NovelToon NovelToon
Gadis Malang Masuk Ketubuh Antagonis

Gadis Malang Masuk Ketubuh Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Sandri Ratuloly

Seharusnya Aluna tahu kalau semesta tak akan sudi membiarkan kebahagiaan singgah bahkan jika kebahagiaan terakhirnya adalah m*ti di bawah derasnya air hujan. la malah diberikan kesempatan untuk hidup kembali sebagai seorang gadis bangsawan yang akan di pe*ggal kep*lanya esok hari.
Sungguh lelucon konyol yang sangat ia benci.
Aluna sudah terbiasa dibenci. Sudah kesehariannya dimaki-maki. la sudah terlanjur m*ti rasa. Tapi, jika dipermainkan seperti ini untuk kesekian kali, memang manusia mana yang akan tahan?!
Lepaskan kemanusiaan dan akal sehat yang tersisa. Ini saatnya kita hancurkan para manusia kurang ajar dan takdir memuakkan yang tertoreh untuknya. Sudikah kamu mengikuti kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

"Duke, apa anda akan pulang sekarang?" Leander menganggukkan kepalanya. Dia tidak pernah tertarik pada gemerlap dan bisingnya pesta. Bertahan di tempat ini sampai akhir sungguh sebuah pencapaian untuknya. Tapi, seseorang yang ingin dia ajak bicara malah tidak mengobrol sepatah katapun.

Leander datang untuk melihat gadis itu. Dia menantikan Aluna bersinar di tempat ini. Benar saja, gadis itu sangat mempesona dan membuatnya tertegun sejenak. Sayangnya, telapak tangannya menggenggam Eugene dan bukan dirinya.

Saat Leander berniat menghampiri Aluna, satu-persatu pria tua mulai mengajaknya bicara. Dia harus meladeni perkataan penuh omong kosong sampai akhir pesta. Leander tidak sanggup. Tenaganya menguap habis.

"Maaf membiarkanmu pulang sendirian, Aluna." Leander mengerutkan keningnya heran.

Eugene membiarkan gadis itu pulang sendirian?

Leander menyimak percakapan mereka sampai Aluna melangkah menuju kereta. Eugene sudah berbalik pergi mengurusi urusan penting. Leander juga berniat pulang jika saja dia tidak melihat sesuatu keluar dari kereta Aluna.

Kenapa gadis itu melemparkan sarung tangannya keluar kereta?

•••

Aluna tahu Eugene tidak akan berniat melukainya. Pemuda itu tulus ingin membantu dirinya. Eugene pasti membuat banyak pertimbangan sebelum mengirimnya pulang sendirian.

Tapi, perasaannya tidak tenang. Ada sesuatu yang aneh dengan kusir kereta ini. Karena itu, untuk berjaga-jaga dia melempar sarung tangannya keluar jendela kereta. Walau, Aluna tidak yakin seseorang akan memahami isyaratnya.

Aluna merusak perhiasan yang ia kenakan. Membuang permata-permata itu ke jalanan. Meninggalkan jejak kemana kereta ini membawanya.

Dia belum hafal dengan jalanan menuju kuil. Memiliki ingatan Agatha tidak berarti dia familiar. Aluna mencoba meyakinkan dirinya kalau insting nya salah. Tidak terjadi apapun yang bisa membuatnya dalam bahaya. Tapi, jalanan yang semakin lama sunyi dan menjauh dari keramaian membuat gadis itu tersenyum kecut.

"Kemana kau ingin membawaku?" tanya Aluna.

"Tentu saja ke Kuil Suci, Lady Aluna." Tebakannya benar.

"Maaf, tapi semua orang di Kuil Suci selain Eugene masih memanggilku Agatha." Aluna membuka pintu kereta yang berjalan dengan kecepatan sedang. Dia nekat melompat turun dan menghantam tanah dengan keras.

Tubuhnya tergores dan bajunya kotor. Aluna tidak mempedulikannya. Yang penting dia harus segera pergi dari sini.

"Sialan! Kembali kau kesini!" Kusir itu langsung melepas penyamarannya saat Aluna melompat dari kereta kuda. Gadis itu sengaja berlari ke rimbunan pohon agar kereta kuda tidak bisa mengejarnya.

Kusir itu langsung memberhentikan kereta. Turun dari situ dan berlari mengejar Aluna.

Aluna tidak berani menoleh ke belakang. Dia berlari sekuat tenaga. Kakinya berulang kali tergores oleh batu dan duri tanaman. Dia sudah melepas sepatunya karena memperlambat langkah kakinya. Dia akan menggunakan sepatu hak tinggi ini sebagai pertahanan terakhir.

Stamina lelaki dan wanita berbeda.

Terutama seorang gadis bangsawan yang sempat ditahan di penjara dan sakit-sakitan dengan seorang ksatria laki-laki yang terlatih dan mahir bertarung. Kusir itu ialah ksatria yang menyamar. Dia dengan cepat mengikis jarak di antara mereka.

Ksatria itu berhasil meraih lengannya. Aluna melemparkan sepatu hak tinggi miliknya ke wajah ksatria itu. Pria itu dengan sigap melindungi wajahnya namun cengkraman tangannya mengendur dan Aluna memanfaatkan kesempatan itu untuk melepaskan diri.

"Dasar gadis merepotkan, sia-lan!" makinya saat Aluna kembali menarikan diri.

Telapak kakinya perih. Darahnya meninggalkan jejak di tanah. Tidak, dia harus terus lari. Asalkan bisa menyelamatkan diri, luka ini bukan masalah.

"Akh!" Ksatria itu menjambak rambutnya dari belakang. Pria itu sangat marah. Dia akan memberi gadis ini pelajaran. Seharusnya Aluna menurut saja dan membiarkan dia menyelesaikan tugasnya dengan mudah.

"Aku akan memberikan pelajaran keras untuk gadis merepotkan sepertimu!" Ksatria itu mengamati wajah Aluna dari dekat. Mengabaikan rintihan kesakitan yang keluar dari bibirnya.

"Wajahmu memang sangat cantik sesuai rumornya." Seringai lebar tumbuh di bibir ksatria itu. Menyiksa gadis cantik akan menyenangkan. "Biarkan aku merusak tubuh indahmu ini, Lady. Aku jamin kau juga akan menikmatinya."

Wajah Aluna memucat. Dia mencoba melawan meski hasilnya sia-sia. Siksaan apapun dapat ia terima selain ini. Tanpa sadar, air matanya meleleh.

"Aku akan membayarmu berapapun yang kau minta. Tapi, lepaskan aku!" Ksatria itu tertawa keras. Gadis ini semakin cantik saat menangis.

"Uang sebanyak apapun tidak akan bisa menggantikan kesempatan langka ini. Berhentilah melawan dan terima nasibmu!" Tangannya mulai membelai wajah Aluna.

Tolong, siapapun tolong dia. Aluna terus berdoa dalam hati. Dia tidak mau. Lebih baik mati daripada ternodai. Tapi, dia tahu dirinya tidak bisa mati sebelum waktu yang ditentukan oleh system.

[Rasakan manusia! Inilah nasib yang tepat untuk penjahat sepertimu!]

Siapa yang penjahat? Aluna ingin menanyakan itu dengan lantang. Apa kesalahannya hingga harus menerima takdir seperti ini? Apakah dia pernah meminta dilahirkan sebagai orang yang layak dibenci?

[Berhentilah melawan, manusia! Aku senang bisa ikut menghancurkan dirimu! Nikmati rasa sakit ini..]

Tubuhnya terasa panas dan tercabik-cabik dari dalam. Sekujur badannya lemas seketika. Aluna tidak memiliki kemampuan untuk melawan lagi.

"Oh, apa kau sudah menyerah sekarang?" Ksatria itu tersenyum senang.

Apa memang sudah takdirnya begini? Aluna terkekeh pelan. Dia benci takdir sialan yang penuh dengan ketidakadilan ini.

Slasshh

Darah memercik ke wajah Aluna. Tubuh ksatria itu rubuh sedangkan Aluna ikut terjatuh. Kepala ksatria itu terpisah dari tubuhnya.

"Maaf terlambat menyelamatkanmu, Lady." Leander membungkuk.

Tangannya terulur guna menghapus air mata yang keluar dari netra indah itu. Leander merasakannya lagi. Dia benci melihat Aluna menangis.

"L-leander?" Aluna tergagap. Rasa takut masih membanjirinya.

"Benar, ini aku." Aluna menghambur ke pelukan Leander. Jika lelaki ini tidak datang dia pasti sudah-

"Jangan takut, tidak ada yang menyakitimu lagi." Leander terkejut sejenak saat Aluna memeluk dirinya. Tubuh rapuh gadis itu bergetar hebat karena takut.

Leander mengelus rambutnya. Mencoba menenangkan gadis itu sebisanya. Leander tidak pernah menghibur orang lain. Dia tidak tahu harus melakukan apa selain membalas dekapan Aluna dan memberinya kalimat penenang.

Mereka bertahan di posisi itu cukup lama. Di bawah pepohonan dan sinar rembulan malam.

"Leander, aku lelah." Dia lelah dengan takdir yang tidak berhenti menyiksanya. Membuatnya bertanya-tanya dosa apa yang ia punya hingga pantas mendapatkan luka.

"Tidurlah, biar aku membawamu ke tempat yang lebih aman." Aluna terpejam kelelahan. Dekapan hangat Leander sanggup memberikan rasa aman.

Leander mengelus wajah gadis itu. Dia menyesal tidak dapat lebih cepat. Goresan di tubuhnya banyak bahkan bajunya rusak. Terutama sepasang kakinya yang berlari di hutan tanpa alas.

Leander melirik ksatria yang telah ia bunuh. Di sakunya ada sebuah belati yang untungnya tidak digunakan untuk melukai Aluna. Belati itu memiliki lambang familiar di gagangnya.

"Apa pantas membuat putrimu terluka hingga seperti ini?"

1
Putri Ana
lanjutannya thorrrr
Putri Ana
thor kok belum ada lanjutannya
Putri Ana: yaahhh usahakan yaah kak🤭
total 2 replies
Cindy
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Sandri Ratuloly
jangan lupa bintangnya~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!