Seorang wanita modern Aira Jung, petinju profesional sekaligus pembunuh bayaran terbangun sebagai Permaisuri Lian, tokoh tragis dalam novel yang semalam ia baca hingga tamat. Dalam cerita aslinya, permaisuri itu hidup menderita dan mati tanpa pernah dianggap oleh kaisar. Tapi kini Aira bukan Lian yang lembek. Ia bersumpah akan membuat kaisar itu bertekuk lutut, bahkan jika harus menyalakan api di seluruh istana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja Bulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14, Mencari bukti
Udara di bawah tanah begitu tebal dan lembap hingga setiap napas terasa seperti menelan kabut.
Kaen bersandar di dinding batu yang dingin, menatap rantai di tangannya yang berkarat.
Di ujung lorong, dua penjaga bicara pelan suara mereka samar, tapi cukup jelas bagi telinga terlatih seperti miliknya.
“Kaisar sendiri yang memerintahkan mereka dibawa ke bawah.”
“Dan kau tahu artinya mereka takkan hidup lama.”
Kaen tersenyum kecil, tanpa humor.
“Begitulah nasib orang yang tahu terlalu banyak,” gumamnya pada dirinya sendiri.
Ia menunduk, menatap gelang logam di pergelangan tangannya. Tampak biasa, tapi di dalamnya terselip jarum kecil yang ia sembunyikan sejak hari pertama ditangkap.
Sekali tik, pengait rantai itu bisa patah.
Namun ia tidak terburu-buru.
Ia tahu waktu yang tepat belum datang sampai seseorang muncul di ujung lorong.
Langkah itu ringan, tapi pasti.
Ketika sosok itu berhenti di depan selnya, Kaen menegakkan tubuh, tapi matanya melebar sedikit saat mengenali wajah yang datang.
“Kau?”
Pelayan tua yang pernah membawa surat Elara berdiri di sana, membawa nampan makanan.
“Yang Mulia mengirim ini,” katanya pelan. “Dan… pesan.”
Kaen menatapnya tajam. “Pesan apa?”
Pelayan itu menunduk dan berbisik,
“Dia tahu kau dijebak. Dan katanyawaktunya hampir tiba.”
Kaen menatap ke bawah, lalu tersenyum tipis.
“Waktu… ya.”
Begitu pelayan itu pergi, ia mulai bekerja dengan cepat. Jarum kecil itu ia tekan ke pengunci rantai. Suara klik lembut terdengar rantai terlepas.
Ia menatap koridor panjang di depannya, lalu berkata pelan,
“Untuk pertama kalinya, aku akan melanggar perintahnya. Tapi hanya karena aku ingin melindunginya.”
Ia bergerak tanpa suara, seperti bayangan.
Di sisi lain istana, Elara duduk di depan meja besar di ruang pertemuan kerajaan.
Para pejabat tinggi berkumpul, dan Kepala Logistik pria berusia lima puluhan dengan rambut perak yang disisir rapi berdiri dengan wajah tenang.
“Yang Mulia, dengan segala hormat,saya tak tau tentang dokumen yang ditemukan di gudang.”
Kaelith duduk di kursi tertinggi, matanya redup tapi tajam.
“Kau menandatangani setiap laporan yang keluar dari dapur, gudang, dan pelataran. Jangan bermain buta di hadapanku.”
Kepala Logistik menunduk, tapi nada suaranya tetap tenang.
“Jika ada pemalsuan, berarti ada yang menyalahgunakan nama saya. Bisa saja itu perbuatan orang dalam yang haus jabatan.”
Elara memperhatikan setiap gerakannya, setiap kedipan, setiap getaran halus di ujung bibirnya.
Lalu, dengan tenang, ia berkata,
“Menarik. Karena saat aku periksa ulang catatan pembelian, aku menemukan tanda tanganmu di surat yang sama tiga kali dalam selang waktu satu jam.”
Ruangan seketika tegang.
Kaelith menatap Elara sekilas ekspresinya berubah sedikit. Kagum, lagi-lagi.
Kepala Logistik mulai berkeringat.
“Itu… mungkin kesalahan penulis,” ucapnya kaku.
“Kesalahan jarang terulang dengan pola yang sama,” jawab Elara dingin. “Kecuali kau sengaja.”
Beberapa pejabat saling berpandangan. Suasana berubah panas.
Kaelith berdiri, langkahnya bergema di lantai batu.
“Aku ingin bukti lebih dari sekadar kata-kata,” katanya akhirnya.
Elara mengangguk.
“Akan kuberikan. Malam ini.”
Sementara itu, Kaen berhasil keluar dari penjara bawah tanah, menembus lorong sempit yang berakhir di belakang dapur kerajaan.
Namun sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, seseorang menunggu di sana penjaga berpakaian gelap, wajahnya tersembunyi di balik kain.
“Kau pikir mudah keluar dari sini?” suara berat itu bergema.
Kaen memutar tubuh, menyiapkan posisi bertarung.
“Kau dikirim Kepala Logistik, ya?”
Penjaga itu tak menjawab. Ia langsung menyerang cepat dan kuat.
Kaen menangkis dengan lutut, memukul siku lawan hingga terdengar bunyi retak.
Pertarungan berlangsung singkat, tapi brutal.
Di akhir, penjaga itu terjatuh, darah mengalir dari pelipisnya.
Kaen menghela napas berat, lalu menatap tubuh itu. Di pinggangnya, tergantung sepotong kain dengan simbol kecil lambang keluarga bangsawan yang ia kenali dari laporan Elara: lambang Kepala Logistik.
“Jadi benar… kau sumber busuknya.”
Ia mengambil kain itu dan melangkah pergi, menembus kegelapan menuju sisi timur istana tempat Elara berjanji menemukan bukti.
Malam itu, di menara tertinggi, Kaelith berdiri sendiri di balkon, memandangi langit kelam.
Dari sini, istana tampak indah tapi ia tahu, di bawah keindahan itu, setiap batu menyimpan rahasia dan darah.
Ia menatap tangannya sendiri. Ada bekas luka lama di sana garis panjang dari pergelangan sampai telapak, bekas pertempuran bertahun-tahun lalu.
Bekas yang membuatnya berhenti percaya pada siapa pun.
“Dulu aku kehilangan karena percaya,” gumamnya. “Sekarang aku kehilangan karena terlalu berhati-hati.”
Ia memejamkan mata sebentar. Bayangan wajah Elara terlintas di benaknya dingin, tajam, tapi hidup.
Dan tanpa sadar, jemarinya mengepal pelan.
“Jangan mati, Elara,” bisiknya. “Aku belum mengizinkanmu pergi.”
Di gerbang timur, Elara menunggu dalam diam. Angin berembus membawa aroma logam dan debu.
Ketika bayangan seseorang muncul dari balik kegelapan, ia menegakkan tubuh tapi bukan musuh yang datang.
Kaen berdiri di sana, berlumur debu, tapi matanya menyala.
“Aku bawa bukti,” katanya pendek.
Elara mendekat cepat. “Kau melarikan diri?”
“Tidak,” jawab Kaen dengan nada tenang. “Aku keluar untuk menyelamatkanmu. Mereka akan datang ke sini malam ini bukan untuk menutupi jejak, tapi untuk menyingkirkanmu.”
Elara menarik napas panjang.
Langit di atas mereka mulai berkilat tanda badai akan turun.
Ia menatap Kaen, lalu berkata pelan,
“Kalau begitu, kita tidak punya waktu lagi. Malam ini kita buktikan semuanya… atau mati bersama.”
Dan petir pertama menyambar langit.
Yuk komen dan share
Bantu Elara dan kaen mencari bukti dengan Like dan komen kalian ya .... Onegaishimasu 🙏
Mungkin aku tidak akan update selama 1 Minggu