NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam

Warisan Mutiara Hitam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

Takdirnya telah dicuri. Chen Kai, dulu jenius nomor satu di klannya, kini hidup sebagai "sampah" yang terlupakan setelah Akar Spiritualnya lumpuh secara misterius. Tiga tahun penuh penghinaan telah dijalaninya, didorong hanya oleh keinginan menyelamatkan adiknya yang sakit parah. Dalam keputusasaan, dia mempertaruhkan nyawanya, namun berakhir dilempar ke jurang oleh sepupunya sendiri.

Di ambang kematian, takdir mempermainkannya. Chen Kai menemukan sebuah mutiara hitam misterius yang menyatu dengannya, membangkitkan jiwa kuno Kaisar Yao, seorang ahli alkimia legendaris. Dari Kaisar Yao, Chen Kai mengetahui kebenaran yang kejam: bakatnya tidak lumpuh, melainkan dicuri oleh seorang tetua kuat yang berkonspirasi.

Dengan bimbingan sang Kaisar, Chen Kai memulai jalan kultivasi yang menantang surga. Tujuannya: mengambil kembali apa yang menjadi miliknya, melindungi satu-satunya keluarga yang tersisa, dan membuat mereka yang telah mengkhianatinya merasakan keputusasaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pedang Awan Mengalir

Malam sudah larut ketika Chen Kai tiba di kediaman Tetua Liu. Berbeda dengan seminggu yang lalu, para penjaga di gerbang halaman dalam bahkan tidak menghentikannya. Mereka hanya menundukkan kepala sedikit saat dia lewat, token alkemis di pinggangnya bersinar samar di bawah cahaya bulan.

Dia menemukan Tetua Liu di ruang kerjanya, bukan di ruang alkimia. Ruangan itu dipenuhi aroma teh berkualitas tinggi. Tetua Liu sedang duduk di meja kayu yang dipernis, dengan gembira menghitung tumpukan kecil batu roh—mata uang standar para kultivator—menggunakan sempoa. Wajahnya berseri-seri.

"Nak Kai! Tumben sekali kau berkunjung malam-malam," kata Tetua Liu, senyumnya tidak pudar. Dia jelas dalam suasana hati yang sangat baik. Esensi murni 95% yang dibawa Chen Kai telah memberinya keuntungan besar dalam seminggu terakhir.

"Tetua Liu," Chen Kai membungkuk sedikit, langsung ke intinya. "Saya baru saja menerima pemberitahuan tentang Pesta Perburuan."

Senyum Tetua Liu sedikit memudar. "Ah, benar. Acara tahunan yang merepotkan itu." Dia menatap Chen Kai. "Kultivasimu... tingkat keempat?" Matanya melebar sedikit karena terkejut. "Kecepatanmu... lumayan."

"Saya beruntung," jawab Chen Kai datar. "Tapi keberuntungan tidak akan cukup untuk Pesta Perburuan. Saya datang untuk meminta dua hal."

"Oh?" Tetua Liu meletakkan sempoanya. Dia kembali menjadi pedagang yang cerdik. "Meminta? Itu kata yang kuat. Kemitraan kita adalah 50-50 untuk esensi yang kau hasilkan. Itu tidak termasuk permintaan tambahan."

"Anggap saja ini investasi untuk memastikan aset Anda tetap hidup," kata Chen Kai, nadanya sedingin es. "Saya tidak bisa memurnikan ramuan jika saya mati di Pegunungan Binatang Buas."

Tetua Liu menyipitkan matanya. Dia menimbang kata-kata Chen Kai. "Kau... takut? Kau pikir seseorang akan mengincarmu?"

"Saya tidak takut," jawab Chen Kai. "Saya hanya bersiap. Chen Wei tidak menyembunyikan niat membunuhnya. Dan saya tidak berniat mati."

Tetua Liu terdiam sejenak. Dia tahu karakter Chen Wei. Pemuda itu sombong dan kejam. Jika Chen Kai, 'sampah' yang tiba-tiba bangkit, mempermalukannya di Paviliun Harta Karun dan sekarang menjadi alkemis yang dilindungi, Chen Wei pasti tidak akan membiarkannya.

"Kau benar," kata Tetua Liu pelan. "Akan sangat merugikan jika 'ayam petelur emasku' mati begitu cepat. Apa yang kau butuhkan?"

"Pertama, sebuah senjata. Yang layak," kata Chen Kai.

"Kedua, informasi. Segala sesuatu tentang Pesta Perburuan. Area berbahaya, jenis binatang iblis, dan yang paling penting... kekuatan kroni-kroni Chen Wei."

Tetua Liu mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Ini adalah permintaan yang masuk akal.

"Senjata..." gumamnya. Dia berdiri dan berjalan ke rak di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah kotak kayu panjang dan membukanya. Di dalamnya tergeletak sebilah pedang ramping. Panjangnya sekitar tiga kaki, bilahnya tipis dan memancarkan cahaya perak redup. Ada pola samar seperti awan terukir di bilahnya.

"Pedang Awan Mengalir," kata Tetua Liu. "Senjata spiritual tingkat rendah. Tidak seberapa, tapi seratus kali lebih baik daripada pedang baja biasa yang digunakan murid pelatnas. Cukup tajam untuk memotong baja biasa dan bisa menyalurkan Qi-mu, meskipun tidak efisien."

Dia menyerahkan pedang itu kepada Chen Kai.

Chen Kai mengambilnya. Pedang itu terasa ringan namun kokoh di tangannya. Begitu dia menyalurkan sedikit Qi dari 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi', bilah pedang itu berdengung pelan dan pola awan di atasnya bersinar sesaat.

"Pedang sampah," komentar Kaisar Yao di benaknya. "Tapi setidaknya itu pedang."

"Ini cukup," kata Chen Kai kepada Tetua Liu.

"Bagus," kata Tetua Liu. Dia kembali ke mejanya dan mengambil sebuah gulungan kulit binatang. Dia membukanya di atas meja. Itu adalah peta 'Pegunungan Binatang Buas'.

"Informasi," kata Tetua Liu, jarinya menunjuk ke peta. "Pegunungan ini dibagi menjadi tiga area: luar, tengah, dan dalam. Kalian para murid hanya diizinkan berburu di area luar."

Jarinya melingkari beberapa area yang ditandai dengan warna merah. "Jangan dekati tempat-tempat ini. Ini adalah sarang binatang iblis tingkat tinggi yang tersesat ke area luar. Ada Sarang Laba-laba Bayangan di sini, dan di sini... Lembah Serigala Angin. Bahkan murid tingkat ketujuh atau kedelapan pun akan kesulitan jika mereka dikepung."

Chen Kai mengangguk, menghafal lokasi-lokasi itu.

"Tentang Chen Wei," lanjut Tetua Liu. "Kultivasinya saat ini berada di Kondensasi Qi tingkat ketujuh. Dia jenius, harus kuakui. Dia memiliki dua letnan kepercayaan yang akan selalu bersamanya: Chen Long dan Chen Hu. Keduanya berada di Kondensasi Qi tingkat kelima. Mereka bertiga sering berlatih formasi pertempuran bersama. Jangan hadapi mereka secara langsung."

"Tingkat ketujuh..." Chen Kai mengepalkan tinjunya. Perbedaan tiga tingkat sangatlah besar.

"Takut sekarang?" tanya Tetua Liu.

"Hanya bersemangat," jawab Chen Kai.

Tetua Liu tertawa kecil melihat jawaban itu. "Kau anak yang aneh." Dia melemparkan beberapa botol porselen kecil ke atas meja.

"Ini adalah lima 'Pil Pengumpul Roh' lagi, dan tiga 'Pil Peremaja Darah'. Pil Peremaja Darah bisa menghentikan pendarahan dan memulihkan stamina dengan cepat. Ini adalah bayaran di muka untuk esensi yang akan kau hasilkan setelah kembali."

Chen Kai mengumpulkan botol-botol itu tanpa mengucapkan terima kasih. Keduanya tahu ini adalah transaksi.

"Satu nasihat terakhir, Nak Kai," kata Tetua Liu, nadanya berubah serius. "Di pegunungan, tidak ada aturan. Satu-satunya aturan adalah bertahan hidup. Aku tidak peduli siapa yang kau bunuh atau apa yang kau lakukan. Pastikan saja kau kembali hidup-hidup. Kau mengerti?"

"Saya mengerti."

"Bagus. Sekarang pergi. Aku harus menyelesaikan pembukuanku."

Chen Kai mengangguk. Dia menyarungkan 'Pedang Awan Mengalir' di punggungnya, menyelipkan botol-botol pil, dan meninggalkan ruangan itu.

Dia kembali ke halamannya tepat sebelum fajar menyingsing. Ling'er masih tertidur lelap.

Chen Kai duduk bersila di halaman, pedang baru itu tergeletak di pangkuannya. Besok lusa adalah hari perburuan. Dia hanya punya satu hari untuk bersiap.

"Baiklah, bocah," suara Kaisar Yao terdengar, nadanya sangat serius untuk pertama kalinya. "Kau punya teknik kultivasi, teknik pemurnian tubuh, pil, dan sekarang sepotong logam yang kau sebut pedang. Tapi kau tidak tahu cara bertarung."

"Aku tahu cara membelah kayu," kata Chen Kai.

"Itu tidak akan cukup untuk membunuh manusia," balas Kaisar Yao. "Dengar. Aku tidak bisa mengajarimu teknik pedang yang rumit dalam satu hari. Tapi aku bisa mengajarimu satu hal... Niat Pedang."

Chen Kai mendengarkan dengan saksama.

"Pedang bukanlah tentang gerakan mewah," jelas Kaisar Yao. "Itu adalah perpanjangan dari kehendakmu. Perpanjangan dari niat membunuhmu. Ketika kau mengayunkan kapak, kau berniat untuk membelah kayu. Ketika kau mengayunkan pedang ini, kau harus berniat untuk membelah musuhmu. Salurkan Qi-mu bukan ke seluruh bilahnya, tapi fokuskan... ke ujungnya yang paling tajam."

Chen Kai mengambil pedang itu. Dia berdiri.

Dia menutup matanya, mengabaikan gerakan-gerakan yang dia lihat dilakukan oleh para murid klan. Dia hanya memikirkan satu hal: membelah. Membelah segala sesuatu yang menghalanginya.

Dia mengayunkan pedang itu ke depan dalam tebasan lurus yang sederhana.

SWISH!

Udara di depannya bergetar. Sebuah garis tipis tergores di batu pijakan di bawah kakinya, sesuatu yang seharusnya tidak mungkin dilakukan oleh ayunan biasa.

Chen Kai membuka matanya.

"Lagi," perintah Kaisar Yao.

Chen Kai menghabiskan sepanjang hari di halaman kecilnya, hanya melakukan satu gerakan: tebasan lurus. Dia tidak makan. Dia tidak beristirahat. Dia hanya menebas, berulang kali, ribuan kali, memfokuskan semua Qi dan niat membunuhnya ke ujung pedang.

Pada saat matahari terbenam, jubahnya basah oleh keringat, dan lengannya gemetar karena kelelahan. Tapi matanya lebih tajam dari pedang di tangannya.

Dia berhenti, dan menyarungkan pedangnya.

Malam itu, dia bermeditasi untuk memulihkan kekuatannya. Fajar akan segera tiba.

Dan Pesta Perburuan akan dimulai.

1
wisnu
semangat thor💪
alfariz aditya
ceritanya sejauh ini bagus👍👍
Bucek John
harta menang perang gak peenah diambil walau kultivator masih sabgat mesken sekaki...!!! apalagi tdk punya cincinbruang walau hanya kecil saja, hambar belum nambahkeseruan ...!!
Joe Maggot Curvanord
lanjut thor
awas kalo sampai putus d tengah jalan critanya aku cari penulisnya wkwkwkw
Joe Maggot Curvanord
alurnya bagus banget
ga terlalu cepat op
pelan berdarah tapi pasti
saya suka
byk bintang untuk penulis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!