bercerita tentang seorang gadis buruk rupa bernama Nadia, ia seorang mahasiswi semester 4 berusia 20 tahun yang terlibat cinta satu malam dengan dosennya sendiri bernama Jonathan adhitama yang merupakan kekasih dari sang sahabat, karna kejadian itu Nadia dan Jonathan pun terpaksa melakukan pernikahan rahasia di karenakan Nadia yang tengah berbadan dua, bagaimana kelanjutan hidup Nadia, apakah ia akan berbahagia dengan pernikahan rahasia itu atau justru hidupnya akan semakin menderita,,??? jangan lupa membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qwan in, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Kini mereka berdua telah berada kembali di dalam mobil. Jonathan duduk di kursi kemudi, wajahnya terlihat tenang di permukaan, meski sorot matanya penuh dengan ketegangan yang sulit disembunyikan.
Dengan gerakan cepat dan terlatih, ia membuka layar ponsel, lalu menekan salah satu nomor yang sudah tersimpan di sana.
Tut... Tut... Tut...
Sambungan terhubung.
" Halo..." suara berat seorang pria terdengar dari seberang.
" Alex, segera lacak nomor yang baru saja aku kirimkan padamu," perintah Jonathan, nadanya tegas dan dingin.
"Dan cari tahu keberadaan Sintia saat ini. Aku yakin, orang yang mengirim pesan-pesan ini ada kaitannya dengannya."
" Baik tuan, akan segera saya laksanakan,"
Di dalam mobil yang sunyi, hanya terdengar desau napas mereka berdua. Nadia menoleh sekilas, memperhatikan perubahan sikap Jonathan. Pria itu tampak benar-benar serius, seolah-olah ancaman yang mereka hadapi jauh lebih besar dari sekadar pesan iseng.
Jonathan menggenggam ponselnya erat, matanya menatap lurus ke depan. Ia sudah terlalu muak dengan permainan ini. pesan misterius yang terus berdatangan, selalu dari nomor yang berbeda, selalu dengan ancaman yang semakin mendekatkan bahaya kepada Orang-orang yang berada di sekitar nya.
"Apa yang terjadi?" tanya Nadia, suaranya terdengar gugup.
"Ada seseorang yang sedang mengincarmu," jawab Jonathan sambil mulai menjalankan mobilnya.
"Apa? Tapi kenapa? Aku tidak pernah punya masalah dengan siapa pun," seru Nadia, matanya membelalak tak percaya.
"Bukan kamu yang jadi masalah. Orang itu hanya bermasalah denganku. Mungkin dia juga yang menjadi dalang di balik insiden minumanku yang diberi obat perangsang. Dia ingin membalaskan dendamnya dengan menyingkirkan satu per satu orang yang dekat denganku," jelas Jonathan dengan suara berat.
Suasana di dalam mobil mendadak hening. Jonathan fokus menatap jalanan yang semakin padat, sementara pikiran Nadia penuh dengan pertanyaan.
Siapa orang itu?
Kenapa sampai melibatkan dirinya?
Apa yang telah dilakukan Jonathan di masa lalu hingga ada seseorang yang begitu membencinya?
"Bagaimana dengan Dewi? Dia juga pasti dalam bahaya, kan? Mengingat dia adalah kekasihmu," tanya Nadia, wajahnya dipenuhi kekhawatiran.
"Sepertinya tidak. Orang itu hanya menyebut namamu. Tapi jika sampai dia berani menyentuh Dewi, aku tidak akan tinggal diam. Aku akan melindunginya, bahkan dengan nyawaku," jawab Jonathan,
nadanya tegas.
Beberapa waktu berlalu, kini mereka telah tiba kembali di halaman depan rumah Nadia. Mereka turun dari mobil secara bersamaan, Jonathan sempat melirik ke arah sekitar sebelum memasuki rumah. Memastikan semua dalam situasi aman. Dan tidak ada seseorang yang tampak mencurigakan di sana.
" Aku harus pergi sekarang," ucap Jonathan setelah memastikan Nadia masuk ke dalam rumah dengan aman.
"Jangan lupa, vitamin yang diberikan dokter diminum. Berhati-hatilah saat sedang sendirian. Kunci pintu dan jendela. Jangan pergi ke mana pun tanpa aku. Dan jangan lakukan hal bodoh yang bisa membahayakan kandunganmu. Jika terjadi sesuatu pada anakku, aku tidak akan mengampunimu," ujar Jonathan tegas, matanya menatap tajam ke arah Nadia.
Nadia hanya mengangguk pelan sebagai tanda setuju, meski hatinya terasa sedikit sesak mendengar nada khawatir Jonathan.
Setelah memastikan semuanya, Jonathan segera berbalik dan beranjak pergi, menahan diri untuk tidak terus-menerus menoleh ke belakang. Ia tahu, dia punya janji lain, harus mengantarkan Dewi berbelanja, apalagi ini adalah hari libur yang sudah direncanakan sebelumnya.
Begitu Jonathan menghilang dari pandangan, Nadia menarik napas panjang dan menutup pintu rapat-rapat. Ia mengunci semua pintu dan jendela seperti yang diperintahkan. Namun, perasaan tidak nyaman tetap saja menggelayut di dadanya.
Nadia berjalan ke ruang tamu dan duduk di sofa, memeluk lututnya sambil mengusap perutnya yang mulai sedikit membuncit.
"Aku janji akan menjaga kita berdua," bisiknya lembut pada janin dalam kandungannya.
Namun, sebelum sempat menenangkan diri, Nadia mendengar suara ketukan halus di jendela.
Tok... Tok... Tok...
Ia menoleh cepat, jantungnya berdegup kencang. Tak ada siapa pun di luar, hanya bayangan pepohonan yang bergoyang diterpa angin.
Berusaha mengabaikannya, Nadia berdiri untuk menutup tirai. Tapi saat ia menarik kain tirai itu, matanya menangkap sesuatu. Sebuah kertas kecil tertempel di kaca jendela, tertahan oleh selotip bening.
Dengan tangan gemetar, Nadia membuka jendela sedikit dan mengambil kertas itu. Tulisan di atasnya membuat darahnya membeku:
"Aku melihatmu. Aku lebih dekat daripada yang kau kira."
...
Di tempat berbeda. Dewi tengah berdiri menghadap sebuah jendela kaca yang memperlihatkan keindahan kota dari atas gedung apartemen tempat ia tinggal, sembari melakukan panggilan telpon yang entah dengan siapa.
" Baiklah, sampai bertemu di jam 5 nanti," ucapnya kepada seseorang di sebrang telpon. Senyum nya mengembang, menghiasi wajah cantik nya. Ia memutuskan sambungan telepon lalu meletakkan benda pipih itu di atas meja.
Ceklek...
Ia menoleh saat pintu apartemen nya dibuka oleh seseorang. Matanya berbinar saat mendapati Jonathan lah yang berada di sana.
" Mas... Aku kangen," ucapnya dengan suara manja sembari memeluk kekasihnya tersebut.
" Kita kan sudah sering ketemu sayang," ucap Jonathan membalas pelukan Dewi.
"Ketemu cuma dikampus doang. Itu pun nggak bisa terlalu dekat, karena nggak enak sama mahasiswa lain, kalo kita mesra-mesraan di kampus," ujar Dewi mulai merajuk.
" Iya, iya, maafin mas yaa,Sayangg..soalnya mas sibuk akhir-akhir ini," jawab Jonathan seraya mengelus rambut hitam milik kekasih nya itu.
"Yuk, katanya mau nemenin aku belanja," ajak Dewi dengan semangat.
Jonathan tersenyum dan mengangguk. Mereka berjalan beriringan menuju lift, turun ke parkiran tempat mobil mewah milik Jonathan terparkir rapi.
Di parkiran, Jonathan membukakan pintu mobil untuk Dewi, sikapnya tetap lembut seperti biasa, seolah ingin membuat kekasihnya itu merasa istimewa. Dewi tersenyum manis lalu masuk ke dalam mobil, duduk nyaman di kursi penumpang.
Begitu mobil melaju keluar dari basement apartemen, Jonathan sempat melirik kaca spion. Dahinya sedikit berkerut. Ia merasa seperti ada yang mengikuti mereka, meski saat ini jalanan cukup ramai.
Namun Jonathan memilih diam, tak ingin membuat Dewi khawatir.
Sepanjang perjalanan, Dewi sibuk bercerita tentang rencana belanjaannya, tentang acara kampus, dan hal-hal lain yang membuat suasana terasa sedikit lebih ringan. Jonathan hanya sesekali menimpali, pikirannya separuh melayang ke pesan-pesan ancaman yang terus membayangi hidupnya belakangan ini.
Ting...
Suara notifikasi pesan masuk menggema di dalam mobil, menarik perhatian Jonathan. Ia dengan cepat meraih ponselnya dan melihat layar.
Sebuah pesan dari Nadia.
Pesan itu disertai foto—foto kertas yang tadi ditemukan Nadia, tertempel di jendela rumahnya.
Dengan tangan sedikit gemetar, Jonathan membuka pesannya:
("Pak Nathan, bolehkah aku meminta Kak Alex untuk datang ke sini? Aku merasa sangat takut sekarang.")
Membaca pesan itu, Jonathan mengerutkan kening. Matanya mengamati kalimat demi kalimat dengan seksama.
"Kakak? Seakrab itukah mereka, sampai Nadia memanggil Alex dengan sebutan kakak?" Gumamnya dalam hati. perasaan aneh perlahan menggelitik hatinya.
Ia mengetik balasan cepat:
("Baik. Aku akan segera mengirim Alex ke sana. Tetap di dalam rumah, kunci semua pintu dan jangan buka untuk siapa pun selain dia.")
Setelah mengirimkan pesan balasan untuk nadia, Jonathan segera mengetik sebuah pesan lagi yang akan ia kirim pada Alex.
"Alex, ubah rencana. Segera ke rumah Nadia sekarang. Dia butuh bantuanmu. Pastikan rumah itu aman, dan pastikan tidak ada seorang pun mendekat sebelum aku kembali."
"Baik, Tuan," balas Alex cepat dan tegas,
tanpa bertanya lebih lanjut.
" Siapa, mas?" Tanya Dewi yang saat melihat Jhonatan sedang sibuk dengan ponselnya.
" Ah, nggak..ini mama sedang menanyakan kabar," ucap Jonathan merasa gugup dan berusaha untuk mencari alasan.
" Ohh..." Ucap Dewi sembari mengangguk-anggukkan kepalanya, dan tak ingin bertanya lebih jauh lagi.
jgn bodoh trlalu lm jo.... kekuasaan jga hrtamu slm ini tk mmpu mngendus jejak musuhmu yg trnyata org trsayangmu🙄🙄
klo nnti nadia bnyak uang.... bkalan balik lgi tuh wujud asli nadia....
krna sejatinya nadia dlunya cantik... hnya krna keadaan yg mmbuat dia tak mungkin merawat dirinya....
jdi kurang"i mncaci & merendhkn ibu dri ankmu....