NovelToon NovelToon
40 Hari Sebelum Aku Mati

40 Hari Sebelum Aku Mati

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Fantasi / Reinkarnasi / Teen School/College / Mengubah Takdir / Penyelamat
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Tiga Dara

Bagaimana rasanya jika kita tahu kapan kita akan mati?
inilah yang sedang dirasakan oleh Karina, seorang pelajar SMA yang diberikan kesempatan untuk mengubah keadaan selama 40 hari sebelum kematiannya.
Ia tak mau meninggalkan ibu dan adiknya begitu saja, maka ia bertekad akan memperbaiki hidupnya dan keluarganya. namun disaat usahanya itu, ia justru mendapati fakta-fakta yang selama ini tidak ia dan keluarganya ketahui soal masa lalu ibunya.
apa saja yang tejadi dalam 40 hari itu? yuk...kita berpetualang dalam hidup gadis ini.

hay semua.... ini adalah karya pertamaku disini, mohon dukungan dan masukan baiknya ya.

selamat membaca....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiga Dara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14. Nia Dan Putri #2

“Rin gue takut.”

Nia bersembunyi dibalik punggung Karina , menelungkupkan wajahnya ke bahu Karina yg duduk disisi ranjang. Karina tertawa nyaring menepuk-nepuk pundak Nia.

“Jadi, batal nih kenalan ama Putri?”

“Ya jangan.”

“Trus gimana mau kenalan kalau lu ngumpet gini?”

Nia merengut, memincingkan sedikit sebelah matanya, seandainya bukan karena berusaha mencari kebenaran cerita sahabatnya, Nia tentunya tak akan mau berurusan dengan hal-hal semacam ini. Berkenalan dengan hantu, tentu bukan ide yang masuk akal baginya.

“Tapi gak serem kan Rin, mukanya?”

Nia beringsut kebelakang beberapa senti, tapi tangannya masih kencang berpegangan di lengan tangan Karina.

“Enggak… Putri bukan pocong, bukan kunti. Putri itu cantik. Sama kok kaya anak-anak biasa.”

“Trus sekarang dia dimana?”

Mata Nia berkeliling keseluruh ruangan kamar Karina, memastikan Putri tidak tiba-tiba muncul mengagetkan.

“itu, duduk dimeja belajar gue.”

Jari telunjuk Karin mengacung ke arah sebuah meja di dekat sebuah jendela dengan gorden putih bunga-bunga. Putri yang sedari tadi mengamati kedua sahabat itu tersenyum ke arah mereka, hanya saja, Nia belum melihatnya. Sesuai kesepakatan Karina dan Putri pagi itu sebelum Karin berangkat sekolah, Putri tidak boleh menampakan diri sebelum Nia benar-benar siap agar tidak histeris.

“Dia lagi ngapain?”

“Ngeliatin elu hahaha.”

Karina tertawa terbahak-bahak sementara Nia merengek menggoyang goyangkan tangan Karina yang ia cengkeram dengan erat.

“Udah kalau lu gak siap gak usah aja deh. Tar lu pingsan gue yang repot.”

Karina bangkit dari duduknya, kembali menekuni tas tas kecil yang sedang ia siapkan untuk ia bawa ke Bandung malam ini. Nia menimang-nimang kembali. Disatu sisi ia ingin memastikan bahwa apa yang Karin ceritakan bukanlah halusinasi sahabatnya saja. Disisi lain, sebetulnya hati Nia jauh dari siap untuk melihat seperti apa wujud Putri jika ia memang benar-benar ada.

Nia menyerah, akhirnya ikut turun kelantai mensejajari Karina yang masih terkekeh.

“Ia deh, gue mau. Gak papa deh gue berani kok.”

“Yakin?”

Nia mengangguk, walaupun tak dapat ditutupi mukanya pucat pasi.

“Oke, lu boleh tutup mata dulu kalau lu takut. Tar pelan-pelan lu boleh buka mata kalau udah siap.”

Nia menurut. Ia menutup matanya dengan kedua telapak tangannya, dengan mengambil posisi di belakang tubuh Karina yang mengangguk memberi tanda kepada Putri, mengizinkannya untuk menampakan diri kepada Nia. Putri balas mengangguk.

“Udah tuh, udah duduk depan lu Putrinya.”

Karina menepuk bahu Nia, sementara Nia masih terpaku dengan tangan yang menutup penuh wajahnya.

Sekian detik berlalu, hingga akhirnya Nia membuka sedikit demi sedikit jari jari tangannya. Perlahan ia membuka mata hingga pandangannya tertuju pada seorang gadis kecil dengan baju terusan putih tulang dan renda renda di ujung lengan dan kerahnya. Gadis kecil yang rambutnya berpita kecil di kanan dan kirinya, tersenyum melihat Nia yang melongo nyaris tak berkedip memelototi dirinya.

“Hay kak Nia, namaku Putri. Aku adalah…”

“Wah…kamu cantik sekali, kamu Putri? Kamu beneran hantu ya? Kamu bukan tetangga Karin kan? Ah jangan-jangan kamu ngumpet ya dari tadi ya?”

Nia nerocos tanpa sadar saat melihat gadis cantik didepannya itu benar-benar nyata, bahkan ia dapat menyentuhnya. Diusapnya lengan Putri dan juga pipinya dengan gemas. Sementara Putri hanya terkekeh dibuatnya.

“Kalau kak Nia gak percaya, coba, perhatikan.”

Putri menghilang dari pandangan Nia yang terhenyak kaget. Lalu sekian detik kemudian Putri kembali hadir menampakan diri.

“Wah…iya, kamu bisa menghilang dan muncul lagi. Rin…beneran hantu ya Putri? Ih keren banget.”

Nia begitu bersemangat hingga ia bertepuk tangan sendiri, sementara Karin dan Putri tertawa geli melihat tingkah Nia yang seperti bocah mendapat mainan baru.

“Eh bentar-bentar.”

Wajah nia berubah serius. Lalu bergantian menatap Karina dan Putri.

“Jadi cerita lu soal lu ngalamin kecelakaan dan lu tiba tiba balik ke masa lalu yang mana itu adalah sekarang ini, eh gimana sih? Bener gitu kan ya? Ah bodo amat. Jadi cerita itu juga beneran?”

Karina mengangguk, lalu menghela nafas dengan berat.

“Trus soal waktu 40 hari yang lu punya itu juga bener?”

Karina dan Putri terdiam. Ia hanya menatap Nia dengan nanar. Ia tahu bahwa ini bukanlah cerita indah yang harus dibahas berkepanjangan. Namun ia juga menyadari bahwa tentunya ini akan mengusik Nia sahabatnya.

Wajah Nia seketika mendung. Ia lupa bahwa jika keberadaan Putri adalah sebuah kenyataan, artinya cerita Karina soal kematiannya mungkin juga benar-benar akan terjadi.

“Putri, emang gak ada cara ya buat nyelamatin Karin.”

Mata Nia mulai berkaca-kaca. Ia tak sanggup membayangkan jika ia harus dipisahkan oleh maut dengan sahabat yang sudah seperti saudara kandungnya sendiri. Sahabat yang juga pernah menyelamatkan hidupnya dari kehancuran saat Nia dan keluarganya mengalami kesulitan ekonomi saat usaha ayahnya bangkrut. Karina dan ibunyalah yang membantu keluarga Nia bertahan hidup hingga akhirnya ayah Nia kembali bangkit dengan bekerja sebagai buruh pabrik.

Putri meraih tangan Nia, mendengar pertanyaan itu. Lalu mengusap air mata yang akhirnya bergulir perlahan hingga ke pipinya.

“Putri gak bisa menjanjikan apapun kak, karena tugas Putri hanya mendampingi kak Karin melewati ini semua.”

Nia terisak perlahan, ditatapnya wajah Karina yang hanya bisa tertunduk berusaha untuk untuk kuat.

“Rin, apa yang bisa gue lakuin buat nyelametin elu?”

“Gue gak tau Ni. Gue juga gak ngerti akhir dari cerita gue ini bakal gimana. Saat ini yang paling penting gue harus bisa nemuin dimana bokap gue berada.”

Nia mengusap air mata dengan punggung tangannya.

“Kalau gue udah ketemu bokap, tar kita baru cari cara buat-“

Nia menghambur ke pelukan Karin sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya. Nia menangis terisak. Air matanya tumpah bersama dengan kesedihan yang tak lagi dapat ia sembunyikan. Karin hanya mampu mengusap punggungnya, berusaha menenangkan.

“Janji ya Rin, kita bakal cari cara buat nyelametin lu. Gue gak mau lu tinggalin gue dengan cara begini.”

Dengan suara parau dan terisak, Nia memohon. Dilepasnya pelukan dari Karina yang hanya bisa mengangguk mendengarnya merengek.

“Putri juga janji ya, jagain Kak Karin dan bantuin kak Karin gimanapun caranya?”

Putri menganguk tersenyum. Memang ia sendiri tak yakin bisa membantu Karina mengubah jalan cerita akhir hidupnya, namun Nia dengan tulus berjanji akan membantu Karina sebisa mungkin. Dan itu membuat Nia terlihat lebih lega.

“Udah, gak usah sedih lagi. Sekarang yang penting gue harus cari tau soal bokap gue dulu.”

Nia hanya mengangguk.

“Ya udah yuk, gue mau berangkat. Dimas udah nungguin.”

Karina beranjak dari duduknya diatas karpet lantai kamarnya. Ia harus segera ke stasiun untuk kembali ke kota Bandung, melanjutkan petualangannya mencari pak Budiman, ayahnya.

“Lu kabarin gue terus ya Rin dari Bandung.”

“Iya, pasti. Tenang aja. Lu mau balik apa masih mau disini aja? Ngobrol ama Putri?”

“Erm, gak ah. Gue balik aja. Lagian mau ngobrol apa ama Putri?”

“Ya kali aja lu pengan kenalan lebih deket ama Putri.”

Nia memalingkan wajahnya mengamati Putri yang sudah duduk manis diatas meja belajar Karina. Senyumnya khas sekali, dan Nia merasa sangat nyaman dengan senyuman itu. Seolah ia sudah sangat akrab dengan si pemilik senyuman.

“Gue kya pernah liat Putri deh, tapi dimana ya?”

“Makanya sini aja. Ngobrol ama Putri. Kali aja lu pengen liat wujud Putri yang lain.”

Karina menggoda, membuat Nia mendelik mendengarnya.

“Emang wajah lain Putri, apaan?”

“Banyak. Ada wujud ular kepala manusia, harimau kaki gajah, bisa juga jadi nenek tanpa kepala.”

“Karinaaaaa…”

Nia berlari keluar kamar dengan histeris sementara Karina dan Putri tertawa terbahak-bahak melihatnya.

***

1
Soraya
apa mungkin Pak bewok penjualan es itu budiman
Soraya
mampir thor
🔥_Akane_Uchiha-_🔥
Sangat kreatif
mamak
keren mb Dy,
Tiga Dara: hey... sapa nih??
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!