Ziudith Clementine, seorang pelajar di sekolah internasional Lavante Internasional High School yang baru berusia 17 tahun meregang nyawa secara mengenaskan.
Bukan dibunuh, melainkan bunuh diri. Dia ditemukan tak bernyawa di dalam kamar asramanya.
Namun kisah Ziudith tak selesai sampai di sini.
Sebuah buku usang yang tak sengaja ditemukan Megan Alexa, teman satu kamar Ziudith berubah menjadi teror yang mengerikan dan mengungkap kenapa Ziudith memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bicara dengan mu
Dari kejauhan tempat Arkana dan Megan sedang berinteraksi, ada sepasang mata yang menatap tak suka. Kilat amarah muncul jelas di mata orang tersebut. Langkah lebarnya bertujuan agar dia bisa cepat sampai menghampiri kedua siswa Lavente yang sedang berbincang di taman.
"Megan."
Panggil lelaki yang sekarang berdiri tepat di belakang Megan. Megan menoleh ke belakang. Tidak ada reaksi apapun, bahkan sekedar tersenyum pun tidak Megan tunjukkan. Padahal yang barusan memanggil namanya tadi adalah Samuel, lelaki yang masih berstatus sebagai kekasihnya.
"Akhir-akhir ini kau sulit dihubungi, bahkan untuk membalas chat ku jarang sekali kau lakukan, Aku kira kau sibuk dengan kegiatan sekolah, ternyata kegiatan sekolah seperti ini yang membuatmu menghindari ku? Berduaan dengan kapten basket sekolah kita, begitu Megan?" Samuel menatap tak suka ke arah Arkana.
"Terserah kau mau berpikir apa tentang ku. Aku tidak peduli." Megan memandang ke arah lain. Tidak mau bertatapan dengan Samuel.
"Megan! Kau--" Samuel menunjuk muka Megan, namun ucapannya terhenti oleh Arkana yang bergerak ke samping menjadikan tubuhnya perisai untuk siswa dari kelas Swiss itu.
"Sebagai ketua OSIS, kau tentu harus menunjukkan perilaku baik terhadap siswa lain. Jika kau emosional seperti ini, bagaimana siswa lain mau menghormati mu, Sam?!"
Arkana yang bicara, dia sudah siap dengan apapun yang akan terjadi padanya. Sebagai sesama lelaki, dia lebih tahu jika jenisnya ini sedang cemburu.. Tidak hanya umpatan yang dikeluarkan tapi bisa juga hantaman atau pukulan menyasar padanya.
"Bukankah tim basket inti sedang ada latihan untuk persiapan pertandingan melawan sekolah lain minggu ini, bukannya berlatih dengan baik kau malah menggoda kekasih orang seperti ini? Apa hal ini pantas dilakukan seorang kapten basket, Damian Bright Arkana??" Tentu saja Samuel tidak mudah terintimidasi,
Lagi-lagi seperti ini. Megan jengah. "Ar, tolong tinggalkan kami. Aku perlu bicara dengannya."
"Tapi, Megan.. Dia bisa--"
Ucapan Arkana terpotong oleh tatapan mata Megan yang memberi kode agar Arkana pergi saja meninggalkan Megan dan Samuel, memang benar.. Antara Megan dan Samuel butuh waktu untuk bicara berdua. Hal itu membuat Samuel merasa menang. Dia bahkan tersenyum mengejek ke arah Arkana.
"Jika kau ke sini hanya ingin menuduh ku yang bukan-bukan, lebih baik kau pergi sekarang juga. Aku sedang tidak ingin berdebat Sam." Tegas Megan. Sorot mata Megan tak main-main, dia sedang serius saat ini.
Samuel memeluk Megan. Megan biarkan saja Samuel memeluk, tidak menghindar, tidak juga membalas. Seperti memeluk batang kayu saja rasanya.
"Apa perasaanmu padaku sudah hilang, Megan? Sebenarnya kita ini apa? Berpacaran tapi terasa jauh sekali. Aku rindu Megan ku yang dulu, yang selalu mengandalkan diriku dalam keadaan apapun.."
Samuel mengutarakan isi hatinya.
"Sayangnya aku tidak lagi bisa mengandalkan dirimu dalam keadaan apapun seperti yang kau sebutkan tadi, Sam.. Kau yang menghindar, kau yang menjauh, tapi kau juga yang bersikap seakan-akan aku yang melakukan semua itu padamu di sini. Mau mu apa sebenarnya? Jika ini tentang Arkana, kenapa dia bisa dekat denganku? Itu yang mau kau tanyakan? Kalau begitu aku akan menjawabnya agar rasa penasaran mu itu terobati."
"Dia percaya padaku, Sam. Dia percaya jika The Book itu bukan hasil imajinasi ku saja. Semua itu nyata! Dan dia percaya. Sedangkan kau.. Orang yang paling dekat dengan ku malah memilih menjauh dan menganggap diriku tidak waras. Di sini siapa yang salah, Sam? Aku, Arkana, atau keegoisan mu sendiri?"
"Berkali-kali aku katakan padamu jika yang ada di buku itu nyata. Tapi reaksi mu membuatku kecewa.. Kau memintaku mengabaikan semuanya. Apa kau pernah berpikir jika tiba-tiba saja namamu tertulis di sana sebagai salah satu target The Book yang harus dilenyapkan dari dunia? Apa kau tetap bersikap acuh dan tidak peduli, Sam?"
Sam ingin menjawab, tapi dia sendiri tidak tahu jawaban apa yang tepat untuk menyanggah semua perkataan Megan. Sayangnya, Sam memutuskan membiarkan Megan pergi tanpa dia bisa berbuat apa-apa.
.
.
.
"Kau bertengkar dengan Sammy?"
"Tidak."
"Dia cemburu padaku. Aku bisa tahu itu."
"Hubungannya dengan ku apa?"
"Apa kau benar-benar tidak peduli pada kekasih mu itu? Dia ketua OSIS di sekolah kita, jika kau lupa. Dia punya jabatan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dia tampan, dia pintar, terkenal, pandai bersosialisasi, dan yang terpenting.. Dia pacarmu! Apa kau tidak peduli dengan semua itu?"
"Orang buta juga tahu semua itu. Tujuanmu mengatakannya padaku itu apa? Jika hanya mau berbasa-basi, lebih baik aku kembali ke kelas saja. Kalian para lelaki suka sekali membuat ku emosi."
Arkana tidak habis pikir dengan wanita di sampingnya ini, jika itu wanita lain.. Pasti akan ketakutan kehilangan Samuel karena daya tarik lelaki itu Arkana akui sangatlah besar, tapi lihatlah Megan yang ada di sebelahnya.. Dia acuh setelah meninggalkan Samuel begitu saja, malah memilih menemani Arkana latihan basket di lapangan.
Bukan, bukan menemani Arkana.. Lebih tepatnya Megan ada di sana untuk membahas tentang target The Book selanjutnya.
"Aku punya ide bagus, Megan!" Arkana mengelap keringatnya dengan handuk yang diambil dari dalam tas miliknya.
Megan hanya menaikkan alis sebagai tanda ingin tahu ide apa yang Arkana ingin sampaikan.
"Bagaimana kalau kita fotocopy saja buku ini! Kita sebarkan ke seluruh sekolah. Siapapun yang nanti merasa pernah membully Ziudith pasti akan menghindari apa yang tertulis di sana tanpa kita perlu repot mencari dan meyakinkan para brengsek itu untuk menyelamatkan diri dari kematian yang sudah tertuliskan di buku ini! Bagaimana ideku bagus kan?"
Megan geleng-geleng kepala. Menatap Arkana dengan pandangan tak percaya.
"Ada apa, ide ku terlalu bagus?"
"Dengan begitu kau akan ditangkap principal dan bisa jadi dikeluarkan dari sekolah karena dianggap menyebarkan teror pada siswa Lavente. Menyebarkan isi dari buku itu bukan lah solusi atau ide bagus seperti yang kau bilang, Ar!"
Arkana nampak berpikir. "Kau benar."
"Hmm, Megan.. Kau sudah membaca buku itu sampai selesai?"
"Sudah. Ada dua puluh satu kematian yang tertulis di sana. Kenapa?"
"Apa kau sudah memastikan namamu tidak ada di antara para target the book?"
Kali ini Megan melotot ingin melayangkan pukulan untuk Arkana.
"Kenapa tidak dibalik saja pertanyaannya, untuk sekelas kapten tim basket di sekolah elite ini, pasti kau sering membuat hati para wanita patah karena penolakan yang kau lakukan. Kau yakin Ziudith bukan salah satu gadis yang kau tolak, wanita yang sakit hati bisa melakukan apapun juga, Ar. Termasuk menyimpan dendam sampai meninggal."
Arkana tertawa. Dia menyugar rambutnya ke belakang. "Megan. Aku saja tidak mengenal siapa itu Ziudith. Dan mungkin Ziudith juga bukan tipe gadis pengejar cinta seperti yang kau katakan. Dari buku itu aku bisa tahu jika Ziudith hanya gadis biasa yang punya cita-cita sederhana.. Ingin lulus dari sekolah neraka ini. Tapi sepertinya Tuhan lebih menyayanginya, cita-cita kecilnya itu tidak bisa terwujud di dunia tapi mungkin sekarang dia sedang duduk bahagia di surga tanpa harus ketakutan di bully setiap detiknya."
Megan tidak menanggapi perkataan Arkana. Dia justru memikirkan isi buku usang yang selalu dia bawa ke mana-mana. Dari dua puluh satu kisah kematian di sana, namanya atau ciri-ciri tentang dirinya tidak tertulis di sana.
"Megan."
Megan menoleh ke arah Arkana.
"Apa kau tidak ada niatan untuk mengakhiri hubungan dengan Samuel?"
Kan Megan pemeran utamanya
tadinya kami menyanjung dan mengasihaninya Krn nasib tragis yg menimpanya
tapi sekarang kami membencinya karena dendam yg membabi-buta
dikira jadi saksi kejahatan itu mudah apa?
dipikir kalo kita mengadukan ke pihak berwajib juga akan bisa 'menolong' sang korban sebagaimana mestinya?
disangka kalo kita jadi saksi gak akan kena beban moral dari sonosini?
huhhhh dasar iblissss, emang udh tabiatnya berbuat sesaddddd lagi menyesadkannn😤😤😤
karna kmn pun kamu pergi, dia selalu mengikutimu
bae² kena royalti ntar🚴🏻♀️🚴🏻♀️🚴🏻♀️
Megan tidak pernah jahat kepada ziudith,tapi kenapa Megan selalu di buru oleh Ziudith???!
Apakah Megan bakal kecelakaan,smoga enggak ah.. Jangan sampe
mau diem, diteror terus.. mau nolong, ehh malah lebih horor lagi juga🤦🏻♀️