NovelToon NovelToon
Bride Of The Fate

Bride Of The Fate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Duda / CEO / Beda Usia / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:547
Nilai: 5
Nama Author: Rustina Mulyawati

Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.

Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.

"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.

Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.

Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.

Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14. Dikiranya Hantu

  Anya baru selesai berbenah di kamar barunya yang seluas rumah mereka yang dulu. Anya sempat berpikir, entah keberuntungan atau malah sebaliknya yang ia dapat sekarang ini. Ia menyelidiki seluruh penjuru kamar itu dengan teliti.

 "Entah mimpi apa aku bisa punya kamar seluas ini. Mungkin kamar ini lebih besar dari rumahku dulu, " gumam Anya.

  "Tapi... setelah menikah nanti, aku mungkin harus pindah ke kamar pria itu, " lanjutnya.

    Tok... Tok... Tok...

 Syella membuka pintu dan masuk ke kamar Anya begitu saja meskipun Anya belum mempersilahkannya.

 "Kakak?"

 Syella berlari terbang menghampiri Anya yang sedang duduk di kasur.

 "Ada apa?" tanya Anya.

 "Kakak? Apakah benar kita akan tinggal disini mulai sekarang? Kok, rasanya aku gak percaya, gitu. Apalagi, aku dikasih uang jajan sebanyak ini. Aku benar-benar tidak menyangka Kakakku akan hidup dalam kemewahan dan bergelimang harta seperti ini, " ungkapnya.

 "Kamu suka?" tanya Anya lagi.

 "Mmm.. suka banget. Karena aku tidak perlu merasa tertekan lagi untuk belajar. Aku bisa belajar sepuasnya tanpa harus memikirkan uang. Kakak? Apakah kamu melakukan ini dengan terpaksa?"

 "Terpaksa apanya? Kakak juga suka, karena akhirnya Kakak tidak perlu bekerja sangat keras. Mau apa saja, Kakak bisa langsung beli. Mau liburan dengan kalian pun Kakak tidak perlu khawatir akan kehabisan uang. Kakak melakukannya karena Kakak suka. "

 "Syukurlah kalau begitu. Aku pikir Kakak melakukan ini karena aku dan Ibu. Tapi jika memang bukan karena itu, aku senang sekali."

 Anya hanya tertawa kecil melihat Syella yang begitu senang dengan semua ini. Mungkin, Anya memang harus bisa menerima kalau semua yang terjadi ini adalah takdir hidupnya.

    Tok... Tok... Tok...

 "Permisi Nona? Kalian disuruh turun sekarang untuk makan malam. "

 Seorang pelayan menyela obrolan mereka dan memberitahu untuk segera turun.

 "Iyah.Kami segera turun, " balas Anya.

 Pelayan itu pun segera pergi disusul Anya dan Syella. Ternyata semua sudah berkumpul di meja makan. Amira juga ternyata di undang. Amira kaget setelah mengetahui bahwa Anya lah yang akan menjadi calon istri Elvaro.

 Setelah tiba di meja makan, Elvaro menarik kursi untuk Anya duduk. Tepat ia duduk disebelah Elvaro. Melihat perlakuan baik Elvaro kepada Anya membuat hati Dita senang dan tenang. Tapi tidak dengan Amira. Dalam hati Amira sangat cemburu dan marah. Tapi ia harus bisa menahan dan mengontrol emosinya.

 [Jadi dia? Kenapa Pak El begitu tertarik sama wanita rendahan seperti dia? Kita lihat saja, aku akan segera menggantikan posisi dia] Bathin Amira.

 "Ada satu kabar baik lagi yang ingin saya sampaikan malam ini, " ucap Elvaro.

 "Kabar baik apa?" tanya Dita.

 "Aiden dan Amira akan bertunangan. Satu minggu setelah pernikahan saya dengan Anya."

  Dita menoleh ke arah Aiden dan Amira bergantian dengan muka terkejut. Amira hanya menyungging senyum kecil.

 "Apa? Kalian akan bertunangan?"

 "Iyah, Nek. Mohon restui hubungan kami, " jawab Aiden sambil memegang tangan Amira.

 "Itu bagus. Nenek pasti akan mendukung hubungan kalian. Lagi pula bukankah Amira sudah bekerja sangat lama untuk keluarga kita. Selain punya cucu perempuan, nanti Nenek juga akan segera punya cicit, " balas Dita dengan antusias.

 "Selamat yah, kami ikut senang, " imbuh Ranti.

 "Terima kasih, " balas Amira masih mempertahankan senyumannya dengan sangat baik.

 [Wanita kampungan. Sudah penyakitan begini masih mau merasakan hidup mewah. Kita lihat saja, apa dia akan bertahan hidup lebih lama lagi] Bathin Amira.

 "Ayah, Nenek! Kalau begitu aku akan juga segera menikah!" sahut Bima dengan lantang.

 "Eh, jangan macam-macam. Kamu lulus kuliah saja belum sudah ngomongin nikah. Jangan asal ngomong dan belajar dari sekarang untuk mengelola perusahaan. Jangan hanya tahu main saja, " balas Dita ketus.

 "Nenek, ini tidak adil. Kalian tidak pernah mau mendengarkan aku sama sekali, " rengek Bima merajuk.

 "Sudahlah Bima. Kamu itu masih kecil dan tidak tahu apa-apa. "

 Aiden merangkul pundak Bima dan meledeknya.

 "Aku tahu! Aku bukan anak kecil. Kalau aku anak kecil. Dia juga anak kecil. Belum pantas untuk menikah. Apalagi dengan Ayah, " ujar Bima menunjuk Anya sambil mendelik kesal.

 "Saya dan kamu berbeda. Meskipun usia saya masih kecil. Tapi saya sudah di ajarkan banyak tanggung jawab. Sedangkan anda masih seperti anak-anak yang hanya bisa merengek ketika meminta, " balas Anya dengan berani.

 "Apa kamu bilang?!" Bima marah setelah mendengar balasan Anya di depan semua orang.

 [Cewek ini benar-benar keterlaluan. Dia menjadi sangat sombong sekali. Padahal dia masih belum menjadi istri sah Pak El] Bathin Anya.

 "Anya? Jangan bicara begitu." Ranti menyikut lengan Anya untuk memperingatinya.

 Sementara Elvaro dan Dita hanya tersenyum kecil melihat keberanian yang ditunjukkan Anya. Walaupun Anya masih kecil tapi dia tidak gampang untuk ditindas oleh orang lain.

 "Sudahlah Bima. Jangan membuat keributan," ucap Elvaro.

 "Iyah. Perkataan Anya memang tidak salah. Ayo, duduk. Mari kita makan sekarang, " tambah Dita.

 Bima merasa sangat kesal karena Elvaro dan Dita membela Anya. Bima merasa telah dipermalukan. Bima merajuk dan kembali duduk dengan mulut bebeknya.

 [Sepertinya Bima sangat tidak suka dengan cewek ini. Bagus sekali. Aku bisa memanfaatkan Bima untuk mengusir cewek sialan itu pergi jauh dari hidup Pak El] Bathin Amira lagi sambil tersenyum licik.

   ***

Anya tidak bisa tidur dan masih terjaga sambil mengotak atik ponselnya. Entah kenapa ia merasa sangat gelisah sampai tidak bisa tidur. Anya merasa sangat haus dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air dingin. Namun, ketika di dapur ia melihat kulkas terbuka. Ia pun menghampiri untuk memeriksa.

Setelah sampai di belakang pintu terbuka. Ia hendak ingin melihat orang yang sedang menuangkan air dingin. Tetapi sebelum ia sempat menyapa, orang itu sudah selesai dan menutup pintu kulkas. Ketika ia melihat ke arah Anya dengan rambut yang terurai dan piyama putih yang dikenakan. Membuat orang itu berteriak ketakutan dikiranya hantu. Mungkin karena gelap juga.

"Arrrgh!"

Ternyata orang itu adalah Elvaro. Ia sangat terkejut melihat Anya hingga gelas yang berisi air itu tumpah mengenai tubuhnya sendiri.

"Kenapa anda berteriak. Bikin kaget saja, " ujar Anya.

"Uuuhh! Saya kira hantu, " jawab Elvaro.

"Enak saja. Memang saya terlihat seperti hantu? "

Anya mendelik kesal sambil berjalan melewati Elvaro dan membuka kulkas untuk mengambil air dingin.

"Sudah larut kok, belum tidur?" tanya Elvaro.

Anya langsung meneguk air minum yang ia ambil sebelum menjawab pertanyaan Elvaro.

"Entahlah. Walau rumah ini terasa sangat nyaman, saya tidak bisa tidur."

Elvaro menatap sejenak wajah lesu Anya. Kemudian ia menarik tangan Anya hingga ia jatuh di pelukan Elvaro.

"Mau tidur dengan saya? Saya akan membuat anda tertidur dengan lelap, " usul Elvaro.

Mata Anya membulat. Pipinya memerah. Entah kenapa Elvaro semakin berani bermain-bermain dengan dirinya.

"Gak usah. Lepaskan saya, " balas Anya mulai memberontak.

"Tuan Elvaro, tolong lepaskan. Anda sudah melewati batas, " sambungnya.

"Melewati batas. Saya tidak melewati batas. Kalau ini baru bisa disebut melewati batas. "

Elvaro tanpa ragu meraup bibir Anya dengan lembut. Awalnya Anya masih memberontak, tapi kecupan lembut yang diberikan Elvaro membuatnya ingin membalas setiap gigitan manjanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!