Aliza Azzahra harus menikah dengan laki-laki yang menjebaknya. Aliza di grebek warga bersama Dhafian, seorang pria yang sengaja mengatur rencana agar bisa menikahi dirinya untuk tujuan pembalasan dendam.
Dhafian hanya ingin membalaskan dendam atas kematian ayahnya yang berkaitan dengan Paman Aliza. Orang yang selama ini tinggal bersama Aliza saat kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan.
Meski Aliza mengetahui pernikahan itu untuk dendam. Tetapi tidak satupun rahasia suaminya yang tidak dia ketahui. Dhafian kerap kali berterus terang kepadanya.
Bagaimana Aliza menjalani pernikahannya dengan pria yang dipenuhi dengan dendam.
Apakah kemuliaan hatinya mampu menaklukkan seorang Dhafian?
Lalu bagaimana perjalanan pernikahan mereka berdua yang penuh dengan lika-liku, air mata dan diwarnai dengan keromantisan tipis-tipis.
Mari para pembaca untuk mengikuti ceritanya dari bab 1 sampai akhir, jangan boom like dan jangan suka nabung Bab.
Ig. ainunharahap12.
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14 Terpaksa
"Aliza kamu baik-baik saja? Apa yang dilakukan laki-laki itu kepada kamu?" tanya Lucky yang mengkhawatirkan keponakannya itu yang melihat tubuh keponakannya apakah ada yang terluka atau tidak.
"Alhamdulillah Aliza baik-baik saja. Paman tidak terjadi apapun dan Paman bisa lihat sendiri Aliza pulang ke rumah dalam keadaan sehat dan baik. Beliau memperlakukan Aliza dengan baik," jawab Aliza mengatakan apa yang sebenarnya.
"Bibi sangat bersyukur jika kamu tidak apa-apa. Bibi sangat khawatir saat mendengar bagaimana Paman menceritakan tentang pria itu," ucap Mayang yang tidak kalah khawatirnya dengan suaminya.
"Terima kasih, Bi, sudah mengkhawatirkan Aliza dengan sedikit berlebihan," ucapnya.
Suara kursi yang terdengar begitu kuat yang ternyata Arum berdiri dari tempat duduknya yang menghentikan sarapannya dan langsung pergi meninggalkan meja makan itu.
"Arum kamu mau kemana?" tanya Mayang yang tidak direspon oleh Arum
Aliza melihat kepergian sepupunya itu yang menyadari jika sepupunya itu masih tidak ingin lihat dirinya dan bahkan tidak menyapanya sejak tadi yang mengingat mereka adalah orang yang sangat dekat.
***
Aliza yang berbicara berduaan dengan Lucky di taman belakang.
"Kamu tetap di rumah ini dan jika dia macam-macam. Paman akan mengerahkan seluruh anggota kepolisian untuk menjaga kamu!" tegas Lucky.
"Paman. Aliza sudah menikah, Aliza sudah sepatutnya ikut bersama suami dan sekarang Aliza hanya datang berkunjung untuk sementara dan besok juga akan kembali," ucapnya dengan sangat tenang.
"Aliza laki-laki itu bukan laki-laki yang baik. Dia berurusan dengan kepolisian dan kamu harus tahu bahwa dia sedang menjadi target dari rumah judi besar-besaran secara online yang bekerjasama dengan orang asing!" tegas Lucky yang memberitahu yang sebenarnya kepada keponakannya.
Ini yang membuat Lukcy sangat khawatir ketika Aliza menikah dengan Dhafian.
"Paman tidak ingin kamu menderita karena menjalani kehidupan dengan laki-laki itu. Aliza tetaplah berada di rumah ini dan Paman akan melindungi kamu," ucap Lucky.
"Lalu apa hubungan beliau dengan keluarga dari Mas Ardito?" tanya Aliza.
Jika Pamannya yang berhubungan mungkin sangat wajar karena pamannya adalah seorang komandan dari kepolisian dengan pangkat yang sangat tinggi dan pasti untuk kasus-kasus ilegal seperti itu harus ditangani langsung.
"Paman juga tidak tahu apa maksud dia mengganggu Ardito. Mungkin mereka saling mengenal dan apa yang laki-laki itu lakukan hanya ingin membuat Ardito bertindak karena calon istrinya telah dinikahinya," jawab Lukcy.
"Aliza kamu jangan pernah kembali lagi dengan pria itu. Paman sudah berjanji kepada kedua orang tua kamu untuk menjaga kamu. Jadi tetap berada di rumah ini!" tegas Lucky.
Aliza hanya tersenyum merespon semua rasa kekhawatiran dari Lukcy. Entahlah apakah dia akan mendengarkan Lucky atau justru akan tetap mengabdi sebagai seorang istri.
***
Aliza yang berada di dapur yang sedang mencuci piring.
"Tidak mengenal dan merasa dijebak dalam pernikahan dan ternyata sangat menikmati pernikahan itu," tiba-tiba saja Aliza disindir habis-habisan oleh Arum yang tidak tahu kapan dia berada di dapur.
Aliza membalikkan tubuhnya yang melihat sepupunya itu yang menatapnya dengan sinis.
"Kenapa hah! Kau masih ingin menyangkal bahwa kau adalah wanita serakah, wanita naif, munafik yang tidak pernah menginginkan aku bahagia dan selalu merebut apa yang aku punya," ucapnya.
"Kita sudah pernah membahas ini. Aku juga tidak ada gunanya menjelaskan lagi, sekarang semua kembali kepada kamu. Kamu percaya atau tidak kepadaku," jawab Aliza.
"Bagaimana aku bisa percaya kepadamu hah! Pernikahan yang kau katakan hanya fitnah dan tadi jelas-jelas kalian begitu romantis yang sudah memiliki panggilan sayang. Apa itu adalah pernikahan dalam jebakan?" tanyanya.
Aliza tidak bisa berkomentar dan memang dasar Dhafian mencari gara-gara yang justru memperkeruh hubungannya dengan sepupunya yang tidak akan pernah selesai.
"Aku benar-benar sangat kecewa kepada Aliza. Aku tidak tahu apa kesalahanku sehingga kau melakukan semua ini kepadaku dan disaat semua ini terjadi Mama dan Papa masih saja berpihak padamu dan melindungimu," ucapnya yang langsung pergi dari hadapan Aliza.
"Maaf Arum, aku juga tidak tahu jika semua akan seperti ini. Jika aku mengetahui laki-laki yang kamu sukai adalah pria yang aku nikahi, maka aku akan berusaha untuk menghentikan pernikahan itu. Tetapi Arum ada hal yang tidak kamu ketahui bahwa pria yang sudah menjadi suamiku selama ini mendekati kamu karena hanya ingin memanfaatkan kamu," batin Aliza yang tidak bisa mengungkapkan secara langsung dan hanya bisa berbicara di dalam hatinya.
Aliza menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan yang kemudian melanjutkan untuk mencicipi piring.
***
Ketika semua orang sudah tidur di dalam rumah itu. Aliza ternyata benar-benar nekat memasuki ruang kerja pribadi milik Lucky, memang ruangan itu tidak menyatu dengan kamar pribadi mereka dan itu memudahkan Aliza untuk masuk secara waspada.
Aliza melakukan semua itu sudah meminta petunjuk kepada Allah, langkah mana yang harus dia jalankan dan ternyata hatinya tertuju pada itu. Aliza yang sudah memasuki ruangan tersebut dan langsung membuka laptop milik Lucky
Tangan Aliza begitu sangat lincah dalam hitungan detik, dia langsung dengan cepat menyalin semua isi dari laptop tersebut. Aliza juga seperti orang yang sangat mahir dalam bermain komputer.
"Maafkan Aliza Paman. Aliza juga tidak tahu mengapa beliau menginginkan semua ini dan semoga saja ini tidak merugikan Paman," batin Aliza merasa bersyukur yang langsung menyimpan ponsel itu.
Mata Aliza melihat ke arah laci yang terbuka sedikit. Aliza melihat ada foto di bingkai foto 2 orang pria yang sebaya dan satu dia bisa kenali yaitu adalah Lukcy pada saat muda ya mungkin saja usianya saat itu sekitar berusia 25 tahun.
"Aku seperti pernah melihat pria ini," ucapnya melihat pria yang saling merangkul bahu di sebelahnya itu.
Karena dia tidak punya waktu berlama-lama di ruangan itu yang akhirnya membuat Aliza buru-buru meninggalkan ruangan tersebut. Baru beberapa langkah dari ruang kerja Lucky yang tiba-tiba saja Aliza berpapasan dengan Mayang.
"Aliza kamu belum tidur?" tanya Mayang.
"Bibi....!" lirih Aliza dengan menelan salivanya yang tampak begitu panik.
"Hmmm, tadi Aliza baru saja dari dapur karena tenggorokan Aliza kering," jawabnya.
"Bibi sendiri kenapa belum tidur dan keluar dari kamar malam-malam seperti ini?" tanya Aliza.
"Cuaca benar-benar tidak mendukung dan sama seperti kamu tenggorokan Tante juga mengering, Tante mau ke dapur mengambil air, stok air di kamar sudah habis," jawab Mayang yang memang sejak tadi membawa teko.
"Begitu. Ya sudah kalau begitu Aliza mau langsung ke kamar dulu," ucapnya.
"Iya selamat malam," ucap Mayang. Aliza tersenyum yang langsung berlalu dari hadapan Mayang.
Aliza yang masuk ke kamarnya yang duduk di pinggir ranjang dengan mengatur nafas yang sejak tadi naik turun.
"Ya Allah hampir saja Aliza ketahuan. Ya Allah kenapa semua ini harus terjadi? Apa sebenarnya diinginkan suami hamba," ucapnya yang masih mencoba untuk mengatur nafas.
Aliza belum bisa tenang dan apalagi pasti merasa bersalah karena sudah mengambil dokumen tersebut. Benar apa kata Dhafian, Dhafian memang tidak menyuruhnya membunuh tetapi tetap saja mengambil data-data tanpa izin adalah hal yang tidak baik dan sama saja dengan pencuri.
Bersambung...