Putri Huang Jiayu putri dari kekaisaran Du Huang yang berjuang untuk membalaskan dendam kepada orang-orang yang telah membunuh keluarganya dengan keji.
Dia harus melindungi adik laki-lakinya Putra Mahkota Huang Jing agar tetap hidup, kehidupan keras yang dia jalani bersama sang adik ketika dalam pelarian membuatnya menjadi wanita kuat yang tidak bisa dianggap remeh.
Bagaimana kelanjutan perjuangan putri Huang Jiayu untuk membalas dendam, yuk ikuti terus kisah lika-liku kehidupan Putri Huang Jiayu.
🌹Hai.. hai.. mami hadir lagi dengan karya baru.
ini bukan cerita sejarah, ini hanya cerita HALU
SEMOGA SUKA ALURNYA..
JIKA TIDAK SUKA SILAHKAN DI SKIP.
JANGAN MENINGGALKAN KOMENTAR HUJATAN, KARENA AUTHOR HANYA MANUSIA BIASA YANG BANYAK SALAH.
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athena_25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RENCANA DI BALIK BAYANG-BAYANG
Ketika rakyat merintih dalam lara,
Para tikus pengerat menari di pesta,
Malam ini, bukan hanya lentera yang menyala—
Tapi juga api dendam yang menyala-nyala.
Gua pengungsian, sore yang muram
Hidung Huang Jiayu langsung kerap mencium bau anyir—campuran keringat, luka busuk, dan tanah lembap. Matanya menyapu setiap sudut gua.
Bayangan tubuh kurus, mata kosong, dan kulit bersisik seperti ular tua membuat dadanya sesak. Seorang anak lelaki—mungkin baru sepuluh tahun—terlentang di pojok, bernafas tersengal-sengal. Kulitnya melepuh seperti dibakar matahari, ada sesuatu yang bergerak di dalam kulinya.
"Mei Yin," bisiknya, suaranya serak. "Kita tak bisa tinggalkan mereka."
Han Mei Yin mengeratkan genggaman pada lengan Huang Jiayu. Gadis itu biasanya ceria, tapi sekarang matanya seperti danau yang terguncang badai.
"Aku setuju. Tapi bagaimana dengan yang sakit parah? Desa kita..."
"Kita lapisi badannya dengan kain tebal," tegas Huang Jiayu. Suaranya seperti pedang yang baru saja dikeluarkan dari sarungnya.
Seorang kakek tua melangkah maju, keriput di dahinya berlipat-lipat seperti peta penderitaan. "Tuan Muda, itu terlalu berbahaya! Penyakitnya—"
"Lebih berbahaya membiarkan mereka mati perlahan!" potong Huang Jiayu.
Wong Rui yang diam-diam mengamati dari belakang, mengangguk mantap.
"Akan kusiapkan kainnya."
Malam itu, mereka membagi hasil buruan—seekor kelinci kurus dan beberapa buah hutan yang masam. Tidak cukup, tapi setidaknya perut mereka tak lagi berbunyi seperti genderang perang.
🍒🍒🍒
Desa Shenzhen, Pagi yang dibungkus Rasa Bersalah
Matahari belum tinggi ketika rombongan pengungsi sampai di gerbang desa. Huang Jiayu menatap rumah besar milik Kakek Han Tian. Dia menarik nafas dalam—ini bukan permintaan kecil.
"Kakek," suaranya rendah, tapi tegas. " Maafkan aku... karena membawa mereka tanpa izinmu."
Kakek Han Tian mengerutkan kening, tapi sebelum dia bicara, Han Mei Yin sudah melompat. "Kek, mereka sangat membutuhkan pertolongan! Lihat saja—" Tangannya menunjuk seorang ibu yang menggigil menggendong bayi.
Gong Lu Yan, yang baru saja tiba, menyilangkan tangan. "Kita tempatkan mereka di tempat latihan. Jauh dari pemukiman, luas, dan mudah diawasi."
Huang Jiayu mengangguk lega, tapi matanya masih gelisah. "Ada satu hal lagi, Paman Gong."
"Apa?" tanya Ging Lu Yan dengan mengerutkan kening.
" Aku berencana ingin merampok pejabat korup di ibukota, aku membutuhkan bantuanmu dan yang lain," Huang Jiayu mengungkapkan keinginannya yang muncul ketika dalam perjalanan menuju desa Shenzhen.
Udara seketika beku.
Han Mei Yin tersenyum—bukan senyum manisnya yang biasa, tapi senyum tajam seperti pisau belati. "Mereka sudah mencuri dari rakyat. Sekarang giliran kita mengambilnya kembali."
Gong Lu Yan menggaruk dagu. "Kau punya rencana?"
"Kita beraksi saat Festival Perahu Naga," Huang Jiayu menjawab. Matanya berkilau seperti emas yang diincarnya.
"Semua penjaga pasti akan sibuk. Kita kirim makanan ber-bius, lalu masuk seperti angin."
Jiayu menjelaskan detail rencananya, dan dia memberitahu bahwa hanya boleh memgambil emas, perak dan koin, selain itu tidak perlu mengambilnya, karena sangat beresiko.
Wong Rui bertanya, "Bagaimana dengan barang selain emas dan koin?"
"Tidak boleh diambil!" Huang Jiayu menegaskan. "Perhiasan dan barang seni bisa dilacak. Kita bukan pencuri—kita Pengembali"
🍒🍒🍒
Malam Sebelum aksi, Rumah kosong di ibukota
Lilin-lilin menjilat kegelapan. Huang Jiayu berdiri di depan peta kasar yang digambar di atas meja kayu lapuk.
"Jiang'er," dia memanggil adiknya. Suaranya lembut, tapi ada besi di baliknya. "Jangan pernah buka penutup wajahmu. Jie-jie tidak ingin kau dalam bahaya jika ada yang mengenalimu, Jika kau tertangkap..."
Huang Jiang mengangguk. Wajahnya masih seperti anak kecil, tapi matanya sudah belajar untuk tidak takut akan apapun. "Aku paham, Jie-jie."
Di sudut lain, Han Mei Yin sedang mengasah belatinya. Bunyi ching-ching itu seperti nyanyian kematian.
"Kita bagi tugas," Gong Lu Yan menggelar daftar nama.
"Rumah Pejabat Su untuk Huang Jiang.
Pejabat Zhu untuk Han Mei Yin.
Pejabat Liu—"Untukku," Huang Jiayu menyela. Jarinya menunjuk peta.
"Kita bergerak saat pesta mencapai puncak. Makanan ber-bius harus sampai tepat waktu."
Han Mei Yan mengangguk. "Sudah kusiapkan bubuk dari Kakek Han. Cukup untuk menjatuhkan seekor banteng."
Han Mei Yin tiba-tiba terkikik. "Bayangkan wajah mereka besok—bangun dengan bau alkohol dan peti harta yang kosong!"
Tawa kecil mengalir, tapi Huang Jiayu tidak ikut tertawa. Matanya menatap lilin yang nyaris habis.
Besok kita tidak hanya mencuri emas,
namun juga mencuri harapan.
Di balik tirai kegelapan, seorang pengintai tak dikenal mengamati rumah kosong itu–dan sepatu boot hitam yang dikenakannya memiliki lambang naga merah, dia tersenyum samar di dalam kegelapan....
.
.
.
🌹 Hai.... hai.... sayangnya mami🤗
Hayo... kira-kira siapa yang sedang mengintai di kegelapan itu?
Apakah seseorang dari pihak istana?
Atau seseorang yang mengenal Huang Jiayu..
ikuti terus kelanjutan ceritanya ya,
JANGAN LUPA KASIH LIKE & KOMEN DI SETIAP BAB, VOTE SERTA HADIAH YAAA
TERIMA KASIH SAYANGKU🥰
tapi si perut buncit pemilik kuda curiga ....OMG !!