Mengisahkan seorang gadis cantik bernama Ismalia Ragil Aprilyani yang baru menginjak kelas 12 di salah satu sekolah SMA ternama di Indonesia dengan keterbelakangan keluarga yang cukup sederhana yang kemudian memilih dijodohkan oleh sahabat karibnya yang bernama Erika Dwi Bramantio untuk menjadi ibu sambungnya. Berbagai cara yang dilakukan Erika untuk mendekatkan sahabatnya dengan sang ayah yaitu Mandala Putra Bramantio.
Akankah Erika berhasil mendekatkan sahabatnya dengan papanya yang memiliki sifat yang super dingin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idha_Whaty18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Happy Reading🤗
...🌹🌹🌹...
Tidak butuh waktu lama Mandala telah tiba di bangunan tinggi menjulang dengan 10 lantai tersebut. Mandala memarkirkan mobil lalu berjalan ke pintu utama kantornya. Dua satpam yang berjaga memberikan salam hormat ke Mandala. Memasuki ruangan luas bak lapangan badminton semua karyawan menyapa dengan hormat.
Mandala memasuki lift pribadinya sambil jari jemarinya memainkan tab. Setiba di lantai paling atas. Mandala keluar langsung memasuki ruangannya. Mendudukkan diri di kursi kebesarannya mengambil berkas didepannya.
Suara ketukan terdengar ternyata sang sekretaris datang menemuinya. Memberikan beberapa berkas penting untuk ditandatangani untuk proyek di Makasar. Sebelum ditandatangani Mandala memeriksanya secara detail takut akan ada kekurangan ataupun kesalahan.
Serasa cukup memeriksanya Mandala pun menandatangani lalu menyerahkan berkas tersebut ke sekretarisnya yang bernama Ridwan. Ridwan seorang pria yang berusia 35 tahun. Ia sudah lama bekerja sebagai sekretaris Mandala selama 10 tahun.
Ridwan sosok yang pekerja keras, tekun, sopan, disiplin, dan juga single tentunya. Ridwan memiliki perawakan wajah tampan, hidung mancung, dan kulit sawo matang.
Mandala sangat mempercayai segala sesuatunya dilakukan oleh Ridwan bahkan percaya penuh. Begitu juga Ridwan sangat hafal dengan sikap dari Mandala. Bahkan masalah yang sering dihadapi Mandala ia mengetahuinya.
Ketika Ridwan memegang ganggang pintu hendak keluar. Mandala memanggilnya kembali.
"Tunggu, Ridwan." cegah Mandala.
"Ya tuan." sahut Ridwan.
Ridwan berbalik badan mengikuti arah tangan Mandala mempersilahkan duduk di hadapannya. Ridwan duduk dan mendengarkan apa yang akan Mandala bicarakan.
"Bisa tolong saya cari tau dengan gadis ini." sambil menunjukkan sebuah foto seorang gadis.
"Ini siapa tuan." tanya Ridwan mengerutkan kening melihat foto seorang gadis lalu menoleh ke Mandala.
"Itu foto teman anak saya namanya Ismalia. Kamu cari tau latar belakang nya baik keluarga atau aktivitas sehari-harinya. Karena saya tidak mau kejadian yang lalu terulang lagi karena anak saya salah memilih teman." jelas Mandala.
"Baik tuan. Saya akan mencari tau tentang gadis ini."
"Baiklah. Kalau sudah dapat info apapun kabari saya."
"Siap tuan. Kalau gitu saya permisi tuan" sahut Ridwan lagi sambil berdiri dari duduknya kemudian keluar dari ruangan. Mandala hanya menganggukkan kepala sebagai tanda mengizinkan Ridwan keluar.
...🌹🌹🌹...
Di sekolah sudah tiba waktunya semua siswa-siswi beristirahat salah satunya Erika, Ismalia, Rio dan Rehan. Tania hari ini tidak masuk sekolah karena sedang sakit perut akibat semalam ia sangat banyak memakan rujak. Mereka memesan makanan seperti biasa yaitu bakso dan teh es.
"Is....Nanti sepulang sekolah gue ikut rumah lo ya. Udah lama gue gak ketemu sama ibu dan yang lainnya." ucap Erika sambil memasukkan bulataj bakso ke dalam.
Rio dan Rehan tidak mendengarkan pembicaraan mereka di depannya. Rio sangat khusyuk menikmati semangkuk bakso yang sangat enak. Sedangkan Rehan menyeruput kuah bakso tangan sebelahnya menggeser layar ponsel.
"Ikut aja... ibu pasti seneng kamu ke rumah." jawab Ismalia.
"Tapi gue dibonceng sama lo ya. Gue mau ngerasain gimana dibonceng sama lo. Boleh ya?" pinta Erika.
"Tapi kamu kan berat banget kalau jatuh nanti gimana. Udah kamu pake mobil aja."
"Gak ah pokoknya gue maunya sama lo aja. Titik!" paksa Erika.
"Terserah kamu deh." ujar Ismalia nyerah.
Terasa bakso di mangkuk sudah ludes tak bersisa lagi. Kembali terdengar suara bel masuk kelas.
Sepulang sekolah Erika benar-benar ikut Ismalia pulang menggunakan sepeda. Erika dibonceng Ismalia sedikit tidak seimbang karena sedikit berat. Erika sudah menghubungi sang ayah kalau ia akan ke rumah Ismalia.
Sekitar 45 menit mereka telah memasuki gang sempit menuju kediaman Ismalia. Ismalia mengetuk pintu mengucapkan salam.
Tok Tok Tok
"Assalamualaikum, Buk. Ismalia pulang." ucap salam sambil teriak.
Terdengar langkah kaki lalu membukakan pintu tidak lain Ibu Mastiara.
"Wa'alaikumussalam. Sudah pulang ......" ucapannya terpotong karena melihat Ismalia pulang bersama Erika.
Menoleh ke sebelah Ismalia berdiri "Eh... nak. Erika ada juga. Silahkan masuk." mempersilahkan masuk.
"Iya, buk." sahut Erika.
"Is... kamu seperti keringatan banget habis ngapain." tanya Ibu Mastiara heran.
"Itu loh, bu. Habis boncengin si Erika. Kata pengen ngerasain. Mana berat lagi." ujar Ismalia melirik Erika dengan mata menyempit.
"Ih gue gak berat tau. Gue tiap hari minggu sering jogging." ucap Erika tidak terima.
"Tapi kenyataannya kamu memang berat. Kamu gak ngerasain tapi aku yang ngerasain." jawab Ismalia ketus.
"Gak." ucap Erika tidak terima.
"Berat." Ucap Ismalia tidak mau kalah.
"Gak."
"Berat."
Ibu Mastiara ketawa melihat tingkah mereka berdua sambil menggelengkan kepala.
"Sudah-sudah kalian ini masalah sepele saja bikin ribut. Kalian mandi sana habis mandi kita makan siang. Ibu mau lanjutin masak dulu." ucap Ibu Mastiara meninggalkan mereka berdua menuju dapur.
"Dia tuh buk." ujar Erika adu ke Ibu Mastiara.
"Kok jadi aku sih." Ucap Ismalia tidak terima.
"Kan lo yang.... " Ucap Erika tertahan karena dipotong Ibu Mastiara.
"Sudah-sudah jangan bertengkar. Kalian masuk sana dan mandi secepatnya."
"Ya buk." sahutnya serempak.
Ismalia langsung masuk bersama Erika ke kamar dengan wajah cemberut. Erika masuk langsung menjatuhkan diri di ranjang sambil memejamkan mata. Ismalia berjalan menuju lemari dan membukanya lalu mengambil pakaian ganti untuknya dan Erika.
"Nih pakaian ganti untuk kamu. Kamu mandi duluan saja. Aku mau baring sebentar ngilangin capek."
Erika sudah sangat hafal susuk beluk rumah Ismalia karena ia sudah beberapa kali ke rumah ke sini. Tak lama Erika telah menyelesaikan mandinya dengan pakaian santai. Kini giliran Ismalia yang mandi.
Erika menyempatkan melakukan shalat zuhur. Ketika sudah selesai Erika langsung memakai jilbabnya menuju dapur melihat kegiatan Ibu Mastiara memasak. Ayah Ismalia kali ini tidak masak di rumah.
"Eh nak Erika. Sudah selesai mandi?" tanya Ibu Mastiara.
"Sudah dong, buk. Buk perlu Erika bantuin gak sekalian belajar masak."
"Boleh. Emang kamu gak bisa masak."
Erika hanya ketawa terkekeh "Hehe... bisa sih buk masak air doang."
Ibu Mastiara menggelengkan kepala
"Ya sudah kamu bantu kupas bawang sama iris sayuran saja. Ibu yang ngulek bumbunya."
"Emang mau masak apa sih buk."
"Masak semur ayam, sayur capcai, asam pedas ikan patin, dan sama sambel terasi."
"Wahh... semur ayam. Ibu tau aja Rika suka semur ayam."
"Kesukaan kalian kan memang samaan jadi ibu sangat hafal."
"Kapan-kapan Erika minta dibuatin semur ayam lagi boleh ya buk." pinta Erika.
"Boleh. Bilang aja sama ibu nanti ibu buatin. Biar Is yang antar ke rumah kamu."
"Oke. Makasih ya buk." ucap Erika senang sambil memeluk pinggang Ibu Mastiara.
"Iya sama-sama. Sudah lanjutin lagi tu kupasnya."
"Ya buk."
Ismalia yang sudah selesai mandi dan sholat pun ikut menyusul Erika di dapur. Terdengar heboh dan asyik mengobrol sambil mengiris dan memasak.
"Heboh bener. Sampe kedengaran di kamar. Emang ngomongin apain sih." Tanya Ismalia kepo.
"Kepo lo. Pengen tau aja." ujar Erika.
"Ya harus lah sapa tau lagi ngomongin aku." sahut Ismalia.
"Ya elah sapa juga yang ngomongin lo. Kepedaan." jawab Erika.
"Sudah kalian ini bisa gak sih gak ribut. Is, cepat bantuin nak Erika iris sayurnya. Sebentar lagi ayah pulang."
"Si kembar mana buk. Kok gak keliatan." tanya Erika.
"Si kembar lagi main sama teman-temannya paling bentar lagi pulang." ujar Ibu Mastiara sambil menumis bumbu semur.
Tercium aroma semur ditumis. Terdengar suara langkah kaki berlari menuju dapur sambil mengucapkan salam. Ya itu langkah si kembar habis bermain.
"Assalamualaikum." Ucap si kembar serentak.
"Wa'alaikumussalam." sahut Ibu Mastiara.
Mendekati sang Ibu mencium tangan dan sang kakak lalu ke Erika yang sedang mengiris bawang dengan mata terkedip-kedip.
"Eh....Ada kak Erika. Sudah lama datangnya kak." tanya si kembar.
"Lumayan lama sudah 1 jam." jawab Erika.
"Buk. Kami mandi dulu ya." ucap si kembar tertuju ke sang ibu.
Ucap Ibu Mastiara terpotong karena si kembar berlari menuju ke kamar tidur mereka kemudian berebutan ke kamar mandi.
"Sana mandi.... Eh, jangan rebutan, gantian." Teriak Ibu Mastiara.
Ibu Mastiara hanya menggelengkan kepala melihat tingkah laku si kembar.
Cukup lama berkutat di dapur akhirnya semua makanan sudah siap tinggal hanya menyajikannya di atas meja makan. Erika dan Ismalia ikut membantu meletakkan dan menata makanan dan minuman.
Lalu pulang lah sang ayah Ismalia dari rumah makan mereka yang juga membawa masakan lebih. Menyerahkan kantong plastik ke Ismalia lalu membawanya ke dapur untuk di sajikan ke dalam mangkuk dan piring.
Saat menuju ke dapur, ayah Ismalia kaget melihat Erika yang sedang bersama istri membasuh bekas masak tadi.
"Eh... ada nak Erika. Sudah lama datangnya nak?" tanya ayah Ismalia.
"Lumayan lama yah. Gimana rumah makannya. Rame gak?"
"Alhamdulillah lumayan rame tapi gak serame waktu itu."
Kemudian beralih bertanya ke sang istri.
"Oh ya si kembar mana buk." tanya sang suami ke Ibu Mastiara.
"Ada di kamarnya yah habis mandi."
"Kalau gitu ayah mau mandi dulu. Setelah itu kita makan bareng."
Tanpa sahutan. Sang ayah memasuki kamar mandi. Di meja makan sudah berkumpul Ibu Mastiara, Erika, Ismalia dan Si Kembar sedang menunggu kedatangan sang ayah saling mengobrol dan bercanda.
Tak lama sang ayah datang langsung menggeser kursi mendudukkan diri. Ibu Mastiara membantu sang suami mengambil nasi dan lauk. Sedangkan yang lain mengambil sendiri sesuai seleranya masing-masing.
Makan siang mereka sangat damai dan tenang. Tidak terdengar suara dentingan sendok beradu karena mereka makan menggunakan tangan. Baginya menggunakan tangan makan itu akan terasa lebih nikmat.
Selesai makan, Erika dan Ismalia mengemas bekas makan mereka lalu mencucinya. Sedangkan Ibu Mastiara memasukkan kembali masakan lebih ke panci untuk di panaskan. Si kembar sudah kembali ke kamarnya. Sedangkan sang ayah duduk bersantai di ruang tengah menonton televisi sambil mencatat sesuatu.
Tak lama sang istri menghampiri sang suami menemani. Erika dan Ismalia yang sudah selesai mencuci piring langsung masuk ke kamar untuk beristirahat sejenak.
Tanpa terasa waktu istirahat Erika dan Ismalia berujung memejamkan mata tampak sudah menunjukkan pukul 4 sore. Ismalia membangunkan Erika untuk shalat Ashar bersama. Setelah selesai Erika bersiap-siap berkemas untuk pulang ke rumahnya.
Sebentar lagi sang sopir akan menjemput di depan gang.
Kring Kring Kring
Suara dering ponsel Erika berbunyi lalu menjawabnya. Penelpon tersebut adalah sopir Erika yang sudah tiba di depan gang. Erika berpamitan dengan keluarga Ismalia sambil mencium tangan kedua orangtua Ismalia yang sudah dianggapnya sebagai orangtua sendiri bagi Erika.
Tak lupa Ibu Mastiara membawa bekal semur ayam untuk Erika makan malam di rumah nanti. Mengingat saat makan tadi Erika betapa lahapnya bahkan sampai nambah.
...Bersambung.......
Jangan lupa untuk like, vote, komen, subscribe dan follow me🤗
Jumat mubarak 🙏
seharusnya is ituh lebih periang sedikit lebih agresif ..kalau begitu terus mau sampai kapan sampai cerita ini selesai juga tidak akan tertrik dan tidak akan mencair kekakuanya thorrrr......