Setelah kemenangannya melawan keluarga Ashcroft, Xander menyadari bahwa kejayaan hanyalah gerbang menuju badai yang lebih besar.
Musuh-musuh lama bangkit dengan kekuatan baru, sekutu berpotensi menjadi pengkhianat, dan ancaman dari masa lalu muncul lewat nama misterius: Evan Krest, prajurit rahasia dari negara Vistoria yang memegang kunci pelatihan paling mematikan.
Di saat Xander berlomba dengan waktu untuk memperkuat diri demi melindungi keluarganya, para musuh juga membentuk aliansi gelap. Caesar, pemimpin keluarga Graham, turun langsung ke medan pertempuran demi membalas kehinaan anaknya, Edward.
Di sisi lain, Ruby membawa rahasia yang bisa mengguncang keseimbangan dua dinasti.
Antara dendam, cinta, dan takdir pewaris… siapa yang benar-benar akan bertahan di puncak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Ini rumah yang bagus," puji Xander sembari mengamati setiap sudut ruangan, menekan beberapa bagian dinding.
Pria itu tertawa, menggaruk rambut. "Ini hanya rumah lama di atas bukit, tapi cukup nyaman untuk ditinggali. Pemandangannya juga cukup bagus karena kita bisa melihat hutan, perumahan warga serta laut. Selain itu, rumah ini jauh dari rumah lain sehingga cocok untuk beristirahat tanpa gangguan.”
Xander diam sejenak. "Siapa namamu?"
"Kau bisa memanggilku Benny." Pria itu berhenti di depan ruangan, membuka pintu. "Ini kamarmu. Aku membersihkannya setiap hari untuk berjaga-jaga jika ada tamu datang."
Xander mengintip keadaan kamar yang tampak rapi. "Apa kau tinggal sendirian, Benny?"
"Aku hanya tinggal sendirian di rumah ini, Tuan." Benny menyerahkan kunci pada Xander.
"Tapi saudaraku tinggal tidak jauh dari rumah ini. Mereka memang jarang datang ke rumahku. Sebagai gantinya, akulah yang sering mengunjungi mereka."
"Bagaimana dengan pembayarannya?"
"Kau bisa membayarnya saat kau akan meninggalkan tempat penginapan."
"Bagaimana jika aku tiba-tiba kabur tanpa membayar? Bukankah kau akan rugi?"
"Itu bukan masalah. Aku akan langsung melaporkanmu kepada pihak berwajib. Mereka akan menangkapmu sebelum kau bisa keluar dari tempat ini. Hal ini juga berlaku di seluruh penginapan di tempat ini."
Xander terdiam sejenak. “Aku akan membayar biaya penginapan di muka."
"Baiklah kalau begitu." Pria itu menerima uang dari Xander lebih banyak dibanding harga yang disepakati. "Kau memberi lebih banyak dari seharusnya, Tuan."
"Itu tidak masalah. Aku akan menganggap hal itu sebagai hadiah atas kebaikanmu. Jika kau tidak datang dan menawarkan rumah ini, aku pasti masih berada di luar."
"Aku akan mempersiapkan air hangat dan makan malammu untukmu. Kau bisa memeriksa kamar lebih dulu."
Pria itu meninggalkan Xander dengan segera.
Xander memasuki kamar, mengawasi keadaan sekeliling. Ia melepas kacamata dan topi, menyimpan kedua benda itu di meja dan dekat jendela. Kamar ini tampak sangat rapi dan terawat seolah memang dipersiapkan sebagai tempat penginapan meski ruangannya cukup sempit dan tidak banyak perabotan. Ketika membuka jendela, Xander mendapatkan pemandangan bukit, perumahan warga, dan juga laut yang sangat indah. Beralih ke jendela di bagian lain, Xander mendapati pemandangan gelapnya hutan dan laut yang tak kalah indah.
Xander masih belum yakin apakah Benny adalah warga lokal yang memang menawarkan jasa penginapan sungguhan atau justru bawahan dari Evan Krest yang siap untuk mengincarnya. Jika memang Benny adalah bawahan Evan Krest, maka ia sudah berada di tempat yang tepat. Meski begitu, ia harus sangat berhati-hati agar tidak memilih langkah yang salah. Jika bertindak gegabah, ia hanya akan menggagalkan rencana.
Xander memeriksa jam tangan, menekan sebuah tombol untuk mengirimkan pesan pada Govin.
Xander berbaring di kasur, melirik jam tangan sesekali. Ketenangan ini begitu menggodanya untuk terlelap.
Pintu diketuk dari luar. Xander bergegas bangkit.
"Tuan, air hangat dan makan malam Anda sudah siap," ujar Benny dari luar ruangan.
Xander membuka pintu. "Aku akan mandi lebih dulu. Tolong simpan makan malamku di meja.
Aku sepertinya akan langsung tertidur setelah makan malam. Kau tidak perlu membawa piring dan gelas kotor dari kamarku. Tolong jangan ganggu aku setelah ini."
"Aku mengerti, Tuan." Benny memasuki kamar, menyimpan makan malam di meja.
Xander memasuki kamar mandi, membersihkan diri secepat mungkin. Andai saja tidak berada dalam misi, semua ini akan menjadi liburan yang menyenangkan.
Xander kembali ke dalam kamar, mengunci pintu. Tidak ada benda apa pun yang berubah dari tempatnya. Ia mengamati makanan di nampan. "Aku sebaiknya beristirahat sebentar. Setelah itu, memakan makan malamku.”
Xander mengganti pakaian, mematikan lampu, berbaring di kasur, berpura-pura tertidur. Satu menit, lima menit, sepuluh menit ia tidak bergerak dari tempatnya.
Xander mendengar suara letusan kembang api di luar, disusul suara gemerisik angin di pepohonan. Ia juga merasakan jam tangannya bergetar. Xander berbaring ke samping, mengintip pesan yang tertera di layar jam.
Kasur bagian bawah yang ditiduri Xander tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Xander terjatuh dengan cukup cepat. Ia bergegas mengirim pesan melalui jam tangan. Kecurigaannya ternyata benar.
Xander mendarat di tanah dengan sempurna. Ketika menoleh ke atas, ia mendapati seseorang menutup lubang. Semuanya menjadi masuk akal sekarang. Ryder dan satu pengawal yang sama-sama menghilang kemungkinan dijatuhkan dari ketinggian ke tempat ini untuk menghindari kecurigaan. Hal itu bisa melalui kasur seperti yang terjadi padanya, tanah, bak mandi, lantai atau semacamnya.
Xander tiba-tiba berguling ke samping ketika seseorang mendadak menendangnya. Ia bergegas bangkit, bersiaga penuh. Sosok yang menyerangnya mundur ke arah kegelapan.
"Jadi kau teman dua orang itu?" tanya seseorang yang bergerak dari arah kegelapan.
"Benny," ujar Xander tanpa mengendurkan penjagaan.
Benny muncul dengan wajah dingin. "Aku harus memuji sandiwaramu yang cukup sempurna, kecuali sikapmu yang terlalu waspada. Aku tahu kau mengamati rumah dengan sangat cepat dan waspada dengan apa yang aku lakukan. Tindakan itu hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang terlatih. Seperti yang dikatakan orang-orang, melakukan sesuatu yang berlebihan tidaklah baik."
"Aku senang berada di tempat ini. Ini semua sesuai dengan rencanaku." Xander tersenyum.
"Apa maksudmu?"
"Aku memang berencana untuk tertangkap meski aku tidak mengira jika aku akan tertangkap olehmu. Awalnya aku bimbang apakah kau memang warga lokal biasa atau orang-orang yang sudah menculik kedua rekanku. Tapi semua itu berhasil terjawab ketika aku memasuki rumahmu. Kau memasang kamera pengawas tersembunyi di kamarku. Kau juga sengaja memasukkan sesuatu ke dalam makananku."
Benny balas tersenyum. "Bagaimana kau tahu kalau aku memasang kamera pengawas dan memasukkan sesuatu di makananmu?"
"Kacamata dan topiku yang memberitahuku. Mereka dilengkapi dengan teknologi canggih yang bisa menemukan perangkat elektronik tersembunyi sekecil apa pun. Selain itu, aku juga menyimpan alat perekam di beberapa dinding di rumah ini sesaat setelah aku masuk, termasuk di uang yang kuberikan padamu. Dari sanalah, aku tahu kalau kau berniat menculikku saat aku lengah."
"Aku juga harus mengatakan jika aktingmu tidak terlalu bagus, Benny. Kau mengatakan jika kau tinggal sendirian di rumah ini dan saudaramu jarang mengunjungimu, tapi aku melihat sepasang sandal perempuan yang masih baru di rak sepatumu. Saat aku melihat rekaman, aku melihat seorang wanita keluar dari rumahmu."
"Kau menaruh alat perekam saat kau menekan dinding rumah. Kau cukup pintar. Sayangnya, aku tidak bisa membiarkanmu bertindak bebas di luar sana dan mengatakan pada orang-orang mengenai hal ini."
"Jadi kau bertugas untuk menculik dan ayahmu bertugas untuk mengeksekusi."
"Kau harus segera dihabisi karena tahu terlalu banyak." Benny segera mengambil pistol dari balik saku, dengan cepat mengarahkan pada Xander.
"Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik, Darren." Seseorang muncul dari belakang Benny. "Biar aku yang menangani pria ini.”
Seorang pria tinggi berdiri di samping Benny yang nyatanya bernama asli Darren. Ia mengamati Xander dari atas hingga bawah. "Jadi, kau teman dari dua tikus itu? Mereka berdua cukup tangguh karena belum mau membuka mulut meski aku sudah menyiksa mereka. Kau akan segera menyusul mereka dan aku akan membuatmu membuka mulutmu."
Xander mengingat dengan jelas wajah pria itu yang muncul di video yang dikirimkan oleh Ryder. "Jadi kau yang sudah menculik–"
Belum sempat menyelesaikan ucapan, pria itu tiba-tiba sudah berada di depan Xander, bersiap dengan sebuah pukulan. Xander terkejut dan langsung teringat dengan Miguel saat menyergap Edward dan Theo Lennox dengan sangat cepat.
Xander menyilangkan kedua tangan untuk menahan pukulan, tetapi ia terdorong kuat hingga membentur dinding tanah. Ia beruntung karena alat pengaman dalam bajunya bekerja dengan baik hingga mengurangi kerusakan.
Meski begitu, ia merasakan tangannya kesakitan.
Xander segera berguling ke samping untuk menghindari tendangan. Ia mengambil pistol kecil dari sabuk di celananya, lalu mengarahkannya pada pria yang baru saja menyerangnya.
"Kau dan dua temanmu datang dengan penuh persiapan," ujar pria paruh baya itu sembari melemaskan tangan dan lehernya. "Pertanyaan yang sama, siapa yang sudah mengirimmu dan untuk apa kau mencari orang itu?"
"Aku mengerti sekarang. Kau adalah anak dari orang itu dan Benny maksudku Darren adalah cucu dari orang itu. Aku menebak jika wanita itu adalah saudarimu, Darren.”
Pria tinggi besar yang menyerang Xander melotot tajam. "Kau mengabaikan pertanyaanku dan itu merupakan kesalahan besar. Katakan siapa yang sudah mengirimmu?"
"Apa aku salah jika ingin bertemu dengan Evan–"
"Jawaban yang salah!”
#✌️✌️✌️
cepat² di up nya min
#makan2