus saja menghantui

pikirannya hingga mengganggu ketenangan

bathin nya.

"Selamat pagi Miss.."

Sambut Hana begitu melihat Raya turun dari

lantai atas. Hari ini majikannya itu tampak

sangat memukau dengan setelah kerja semi

formalnya berwarna pastel, rambut nya di

biarkan jatuh natural begitu saja. Dia terlihat

sedikit tidak bersemangat namun tetap saja

nampak mempesona.

"Selamat pagi semua.."

Raya duduk tenang di kursi yang sudah di

siapkan oleh Griz. Tanpa banyak kata dia

memulai sarapan paginya dengan tenang.

Namun sepertinya dia memang sedang

kehilangan selera makan karena tidak lama

kemudian dia sudah mengakhirinya. Hana

dan Griz terlihat saling pandang sekilas.

"Terimakasih sarapan nya Hana. Tapi maaf,

hari ini aku kehilangan selera makan."

"Tidak apa-apa Miss."

Sahut Hana sambil membungkukkan badan.

Seperti kemarin Griz membawakan tas dan

blazer Raya saat turun ke parkiran.

Selama di perjalanan pikiran Raya masih saja

tidak bisa fokus, jantung nya tiba-tiba berdebar

tidak menentu saat mengingat hari ini dia akan bertemu dengan pimpinan sekaligus pemilik perusahaan tempat nya bekerja selama ini.

Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang bisa

di bilang keajaiban.

Turun dari mobil Raya langsung masuk ke

dalam lift khusus di basement yang akan

membawa dirinya ke ruangan direktur.

Sean.. maafkan aku harus memilih jalan ini.

Sebenarnya aku sudah merasa nyaman ada

di sisimu, tapi sekarang keadaanku sudah

berbeda..

Raya membathin selama dia berada di dalam

lift. Tidak lama kemudian dia sudah berjalan

menuju ke ruangan Sean.

"Selamat pagi Bu Raya, silahkan..Mr Sean

sudah menunggu anda di dalam."

Alan, sang asisten direktur menyambut nya

begitu Raya tiba di depan pintu ruangan.

"Terimakasih Pak Alan ."

Raya tersenyum tipis sambil menundukkan

kepala sedikit, setelah itu berlalu masuk ke

dalam ruangan meninggalkan Alan yang

masih terpaku di tempat, tersihir senyum

tipis Raya, hanya senyum tipis.

Raya masuk ke dalam ruangan Sean setelah

mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Selamat pagi Tuan Sean."

Raya menundukkan kepalanya sedikit di

hadapan Sean yang tampak menatapnya

lekat. Tidak lama dia beranjak dari duduknya

dan tanpa basa-basi dia menarik tangan

Raya di bawa keluar dari ruangan.

"Sean, ada apa ini.? Kita mau kemana.?"

Raya mencoba menarik tangan nya dari

genggaman kuat Sean di tengah langkah

kakinya yang terburu-buru karena harus

mensejajari langkah Sean.

"Aku tidak bisa kehilangan mu Raya. Kamu

harus menerima lamaran ku. Sekarang kita

akan menemui Presdir untuk mengatakan

bahwa kamu tidak bisa menerima tawaran nya !"

"Tapi Sean, aku sudah memutuskan untuk

menerima tawaran itu.!"

Debat Raya saat mereka tiba di dalam lift.

Sean membeku, keduanya kini saling menatap

kuat, pria itu tampak menggeleng tidak terima

semua keputusan Raya.

"Tidak, aku tidak akan mengijinkan hal itu.

Kau tidak bisa menghindari ku Raya.!"

Sean mencengkram kuat bahu Raya dengan

tatapan yang semakin dalam.

"Aku tidak menghindarimu, aku hanya ingin

menjauh untuk sementara waktu Sean.!"

"Tapi aku tidak akan bisa jauh darimu Raya.!"

Tiba-tiba Sean memeluk erat tubuh Raya

yang langsung terkejut dan tegang seketika.

Dia berusaha untuk melepaskan pelukan

Sean, tapi pria itu malah semakin mempererat

pelukannya.

"Sean, aku mohon.! lepaskan aku. Kita akan

membicarakan semua ini baik-baik.!"

Raya mendorong keras dada Sean yang

akhirnya mau melepas pelukan nya. Mata

mereka kembali bertemu, saling menatap

kuat dengan napas yang tidak teratur.

"Maafkan aku Raya. Tapi aku benar-benar

tidak bisa melepasmu !"

" Ini hidupku. Aku berhak menentukan masa

depanku sendiri. Aku mohon hargai itu."

Tegas Raya dengan tatapan yakin. Pintu lift

terbuka, tapi mereka berdua masih berada

di dalam nya, masih saling menatap kuat.

"Mr Sean, Nona Raya.."

Kedua orang itu tampak terkejut, mereka

saling memalingkan wajah, dan berpaling

pada beberapa orang yang sedang berdiri

di luar pintu lift.

"Mr Sean..Presdir sudah menunggu anda

di ruangan nya. "

Ternyata orang-orang itu adalah para dewan

direksi yang sengaja menunggu kedatangan

Sean dan Raya di sana. Sean kembali menarik

napas dalam-dalam. Mereka berdua keluar

dari dalam lift, kemudian berjalan menyusuri

lorong panjang menuju ruangan Presdir.

Bagi Raya ini adalah kali pertama dia datang

ke lantai paling atas dari gedung ini. Karena

lantai paling atas adalah ruangan Presdir yang

hampir tidak pernah di huni sama sekali.

Sean menekan tombol di sudut pintu.Tidak

lama pintu terbuka otomatis. Suasana di

dalam ruangan tampak sepi, hening dan

sedikit mencekam. Barisan dewan direksi

segera mengambil tempat untuk duduk di

ruang pertemuan, sementara Sean masuk

ke dalam ruangan khusus tempat Presdir

berada. Sedangkan Raya kini sudah duduk

di ruang pertemuan bersama para dewan

direksi dengan perasaan yang benar-benar

tegang dan gugup. Bagaimana kah rupa

sang Presdir, dan seperti apakah karakter

serta perangainya.?

"Nona Raya.. apa anda sudah siap untuk

mengabdi pada Presdir ?"

Salah seorang dewan direksi mulai berbicara

untuk melakukan sesi wawancara singkat.

Raya meremas jemari tangan nya yang kini

mulai terasa dingin.

"Sepertinya tidak ada pilihan lain, saya harus

siap sepenuhnya.!"

Raya menjawab dengan suara sedikit tidak

yakin. Para dewan direksi saling pandang.

"Saya mengerti ini memang bukan bidang

anda. Tapi kami yakin dengan kemampuan

anda, tidak akan ada kendala bagi anda di

tempatkan dimana pun."

Salah seorang lagi mencoba meyakinkan.

Raya mengangguk dengan tersenyum tipis.

"Walau bagaimanapun saya hanya lah

manusia biasa Tuan-tuan. Saya banyak

kekurangan nya."

Sahut Raya sambil menunduk mencoba

untuk menekan rasa tidak nyaman yang

kini semakin di rasakan hatinya.

"Kami percaya pada kemampuan mu Nona

Raya. Dan Presdir sudah memilih anda di

antara pilihan yang lainnya."

Raya sedikit mengernyitkan alisnya, ada

sejumput pertanyaan yang kini bersarang

dalam benaknya.

"Kenapa Presdir memilih saya.? padahal

jelas-jelas ini bukan bidang saya.!"

Para dewan direksi tampak saling pandang,

mereka pun sesungguhnya tidak mengerti

kenapa Presdir menginginkan seorang

sekretaris pribadi yang berasal dari cabang

perusahan ini.

"Hanya Presdir yang tahu jawaban nya Nona.

Yang jelas beliau sudah memilih anda."

Raya menghembuskan nafas berat. Dia

menatap kearah para dewan direksi.

"Kalau begitu saya akan menjalankan misi

ini sebaik mungkin, demi nama baik

perusahaan cabang kita.!"

Para dewan direksi mengangguk kompak

seraya tersenyum puas.

"Baiklah, kalau anda sudah yakin dengan

semua ini, kami hanya bisa berpesan, tolong

jangan membuat Presdir kecewa. Karena

beliau bukanlah orang biasa. Anda adalah

orang yang sangat beruntung. Bisa berada

di dekatnya dan berinteraksi langsung

dengan beliau dengan sesuka hati.!"

Ucap salah seorang yang merupakan ketua

dewan direksi.

"Insya Allah.. Semoga saya bisa memegang

amanah ini dengan baik.!"

Sahut Raya bersamaan dengan kemunculan

Sean ke ruangan itu. Mereka semua berdiri,

menatap fokus kearah Sean yang terlihat

sedikit tidak bergairah.

"Aku tidak bisa menolak atau mengubah

keinginan Presdir.!"

Sean berucap dengan wajah yang terlihat

pasrah, dia menatap lekat wajah Raya yang

tampak berusaha tenang dan meyakinkan

diri untuk mengambil posisi ini.

"Baiklah, tidak ada jalan lain lagi.! Aku

memang harus mengambil posisi ini."

Lirih Raya sambil kemudian menarik napas

dalam-dalam mencoba memantapkan hati.

"Masuklah, mulai hari ini kau memegang

posisi sebagai sekretaris pribadi Presdir."

Tegas Sean akhirnya sambil meraih tangan

Raya dan menggenggam nya kuat tidak

peduli pada semua orang yang ada di sana.

"Baiklah,aku akan masuk sekarang, permisi

semuanya.."

Raya melepaskan pegangan tangan Sean,

tapi mata mereka masih saling menatap.

Kemudian dia menundukkan kepala pada

semua dewan direksi setelah itu melangkah

tenang kearah ruangan pribadi Presdir.

Tiba di dalam ruangan aura dingin plus

mencekam langsung menyergap jiwa Raya

yang terlihat berjalan masuk ke ruangan

khusus tempat kerja Presdir.

Namun begitu dia masuk ke dalam ruang

khusus, matanya tampak menatap terkejut

kearah satu sosok tinggi tegap dengan rupa

yang sangat tampan berhias senyum khas

yang sangat manis dan membius. Sosok itu

kini tengah berdiri di samping kursi kebesaran

Sang Presdir yang terlihat terbalik. Mata Raya

menatap tidak percaya begitu sosok tampan

itu mendekat kearahnya.

"Selamat datang Miss Raya, dan selamat

atas posisi baru anda di perusahaan ini.!"

Sambut nya dengan senyum yang tidak jua

sirna dari wajah menawannya.

"Tu-Tuan Ansel.? Kenapa anda ada di sini.?"

Raya bertanya dengan suara gemetar, tidak

percaya atas apa yang di lihatnya. Kenapa

asisten pribadi laki-laki jahat itu ada di sini.?

Ya Tuhan..sebenarnya ada apa ini.? Raya

mencoba menepis satu kemungkinan

yang kini mengganggu pikirannya.

"Tentu saja saya di sini.. Karena Tuan saya

juga ada di sini. Dan sekarang anda sudah

resmi menduduki posisi sebagai sekretaris

pribadi Tuan De Enzo..!"

Tegas sosok itu yang tiada lain adalah Ansel.

"A.. apa..?? tapi bagaimana bisa.?"

Raya berseru kaget sambil menutup mulutnya. Matanya semakin melebar, tidak percaya pada

apa yang baru saja di dengarnya. Kakinya kini

goyah, dia mundur terhuyung ke belakang

saking lemasnya. Ansel tampak terkesiap,

dengan gerakan cepat dia maju menahan

tubuh Raya agar tidak terjatuh.

Posisi mereka kini tampak intim, telapak

tangan kiri Ansel menahan pinggang kecil

Raya, sementara tangan kanan menahan

bahu nya. Mata mereka saling menatap kuat.

"Kau tidak apa-apa.?"

Suara Ansel terdengar berat, mendapati

wajah super cantik Raya ada di hadapannya

membuat jiwanya memberontak seketika.

Dia sudah benar-benar jatuh pada pesona

gadis asing ini.

"Ehemm..!!"

Tubuh mereka langsung menegang saat

kursi kebesaran itu tiba-tiba berbalik dengan

cepat, dan satu sosok gagah perkasa dengan

rupa yang begitu sempurna, kini tengah duduk

tenang, matanya menatap tajam kearah mereka dengan ekspresi wajah yang terlihat datar dan

dingin. Ansel membawa tubuh Raya kembali

berdiri tegak. Wajah Raya tampak memucat,

namun ada emosi yang kini mulai menguasai

dirinya mendapati semua kenyataan ini.

"Siapa kau sebenarnya.?"

Tidak menunggu waktu lama Raya langsung

bertanya di sertai tatapan tajam penuh

interogasi kearah sosok gagah yang terlihat

berbeda yang kini sedang duduk tenang penuh

aura intimidasi di kursi kebesarannya.

"Aku atasanmu sekarang.!"

Jawab sosok itu dengan suara bariton nya,

berat, tegas dan dingin.

"Aku bertanya tentang jati dirimu.?"

Tatapan Raya semakin tajam. Dengan santai

sosok itu memutar papan nama yang ada di

atas meja kerjanya. Tatapan Raya kini jatuh

di papan nama berwarna emas itu.

Aaron Marvell De Enzo.??

***

Happy Reading....

1
Merlani Hidayat
baca ulang ke 3x nya
Anonymous
Buat authornya 💗💗😭😭makasih udah bikin cerita sebagus ini plisss pengin jadi raya aron bener bener keren bgt karakternya jatuh cinta arghhhhh😭😭😭😭
Putu: Aku juga dari th 2025. Untung ketemu judulnya. Udah dari SMA love bgt sama ini😭
total 1 replies
Anonymous
Baper banget plis udah 5 tahun baca ini ga bosenin 😭😭
soso
Luar biasa
Momy Haikal
dari semua novel author aku suka cerita Agra kiran Devan Sherin dan raya aron sisanya aku kurang srek sm pemeran laki lakinya
Lismawati Salam
Luar biasa
☘️⃟🆑🍾⃝🎐⃟ͧC͠ʜᴀᷫғͧɪᷠɪ̽ɴⷡᴛᷧ͜ᴀͤ
dibaca berapa x pun tetap nyangkut dan serasa terhanyut dlm cerita ini
Teh Lis Putri
woooo kerean
Naila fikri sho Fiya
luar biasa karyamu thor
Sri Suhartati
Biasa
Sri Suhartati
Buruk
Naila fikri sho Fiya
Kecewa
Naila fikri sho Fiya
Buruk
Ita Setiana
Luar biasa
Sur Tini
sebener nya kenapa yah..ap aroon susah punya anak sampe terkejut begitu
Serevina Simanjuntak
Luar biasa
𝓛𝖊𝖊𝖈𝖍𝖞𝖗𝖆
cerita menarik klo bisa ada lanjutan nya donggg
Naila Azmi
kk mau kelanjutan kisahnya keanu donk kk
pasti lebih seru
Heti Supriyati Laela
luar biasa bikin yang baca ketagihan
Naila Azmi
gk bisa ngebayangin thor gmna tampannya seorang marvel de enzo 😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!