DOKTER LEGENDARIS BERMATA EMAS

Clara juga langsung meremas kertas itu dan membuangnya ke kotak sampah. Sejujurnya Clara hanya ingin meminta bantuan dari Dion, dirinya sama sekali tidak suka terhadapnya. Clara juga mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Dion.

"Halo nona Clara," ujar Dion di telepon.

"Tuan Dion, saya tidak menyangka anda akan benar-benar mengirimkan saya bunga mawar dari negara Mayasofa," ujar Clara.

"Bunga dari negara Mayasofa...?" Dion tampak bingung.

"Anda bahkan mengirimkan 1000 tangkai mawar yang nilainya hampir 10 milyar," ujar Clara.

"10 milyar..." Dion semakin bingung.

"Mawar ini terlalu berharga buat saya, bagaimana jika saya kembalikan saja kepada anda?" ujar Clara.

Dion tampak diam sejenak di telepon mencoba untuk mengerti situasi yang terjadi saat ini.

Sepertinya ada orang yang telah mengirimkan mawar dari negara Mayasofa yang nilainya hampir 10 milyar. Clara mengira bahwa mawar itu adalah pemberian dari dirinya, pikir Dion.

Padahal Dion sendiri tidak pernah memesan mawar dari negara Mayasofa. Apalagi menghabiskan 10 milyar hanya untuk bunga saja, bukankah itu terlalu bodoh, pikir Dion lagi.

Tapi ini juga kebetulan sekali bagi Dion. Berhubung Clara telah salah sangka dan mengira mawar itu adalah pemberian darinya, Dion juga ingin memanfaatkan kesempatan ini.

"Nona Clara tidak perlu mengembalikannya, aku memang secara khusus memesannya untuk orang secantik nona Clara," balas Dion.

"Jika tidak suka, nona bisa membuangnya saja," sambung Dion.

"Mana mungkin saya berani untuk membuang mawar semahal ini, kalau begitu saya akan menyimpannya," ujar Clara.

Kemudian Clara juga menyampaikan bahwa dia mengundang Dion untuk datang ke rumahnya makan malam bersama. Keluarganya ingin mengucapkan terima kasih karena Dion sudah bersedia untuk membantu perusahaan mereka.

"Kalau begitu dengan senang hati saya akan datang," balas Dion.

Kemudian panggilan itu juga berakhir. Dion tampak senang dan puas sekali saat ini. Selangkah demi selangkah dirinya akan segera berhasil untuk mendapatkan Clara.

Membayangkan wajah Clara yang begitu cantik dan bentuk tubuhnya yang indah membuat Dion menelan air liurnya sendiri.

Sementara Clara juga langsung memerintahkan asistennya untuk membuang buket bunga itu ke tong sampah.

"Apa bu direktur tidak salah?" tanya asistennya bingung.

"Buket bunga ini nilainya hampir 10 milyar, apa tidak sayang untuk di buang?" sambung asistennya.

"Kamu hanya perlu membuangnya saja," balas Clara.

"Baiklah saya mengerti," ujar asistennya.

asistennya juga segera pergi dengan membawa buket bunga yang besar sekali di tangannya.

Clara sendiri jika bukan karena Dion berjanji untuk membantu memberikan uang 30 sebagai investasi di perusahaannya, dia sama sekali malas berhubungan dengan Dion.

Walaupun Dion adalah seorang manager di Atena Corporation grup yang memiliki pengaruh besar bagi perusahaan-perusahaan kecil seperti miliknya, namun Dion terkenal begitu playboy.

Entah sudah berapa banyak mantan pacar yang di miliki oleh Dion sebelumnya. Tapi Clara juga tidak punya pilihan lain, ini adalah satu-satunya harapan untuk perusahaannya.

Perusahaan ini adalah satu-satunya yang menghidupi keluarganya, selain itu puluhan karyawan juga menggantungkan hidupnya di sini. Mau bagaimanapun, Clara harus bisa mempertahankan perusahaannya ini.

kemudian ponselnya kembali berdering. panggilan itu berasal dari pihak bank. Clara juga tahu tujuan pihak bank menghubunginya, Clara juga menjawab panggilannya.

"Halo," ujar Clara di panggilan.

"Halo nona Clara, kami dari pihak bank mau menyampaikan bahwa tunggakan pinjaman uang atas nama perusahaan anda telah jatuh tempo," balas pihak bank.

"Jika dalam tiga hari ke depan nona Clara tidak segera melunasinya, maka kami pihak bank akan menyita perusahaan dan seluruh asetnya," sambung pihak bank.

"Baik, saya mengerti," ujar Clara.

Kemudian panggilan itu berakhir. Kini Clara hanya tinggal memiliki waktu selama 3 hari untuk melunasinya. Malam ini dirinya harus membicarakannya dengan Dion yang telah berjanji kepadanya untuk membantunya.

Sementara Javier sendiri sedang sibuk memasak makanan di rumah. Javier tampak begitu dongkol sekali karena harus memasak untuk orang yang secara terang-terangan hendak merebut Clara istrinya.

Walaupun dongkol, Javier tetap harus melakukannya karena ini adalah perintah dari ibu mertuanya. Ibu mertuanya galak dan tidak menyukai dirinya, jadi Javier juga hanya bisa menurutinya.

Sore hari, Javier juga telah selesai memasak dan hanya tinggal menyajikannya saja di atas meja makan. Javier kini istirahat di ruang tamu sambil menonton tv.

"Sekilas berita sore ini menayangkan daftar peringkat orang terkaya di dunia saat ini," ujar seorang pria pembawa berita yang sedang di tonton Javier.

Pria pembawa berita juga mulai menyebutkan daftar peringkat dari 10 besar ke atas orang terkaya di dunia. Javier awalnya terlihat santai, tapi sampai ke peringkat ketiga Javier mulai terkejut.

"Masih di posisi ketiga orang terkaya di dunia di tempati oleh Zaki Budiono yang berasal dari negara Trijaya," ujar pembawa berita.

"Zaki Budiono berasal dari negara kita, sepatutnya kita ikut bangga karena dia bisa masuk urutan orang terkaya ketiga di dunia," sambung pembawa acara.

Biodata Zaki juga terpampang di tv lengkap dengan fotonya. Zaki Budiono adalah orang yang pernah Javier sembuhkan dari sakit kanker hati tempo hari. Sangking berterima kasihnya Zaki atas pertolongan Javier ini, Zaki sendiri mengatakan bahwa Javier sudah di anggap seperti saudaranya sendiri.

"Pantas saja dia memberikan uang begitu banyak kepada ku, ternyata dia sangat kaya," pikir Javier.

Namun Javier juga terlihat biasa saja telah di anggap saudara oleh orang terkaya ketiga di dunia, karena di masa lalu dirinya adalah seorang dokter legendaris yang begitu terkenal. Banyak orang-orang besar yang ingin dekat dengan dirinya.

Zaki benar-benar panjang umur, di saat Javier sedang memikirkannya, Zaki menelponnya. Sebelumnya mereka telah bertukar nomor telepon pada saat di rumah sakit. Javier juga mengangkat panggilan teleponnya.

"Halo adik," balas Zaki dengan bersemangat.

Dapat di lihat Zaki sudah menganggap Javier seperti adiknya sendiri saat ini.

"Halo," balas Javier.

"Bagaimana keadaan anda sekarang?" sambung Javier.

"Berkat adik, saat ini tubuhku sangat sehat sekali, aku benar-benar berhutang nyawa kepadamu," jawab Zaki.

Zaki juga mengatakan bahwa dirinya hendak bertemu lagi dengan Javier, tapi dalam waktu dekat ini belum bisa. Masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan, karena sebelumnya dia telantarkan akibat putus asa dengan sakitnya.

"Jika adik membutuhkan bantuan ku, jangan ragu untuk menghubungi ku," sambung Zaki.

"Di negara Trijaya ini, tidak ada yang tidak bisa aku lakukan."

"Baik-baik," balas Javier.

Mereka mulai mengobrol sebentar hingga beberapa menit kemudian panggilan itu berakhir.

"Javier, kenapa kamu malah enak-enakan nonton tv?" teriak Rita yang keluar dari kamarnya.

Javier juga langsung terkejut dan bangkit dari duduknya.

"Aku menyuruhmu masak, tapi apa yang kamu lakukan, kamu malah santai-santai di sini," sambung Rita.

"Bu, aku sudah selesai memasak," balas Javier.

"Siapa ibumu, aku tidak pernah menganggap kamu menantuku," ujar Rita.

"Lantas kalau sudah selesai, kamu bisa nonton tv, memangnya kamu mampu untuk membayar listriknya?" sambung Rita.

Javier hanya diam saja, perkataan ibu mertuanya benar-benar sangat menusuk sekali. Jika dirinya terus menjawab, pasti ibu mertuanya akan semakin bertambah marah.

"Cepat ambilkan aku air hangat!" ujar Rita.

"Uhuk... uhuk..." Rita berbatuk dan merasakan dadanya sedikit sakit.

Javier juga segera pergi ke dapur untuk mengambilkan Rita air hangat.