NovelToon NovelToon
Renkarnasi Letnan Wanita

Renkarnasi Letnan Wanita

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: kegelapan malam

Ketika seorang jenderal militer yang legendaris menghembuskan napas terakhirnya di medan perang, takdir membawanya ke dalam tubuh seorang wanita polos yang dikhianati. Citra sang jenderal, kini menjadi Leticia, seorang gadis yang tenggelam di kolam renang berkat rencana jahat kembarannya. Dengan ingatan yang mulai terkuak dan seorang tunangan setia di sisinya.

Pertempuran sesungguhnya dimulai, bukan dengan senjata, melainkan dengan strategi, intrik, dan perjuangan untuk memperjuangkan keadilan untuk dirinya...

apakah Citra akan berhasil?

selamat datang di karya pertamaku, kalau penasaran ikuti terus ceritanyaa...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegelapan malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

Pagi di Maladewa menyambut Max dan Leticia dengan kehangatan yang berbeda dari hari-hari sebelumnya. Bukan lagi hanya sinar matahari tropis yang membelai kulit, melainkan kehangatan yang mengalir dari hati, dari ikatan yang baru saja terjalin begitu dalam.

Setelah 'pertarungan' singkat namun membara di pagi hari yang menjadi penutup sempurna dari malam yang panjang, Leticia kini bersandar sepenuhnya pada Max di teras bungalow mereka, menikmati sarapan terakhir dengan pemandangan laut biru yang menakjubkan. Max mengamati wajah Leticia, melihat rona merah muda di pipinya dan senyum tipis yang terus menghiasi bibirnya. Ia tahu, sesuatu yang mendalam telah berubah.

Harapan akan pulihnya ingatan Leticia, yang selama ini hanya samar-samar, kini membengkak menjadi keyakinan yang hampir pasti.

"Kau sungguh baik-baik saja?" Max bertanya lagi, suaranya dipenuhi perhatian dan sedikit rasa bersalah bercampur gairah.

Jemarinya bermain lembut di sela rambut Leticia, menyingkirkan anak rambut yang menutupi dahinya. Leticia terkekeh pelan, tawa yang lepas dan alami, sesuatu yang jarang ia lakukan sebagai jenderal dingin sebelumnya.

"Aku baik-baik saja, Max. Hanya... sedikit pegal," bisiknya, menyandarkan kepalanya lebih dalam di bahu Max. "Tapi itu sepadan."

Max tertawa renyah, hatinya menghangat mendengar pengakuan jujur Leticia.

"Maafkan aku jika aku... terlalu bersemangat," ujarnya, mengecup puncak kepala Leticia. "Aku hanya... aku sangat bahagia, Tia. Aku tak pernah membayangkan kebahagiaan seperti ini."

Leticia mendongak, menatap mata Max yang dipenuhi cinta. "Aku juga, Max. Aku... juga sangat bahagia." Kalimat itu keluar tulus dari lubuk hatinya. Ia tak bisa membohongi diri sendiri lagi.

Max bukan hanya sebuah strategi, bukan hanya pelindung, dia telah menjadi sebuah perasaan yang dalam. Hati sang jenderal telah menyerah sepenuhnya pada pesona pria ini.

"Kita akan berkemas setelah ini, kan? Penerbangan kita nanti sore."

"Ya, sayang," Max mengangguk. "Aku sudah menyiapkan semua. Kau tak perlu khawatirkan apa-apa." Ia menatap sekeliling panorama Maladewa yang indah. "Aku akan merindukan tempat ini. Terutama... momen-momen yang kita lewati di sini."

"Aku juga," jawab Leticia, tatapannya menerawang ke arah lautan lepas. "Tapi, kita bisa kembali lagi kapan pun, kan?"

Max tersenyum lebar. "Tentu saja! Kapan pun kau mau. Mungkin dengan si kecil nanti." Ia mengerling, dan Leticia merasakan rona merah menjalar ke pipinya.

Pikiran tentang "si kecil" belum pernah terlintas di benaknya sebagai Citra, sang jenderal. Ini adalah bagian dari kehidupan Leticia yang harus ia jalani, dan kini, ia merasa siap.

"Max..." Leticia memanggilnya pelan, suaranya sedikit ragu. "Aku... aku janji akan berusaha mengingat semuanya. Aku janji akan menjadi istri yang terbaik untukmu."

Max terkejut. Ia memutar tubuh Leticia, menangkup wajahnya dengan kedua tangan. "Kau tidak perlu berjanji apa-apa, Tia. Kau sudah yang terbaik. Aku hanya ingin kau bahagia, dan aman. Itu saja."

"Tapi aku tahu kau mengharapkannya," Leticia bersikeras, sorot matanya serius. "Aku bisa melihatnya di matamu. Harapanmu agar aku kembali utuh." Ia menghela napas. "Aku akan melakukannya untukmu."

Mendengar itu, Max menarik Leticia ke dalam pelukannya lagi, memeluknya erat. "Terima kasih, Tia. Itu... itu sangat berarti bagiku."

Sementara kebahagiaan menyelimuti pasangan pengantin baru di Maladewa, ribuan kilometer jauhnya di Ibukota, Petricia terperangkap dalam neraka ciptaannya sendiri. Apartemennya yang biasanya rapi kini berantakan, cermin dindingnya retak, dan sisa makanan yang tak tersentuh berserakan di meja. Wajahnya pucat pasi, lingkaran hitam membayangi matanya yang cekung, dan rambutnya terlihat kusut, beberapa helainya bahkan lengket di wajahnya karena keringat dingin.

Ia menghabiskan sebagian besar waktunya di kamar, mengunci diri, menolak makan, hanya terfokus pada ponselnya yang layarnya retak, menunggu panggilan atau pesan dari "seseorang" itu.

Amarah dalang misterius itu masih terngiang-ngiang di telinganya, setiap kata ancaman seperti cambuk yang menggores jiwanya.

"Kau punya waktu tiga hari, Petricia. Tiga hari! Jika kau tidak bisa menunjukkan hasil, kau akan menyesal dilahirkan. Dan bukan hanya kau. Ingat konsekuensinya pada keluargamu, pada nama baikmu!" Suara itu, meskipun hanya rekaman di kepalanya, terdengar begitu nyata, begitu mendesak.

Petricia menjerit tertahan, melemparkan ponselnya ke kasur empuk. "Tiga hari?!" raungnya, tangannya mencengkeram kepalanya sendiri, menarik-narik rambutnya. "Apa lagi yang harus kulakukan?! Max sangat ketat! Dia seperti tembok yang tak bisa ditembus!"

Ia berdiri, berjalan mondar-mandir di kamarnya seperti binatang buas yang terperangkap. Ia menatap cermin yang retak itu, melihat pantulan dirinya yang kacau, penuh keputusasaan dan dendam.

"Leticia... Leticia sialan! Kenapa kau tidak mati saja?! Kenapa kau selalu menjadi bayangan yang mengikutiku?!" Ia memukul cermin itu lagi dengan tinjunya, retakan baru muncul di permukaannya, seperti retakan di kewarasannya sendiri.

Terdengar ketukan pelan di pintu. Nyonya Clara, dengan suara khawatir

"Petricia, sayang, kau baik-baik saja? Kau belum makan sejak pagi. Ibu khawatir."

"Aku baik-baik saja, Ma! Pergi! Aku butuh sendiri!" teriak Petricia, suaranya parau dan serak.

Ia tidak ingin ada yang melihat keadaannya yang menyedihkan ini. Ia tidak ingin siapa pun tahu seberapa jauh ia telah jatuh, seberapa putus asanya ia kini.

Setelah suara langkah kaki Nyonya Clara menjauh, Petricia kembali merosot ke lantai, lututnya menyentuh dagu, memeluk dirinya sendiri. Ia memejamkan mata, otaknya berputar gila-gilaan, mencoba memikirkan rencana. Apa pun, sesuatu yang akan menghancurkan kebahagiaan Max dan Leticia. Sesuatu yang akan membuktikan bahwa ia tidak gagal, bahwa ia masih punya nilai di mata orang itu.

"Aku butuh sesuatu yang besar," gumamnya pada diri sendiri, suaranya bergetar. "Sesuatu yang tidak bisa dihentikan oleh Max dan pengawalnya. Sesuatu yang akan membuat Leticia hancur total, lebih dari sekadar kehilangan ingatan."

Tiba-tiba, sebuah ide gila melintas di benaknya. Sebuah ide yang sangat berbahaya, tapi mungkin satu-satunya cara. Itu melibatkan risiko yang sangat tinggi, tidak hanya bagi Leticia, tapi juga bagi dirinya sendiri, bahkan bagi seluruh keluarga Anderson.

Wajahnya yang pucat tiba-tiba dihiasi seringai tipis, seringai yang lebih menakutkan dari tangisan apa pun, mengindikasikan kegilaan yang mulai merasuki. Matanya berkilat dengan kegilaan dan keputusasaan yang baru, sebuah tekad gelap yang mengerikan.

"Keluarga Anderson... akan hancur berantakan," bisiknya penuh dendam yang membara. "Dan Leticia... dia akan menyesal telah kembali, menyesal telah merebut semuanya dariku."

Ia meraih ponselnya yang retak, layar yang pecah-pecah itu seolah memantulkan jiwanya yang hancur. Dengan jari-jari gemetar, ia membuka daftar kontak, mencari nama yang selama ini ia hindari, seseorang yang memiliki akses ke hal-hal yang jauh lebih gelap, jauh lebih merusak daripada preman bayaran. Ia perlu bantuan yang jauh lebih kejam. Ini adalah langkah terakhirnya, sebuah perjudian yang akan menentukan segalanya, baik untuk Leticia maupun untuk dirinya sendiri.

Beberapa jam kemudian, Max dan Leticia tiba kembali di Ibukota. Bandara terasa sesak, namun pengawal Max sudah siaga, memastikan mereka bisa keluar dengan cepat. Begitu sampai di mobil, Max segera merangkul Leticia, seolah melindunginya dari tatapan dunia luar.

Mereka tidak langsung ke mansion, melainkan menuju apartemen mewah Max di pusat kota. Apartemen itu sangat luas, didesain minimalis modern dengan sentuhan seni kontemporer, dan menawarkan pemandangan Ibukota yang menakjubkan dari jendela-jendela besar di setiap ruangan.

Suasana di sana terasa lebih pribadi dan aman dibandingkan mansion yang sering dikunjungi banyak orang. Max memastikan semua fasilitas sudah siap, dari lemari pakaian yang terisi penuh dengan pakaian baru untuk Leticia, hingga bahan makanan segar di dapur.

"Bagaimana? Kau suka?" tanya Max yang saat ini sedang merangkul pinggang Leticia dari belakang saat mereka berdiri di balkon ruang tamu, menatap lampu kota Jakarta yang mulai menyala di kala senja, menciptakan permadani cahaya di bawah mereka.

Leticia bersandar padanya, menikmati kehangatan dan rasa aman yang Max berikan, sebuah rasa aman yang kini jauh lebih dalam daripada sebelumnya.

"Sangat suka, Max. Ini... ini sempurna. Terima kasih banyak." Ia memejamkan mata sesaat, menghirup aroma Max yang menenangkan, merasakan detak jantungnya yang stabil.

"Aku merasa... ini benar-benar rumah kita. Benar-benar tempat di mana aku bisa menjadi diriku sendiri." Sebuah kejujuran yang tulus dari lubuk hatinya, sebuah pengakuan yang mungkin tidak disadari Max seberapa besar artinya. Max tersenyum, mengecup rambut Leticia lembut.

"Rumah kita. Aku akan memastikan kau aman di sini, Tia. Aku takkan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi, takkan membiarkan bayangan masa lalu datang kepadamu lagi." Suaranya penuh janji, penuh tekad yang kuat, sebuah ikrar yang ia niatkan dengan segenap jiwanya.

"Aku tahu, Max," Leticia menoleh, menatapnya. "Aku percaya padamu."

Meskipun kebahagiaan baru ini menyelimuti Max, benaknya tak henti bekerja. Ia tahu Petricia tidak akan tinggal diam. Ia harus tetap waspada, mengumpulkan semua informasi yang diperlukan untuk mengungkap semua kebenaran di balik kecelakaan Leticia dan semua upaya jahat Petricia.

Ia akan melindungi Leticia dengan segala cara, bahkan jika itu berarti harus berhadapan langsung dengan Arka atau sosok misterius di belakangnya.

Kini, ia punya ikatan yang jauh lebih dalam dengan Leticia, sebuah motivasi yang lebih besar untuk memenangkan pertarungan ini, bukan

1
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
Ya Allah.... itu hp krang kring mulu, ganggu aja siihhh/Curse/ lama² ku banting juga lho..
Srie Handayantie
iyaa lanjutkan lah apapun yg sudah menjadi tekadmu cit, jgn pernh mundurr siapa tau kedepannya bisa menemukan dalang dibalik itu smua 🤔 aku curiga dalang nya masih disembunyikan si cepott jadi belum ketahuan🤭😂
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
ayok Tia mulai lah menjadi Mei yang suka teriak pada ketiga Bestinya... buat orang itu kesakitan dalam telinga nya
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: astaghfirullah🤣🤣
total 1 replies
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
idihhh nenek lampir/Speechless/
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
tidak ada yg kebetulan di dunia ini Citra.. dan jika itu terjadi, maka itulah takdirmu..
🦂🍃 CISUN 2 🦂🍃
Ooohhh
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
uhhh ada janji masa kecil ternyata
Srie Handayantie
berarti karna janji disaat dia kecill dulu makanya dia masuk dalam tubuh leticia dan menepatinya,
Zea Rahmat
reinkarnasi yg kebetulan km citra masuk ke tubuh keturunan nenek sophia
nurul supiati
msih gk nemu plottt twist nya gimna dan arahnya kmna
nurul supiati
ouhh karena harta yakkk... pantesan bgtu apa tuan dan nyonya Anderson menyakiti kmbaran nyonya clara
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
ini petricia mau di apa 😤
🦂🍃 CISUN 2 🦂🍃
Waah sepertina ini masih keluarga ortu leticia 🤔
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
nggak usah khawatir bukk😒, biarkan saja dia tidak makan. nanti jika lapar dia pasti akan makan, bukkkk/Speechless/
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
semalam lagi apa pak max 🗿
Srie Handayantie
nahh kan hanya saat diperlukan kau aman, stelah gagal kau dibuang bahkan jadii buronan dan hidupmu makin tidak tenang. itulah karma mu Patric 😏
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
Cerita nya semakin seru dan menarik
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°: same same yeee
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: alhamdulilah terimakasih
total 2 replies
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
alah dia jadi buburona kan akhirnya maneh di sia siakan begitu
🔵≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
mantap, Petricia akhirnya jadi buron /Joyful/, ayo semangat mencari dalang utamanya Max dan Leticia

semangat dan sehat selalu kak thor
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
rasakan!! nikmatilah hidupmu sebagai buronan Petricia.. itu baru permulaan, kita lihat sejauh mana kamu bertahan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!