NovelToon NovelToon
ROMANCE BOY

ROMANCE BOY

Status: sedang berlangsung
Popularitas:363
Nilai: 5
Nama Author: tata

Aruna hanya memanfaatkan Arjuna Dewangga. Lelaki yang belum pernah menjalin hubungan kekasih dengan siapapun. Lelaki yang terkenal baik di sekolahnya dan menjadi kesayangan guru karena prestasinya. Sementara Arjuna, lelaki yang anti-pacaran memutuskan menerima Aruna karena jantungnya yang meningkat lebih cepat dari biasanya setiap berdekatan dengan gadis tersebut. *** "Mau minta sesuatu boleh?" Lelaki itu kembali menyuapi dan mengangguk singkat. "Mau apa emangnya?" Tatapan mata Arjuna begitu lekat menatap Aruna. Aruna berdehem dan minum sejenak, sebelum menjawab pertanyaan Arjuna. "Mau ciuman, ayo!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 13

Sebuah tarikan tangan hangat membuat tubuhnya tersentak kaget. Kini, tubuh dinginnya masuk ke dalam pelukan hangat kekasihnya. Entah datang darimana, tiba-tiba saja Arjuna menarik tubuhnya. Tangannya secara otomatis membalas pelukan Arjuna dengan erat.

"Makasih udah antar Aruna, nggak perlu ada lain kali." Suara Arjuna terdengar dingin dan datar.

"Lo jangan salah paham, Jun." Raka mencoba untuk menjelaskan.

Aruna mendongak, menatap wajah Arjuna dari bawahnya. Salah paham apa? Aruna hendak menanyakan dengan Raka, tapi kepalanya di peluk erat. Arjuna seolah melarangnya untuk menatap Raka. Tentu saja Aruna menurut, lagian memandang Arjuna jauh lebih menyenangkan.

"Lebih baik lo pulang, tolong bilang ke mami gue---kalau gue nginep rumah lo." Mata Raka tiba-tiba membelalak kaget mendengar penuturan Arjuna.

Kenapa Juna suruh Raka? Bukannya lebih mudah dia bilang sama maminya sendiri? Batin Aruna merasa heran dengan kekasihnya, sejak kapan juga seorang Arjuna menyuruh-nyuruh orang lain? Seingatnya, lelaki itu type perfectsionis dan suka melakukan sendiri.

"Lo nginep di apartemen Aruna? Jun, lo serius?" Lelaki itu bertanya dengan heran. Arjuna mengangguk mantap.

Lelaki itu langsung berbalik hendak menggenggam jemari Aruna, namun gadis itu diam saja. Arjuna berbalik dan menatapnya heran.

"Mau di gendong!" Pintanya dengan manja.

Arjuna langsung berjongkok, membuat Aruna langsung meloncat ke belakang punggungnya. Raka sampai dibuat terheran-heran menatap pemandangan di depan matanya. Seorang Arjuna mau menggendong Aruna?Bahkan menginap? Raka dibuat speechless.

Tapi, dari semua yang dirinya lihat--- kelakuan Aruna lebih membuatnya heran. Keduanya bahkan langsung meninggalkan Raka sendirian.

"Nangis-nangis sok mau mutusin? Giliran ketemu, manjanya nggak ketulungan. Cih, bocah labil emang. Kaya gitu Arjuna nurut lagi, dasar bucin. Nggak waras semua mereka berdua!" Raka menggumam memandang keduanya dari belakang. Wajahnya terlihat mengejek kelakuan Aruna.

"Cuma gue yang waras."

Lebih baik Raka tidak perlu jatuh cinta lagi. Membayangkan dirinya bertingkah menggelikan, jelas bukan Raka sekali. Lagian, mana ada perempuan yang tahan dengan mulut pedasnya? Raka kira tidak ada yang kuat.

Ponselnya berbunyi sedang, sebuah notifikasi dari m-banking membuatnya buru-buru melihat. Siapa tahu ayahnya berbaik hati mengirimkan uang. Ternyata, dugaannya salah. Sang pengirim jelas Arjuna. Senyumannya perlahan mengembang.

Arjuna

Buat ganti bensin

Kata pacar gue, bintang satu.

Mata Raka melotot lebar. Aruna ini benar- benar menyebalkan sekali. Gadis itu pikir, dirinya tukang ojek? Enak saja. Pacar gue? Raka juga tahu jika Arjuna tengah cemburu sejak tadi. Rasanya lucu sekali melihat lelaki itu cemburu.

Aruna merasakan suasana canggung karena Arjuna diam sepanjang jalan. Lelaki itu sibuk memainkan ponsel sambil menggendongnya.

"Lapar Jun," Aruna merengek.

"Kamu belum makan?" Lelaki itu menghentikan langkahnya dan bertanya dengan nada khawatir.

"lya, tapi mau beli jajan aja ke minimarket. Balik ya?" Aruna memajukan wajahnya dan menatap Arjuna dari samping.

"Cih, jadi sama Raka bikin kamu kelaparan kan? Coba aku yang jemput kamu, aku ajakin makan." Gumam Arjuna meremehkan. "Kamu sama aku nggak pernah kelaparan kan?"

Aruna mengangguk mengiyakan, karena nyatanya memang benar begitu. Dirinya selalu merasa kenyang saat bersama Arjuna. Kalau malas makan, nanti lelaki itu mau menyuapi.

"Beli makan sekalian ya?" Tawar Arjuna, mulai membalik tubuhnya berjalan menyusuri lorong.

Aruna mengangguk dan spontan turun dari tubuh Arjuna. Kasihan jika lelaki itu menggendongnya sepanjang jalan. Arjuna langsung menoleh dan menatap kaki telanjang Aruna.

"Aku gendong sampai mobil mau?" Aruna tampak menimbang, kemudian mengangguk.

"Kan minimarket cuma depan apartemen, kenapa naik mobil?"

"Beli makan sekalian, atau mau pesan lewat ponsel?" Arjuna menyerahkan ponselnya yang langsung Aruna terima.

Gadis itu membuka ponsel Arjuna yang tidak di sandi. "Aku pesan lewat ponsel kamu aja deh," Jemarinya sibuk menggulir pesanan makan dengan cepat.

Selesai memesan makanan, Aruna membuka aplikasi bertukar pesan. Katakanlah dirinya kepo, tapi biar saja toh Arjuna kekasihnya. Ada beberapa pesan tidak dibalas dan nomor tidak dikenal. Aruna tidak ingin mempercayai ini, tapi kenapa banyak perempuan yang mengirim pesan sekedar say hai pada Arjuna.

"Udah pesan?"

"Udah, ponselnya aku pegangin ya biar nggak repot." Arjuna mengangguk pelan.

Alasan saja, padahal Aruna sedang membuka ponsel Arjuna dan melihat-lihat isinya. Pantas saja Raka bilang jika dirinya yang akan menyesal jika meninggalkan Arjuna, lelaki itu saja banyak yang suka. Bahkan, Sisil pun sering bertukar pesan dengan Arjuna. Meski lelaki itu membalas pesan sekedarnya saja.

Aruna turun ketika sampai depan minimarket, dirinya menyerahkan ponsel pada kekasihnya dan berjalan masuk. Dengan gesit memasukkan banyak jajanan dan banyak kotak susu ke dalam keranjang.

"Sini, pakai dulu sandalnya." Arjuna tiba di depan mata menyodorkan sebuah sandal jepit yang muat di kakinya.

"Makasih," Aruna mencium pipi Arjuna singkat.

Setelah selesai, Aruna berniat membayar jajanan yang dirinya beli. Ternyata, lagi- lagi Arjuna yang sudah lebih dulu menyerahkan uang cash.

Nggak bisa, gue nggak mau putus. Nggak ikhlas banget kalau nanti dia sama Sisil? Batin Aruna terus berperang dengan bingung. Arjuna sampai menegurnya yang jalan dengan melamun.

"Kamu kenapa?" Arjuna menghentikan langkah keduanya di tepi jalan dan memegang bahu Aruna.

"Nggak apa-apa," Elaknya, namun Arjuna tidak mudah percaya begitu saja.

"Nggak mungkin, coba jujur aja. Ada masalah?" Lelaki itu menatapnya dalam dengan lembut.

Aruna menghela nafas panjang, tubuhnya terasa lelah dan kakinya pegal. Mungkin efek dirinya berjalan dari rumah papanya menuju cafe.

Arjuna menatap lekat dan wajahnya mendekat, sejak tadi dirinya tidak memastikan dan memandang wajah kekasihnya. Lelaki itu menatap sudut bibir Aruna yang terluka sedikit.

"Ada yang sakitin kamu?" Arjuna bertanya lembut, wajahnya begitu dekat dengan Aruna. Gadis itu segera memalingkan wajahnya.

"Enggak, kakinya pegal Jun. Boleh minta gendong lagi? Aku capek, pengen dipeluk kamu terus."

Arjuna menghembuskan nafas, mengangguk menuruti kemauan Aruna. Cepat atau lambat dirinya akan tahu apa yang terjadi pada Aruna. Gadis itu bahkan sejak tadi, menjadi lebih manja.

"Juna, kamu kalau ada yang chat jangan suka balas-balasin ya? Soalnya kadang nomor nggak dikenal, bisa aja penipuan kan?"

Lelaki itu mengangguk, mendengarkan ucapan Aruna. "Kamu pernah di tipu?" Tanyanya dengan penasaran.

Aruna langsung mengangguk. "Pernah, aku ketipu uang tiga juta waktu itu. Sedih banget, tapi salah sendiri ceroboh." Curhatnya dengan nada sendu. "Makanya, kamu jangan angkat telfon atau balas pesan dari orang nggak dikenal."

Arjuna mendengarkan dalam diam. "Mau aku ganti?" Tawarnya, lelaki itu menghentikan langkah sejenak.

"Ganti apa?"

"Uang kamu yang tiga juta?"

Aruna mencebikkan bibirnya, padahal yang gadis itu maksud bukan tentang uang. Sejujurnya, Aruna ingin merengek dan meminta Arjuna tidak boleh membalas chat perempuan lain, selain dirinya dan keluarga Arjuna. Tapi, rasanya terdengar egois nanti. Lagian Aruna tidak mau di cap menjadi cewek posesif.

"Terserah, aku capek. Jangan ajak bicara,"

Sampai di depan pintu masuk apartemen, ada pengantar makanan. Tidak Arjuna sangka ternyata begitu cepat sekali, entah apa yang Aruna pesan. Sampai di dalam, gadis itu turun dan duduk di sofa.

"Berapa nomor rekening kamu?"

Aruna melotot dengan wajah ngambek. Tidak mau membahas hal tersebut. Gadis itu menyuruh Arjuna mendekat dan membuka sekotak susu rasa strawberry.

"Sini aja, aku mau di peluk." Tubuh Arjuna dilingkupi perasaan hangat ketika menerima pelukan erat dari Aruna.

Aruna masih memeluknya erat setelah beberapa menit berlalu. Rasanya aneh, tidak seperti biasanya. Arjuna menduga ada sesuatu yang terjadi dengan kekasihnya. Namun, lagi-lagi gadis itu seolah tidak mau terbuka pada dirinya.

"Katanya mau makan? Lepas dulu ya?" Aruna langsung cemberut. Tangannya tidak lagi memeluk lengan Arjuna. Tubuhnya pun ikut dia putar, tidak mau menatap kekasihnya.

"Kamu risih kalau aku peluk terus? Nggak suka?" Tudingnya bertubi-tubi.

"Nggak gitu, sayang. Dada kamu nempel banget sama lenganku,"

Wajah Aruna sontak bersemu malu. Untung saat ini Arjuna tidak menatap wajahnya, jadi lelaki itu tidak akan tahu.

"Emangnya kenapa? Kamu nggak suka kalau dada aku nempel?" Suara Aruna berubah menjadi datar, Arjuna merasa ketar-ketir jika begini.

Lelaki itu menghela nafas pelan, tubuhnya beranjak berdiri dan berpindah duduk di karpet bawah sofa. Lelaki itu duduk di depan Aruna dan menggenggam jemarinya. Namun, Aruna langsung menarik tangannya. Akhirnya, Arjuna menarik pinggang ramping Aruna agar mendekat. Gadis itu tersentak kaget dan menatap kekasihnya.

"Sayang, aku nggak masalah kamu mau peluk terus. Tapi, kali ini kamu kenapa?" Wajahnya mendongak menatap tepat di wajah cemberut Aruna.

Gadis itu diam dengan menyembunyikan tangan di belakang tubuhnya. Tidak mau cepat luluh karena perlakuan manis Arjuna.

Cup

Arjuna berdiri dengan setengah lutut menjadi tumpuan. Saat ini posisi wajahnya tepat berhadapan dengan Aruna dengan jarak yang begitu dekat. Lelaki itu mencium bibir Aruna dan melumatnya sebentar.

"Aku kesel, kamu banyak yang suka! Cemburu sama cewek yang kamu balas chatnya!" Aruna memalingkan wajahnya setelah mengungkapkan perasaannya yang dia tahan-tahan.

Sudut bibir Arjuna berkedut, menahan diri untuk tidak tertawa. Bisa-bisa Aruna akan semakin mendiamkan dirinya. Akhirnya lelaki itu memeluk tubuh kekasihnya dan menyatukan dahi keduanya.

"Nggak ada yang aku balas, jadi kamu maunya gimana biar nggak marah?" Arjuna bertanya lembut.

Posisi keduanya begitu intim dan dekat sekali. Aruna menjauhkan dahi keduanya dengan wajah cemberut.

"Punya Sisil kamu balas!"

Arjuna akhirnya tertawa. "Runa, aku nggak bisa berpikir. Kamu yang marah begini, kelihatan jauh lebih sexy dan menggoda."

Aruna sedang kesal dan sialnya rasa kesal itu mendadak hilang tergantikan rasa kaget. Tubuhnya secara mendadak terlentang di atas sofa, gadis itu menatap wajah kekasihnya yang tersenyum, mengukung tubuhnya dan melabuhkan kecupan-kecupan di pipi.

Katakanlah Aruna memang plin-plan, tapi dirinya sulit menolak pesona Arjuna yang kelewat tampan.

1
SGhostter
Gak bosen
·Laius Wytte🔮·
🤩Kisah cinta dalam cerita ini sangat menakjubkan, membuatku jatuh cinta dengan karakter utama.
Zhunia Angel
Karakter-karakternya sangat hidup, aku merasa seperti melihat mereka secara langsung.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!