Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tetap ingin bercerai
"Mana yang salah dari hubungan kita, Laras? Selama ini apa aku pernah menyakitimu?" Agaknya Hasbi masih ingin Laras bertahan.
Jika menyakiti fisik, tentu tidak pernah, hingga detik ini.
Mereka tidur bersama dalam satu ranjang, seperti pasangan suami istri pada umumnya, yang tidak Laras ketahui keintiman di antara mereka bukan tentang gairah atau gelora cinta, melainkan cara Hasbi membuatnya berpikir pernikahan mereka sehat.
Setiap momen yang telah lewat, kini tampak jelas dalam ingatan Laras, seperti di malam pertama mereka, Hasbi menoleh perlahan ke arah Laras. Matanya teduh, tidak menghakimi, tidak pula menyimpan nafsu. Hanya ada niat baik di sana.
"Kamu mau aku menyentuhmu malam ini?" tanya Hasbi pelan di malam pengantin mereka, suara itu sehangat selimut musim hujan.
Laras balas menatap matanya, lama. Tidak ada keterkejutan di wajahnya, hanya malu-malu seperti pengantin baru pada umumnya. Ia mengangguk sekali, lambat.
Malam itu Hasbi memang tak mencium bibirnya. Ia mulai dengan menyentuh pipi Laras, lalu membiarkan tangannya menyusuri lengan, bahu, lalu punggung. Gerakannya penuh perhatian, seolah-olah tubuh Laras adalah halaman pertama dari buku yang harus dibaca dengan hati-hati.
Dalam cahaya remang kamar, mereka saling mendekat, tapi ternyata bukan karena cinta mendesak, tapi karena tubuh pun butuh di dekap. Karena sunyi pun butuh tempat untuk tenang.
Dan Hasbi... Meskipun hatinya tidak tinggal di dalam rumah itu, ia tidak pernah abai.
Ia mencintai Hera, iya. Tapi ia tidak pernah membiarkan tubuh Laras merasa ditolak. Ia selalu menyentuh dengan lembut, mencium dengan pelan, seolah-olah menyampaikan: Mungkin kamu bukan cinta sejatiku, tapi aku akan tetap membuatmu merasa cukup sebagai seorang istri.
Kini semua itu memudar, bukan karena Laras sudah tidak mencintai laki-laki ini. Tetapi terlalu sakit untuk bertahan. Walaupun kini laki-laki itu mengaku telah mencintainya. Namun, kebohongan demi kebohongan yang Hasbi lakukan membuat hati Laras beku. Istri mana yang tidak sakit hati selama tiga tahun menikah suaminya tidak pernah mencintainya, di tengah usahanya ingin hamil, disaat bersamaan ternyata pil KB setia di cekokkan dalam tubuhnya. Sakit. Sangking sakitnya, Laras sampai mati rasa.
"Laras, selama ini aku salah." Selama menjadi suami Laras, Hasbi menjalankan perannya dengan utuh. Ia memeluk, menyentuh, menenangkan. Ia ada saat Lara sakit, dan selalu tahu cara membuat istrinya bahagia. Membuat Laras tak tahu bahwa sebenarnya ada bagian dari Hasbi yang tak pernah pulang sepenuhnya, ada bagian hatinya yang masih tinggal di rumah lain, tempat yang sesungguhnya Hasbi inginkan.
Dan setelah tahu, Laras tidak bisa menerima itu. Bukan karena egois, mencintai seseorang yang tidak mencintainya, itu hal yang tidak pernah Laras inginkan, dia memimpikan rumah tangga bahagia, ada dia, Hasbi dan anak-anak mereka. Laras tidak mau menyendiri dalam sunyi, berdampingan dalam rutinitas, dalam pelukan yang hangat tapi tak utuh.
"Katakan saja apa yang kamu inginkan, tolong Laras! Tolong!! Jangan berpisah, ya."
Laras diam, tidak menyahut, tidak juga melarang Hasbi berlutut di depannya. Ia menghela napas panjang, lalu memejamkan mata. Ingatannya kembali pada dirinya yang dulu----gadis muda yang bermimpi akan hidup dengan cinta. Ia tidak pernah membayangkan pernikahannya akan begini. Andai ia sejak awal tahu, Hasbi tidak mencintainya.
Hasbi mencintai Hera. Putri-putrinya. Kewajibannya. Bukan dirinya.
Beruntung, dia tidak hamil.
Laras tahu bagaimana rasanya tumbuh tanpa kasih yang utuh. Ayahnya dulu sering hilang dari rumah, ibunya menangis diam-diam di dapur, walau pada akhirnya cinta ayahnya terbagi, tapi mereka tetap bertahan. Dan Laras, yang tumbuh menyaksikan semua itu, pernah bersumpah tak ingin hidup seperti ibunya.
Cinta tak bisa memaksa orang lain mencintaimu balik.
Dan itu yang paling menyakitkan.
Meski sekarang katanya Hasbi telah mencintainya, nyatanya tubuh itu telah terbagi sejak awal, mengingatnya saja Laras sakit hati.
Semua sudah terlambat.
Tidak ada yang baik-baik saja. Tidak sejak hari pertama mereka menikah.
Hasbi tidak pernah menyakitinya, tapi juga tidak pernah benar-benar hadir.
Dan kini Laras lelah, dia ingin meninggalkan seseorang yang pernah sangat dicintai dan juga orang yang ingin dihindari mulai sekarang.
"Ini pertemuan kita yang terakhir, ku harap jangan sampai berjumpa lagi." Laras berdiri, melangkah meninggalkan Hasbi yang masih berlutut di tanah.
######
Nah, sepertinya pintu maaf Laras benar-benar sudah tertutup untuk Hasbi.
Apa Hasbi masih punya cara untuk mempertahankan Laras.
Tunggu episode berikutnya ya...