NovelToon NovelToon
Saat Aku Mampu Berkata Tidak

Saat Aku Mampu Berkata Tidak

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Matabatin / Single Mom / Obsesi / Mengubah Takdir / Mengubah sejarah
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Enigma Pena

Impian memiliki rumah tangga harmonis ternyata harus berakhir di usia pernikahan yang ke 24 tahun. Handi sosok suami yang di harapkan bisa melindungi dan membahagiakannya, ternyata malah ikut menyakiti mental dan menghabiskan semua harta mereka sampai tak tersisa. Sampai pada akhirnya semua rahasia terungkap di hadapan keluarga besar ayah dan ibu Erina juga kedua anak mereka yang beranjak dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Enigma Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ayo kita pergi

"Mas...! Mas...! Kenapa ini!" aku berteriak panik di depan pintu kamar

Mas Handi berlari menaiki tangga ke lantai atas

"Mas, ada maling masuk! Kamar kita berantakan. Baju-baju pada di lantai semua!"

Aku segera mengecek jendela. Tidak ada yang rusak. Aku segera keluar kamar untuk mengecek pintu kamar mba Maya, juga gak ada apa-apa. Pintu kamarnya terkunci rapat. Mas Handi cuma tersenyum melihat kepanikanku sambil berdiri di luar pintu kamar.

Baru saja kami kembali ke rumah ini, tiba-tiba di kejutkan dengan kejadian yang di luar dugaan. Tampaknya semua orang sedang pergi. Tak ada suara terdengar dari lantai bawah.

"Tenang... Gak ada apa-apa Er, gak ada maling masuk kok. Aman...Jangan panik gitu" jawabnya dengan santai

"Gak ada apa-apa gimana mas. Itu baju pada keluar semua. Gimana gak panik. Bapak, ibu, mba Maya, pada kemana semua. Pada tau gak ada orang masuk ke dalam."

"Ini bukan maling Erina...Ini kerjaannya mba Maya."

"Mba Maya?" tanyaku sambil terduduk lemas di lantai kamar. "Masa sih mas? Emang mba Maya kenapa kok sampai kayak begini? Mas ada masalah apa sama mba Maya? Astaga...udah pada tua kelakuannya kayak bocah. Ngamuk gak karuan gini," Ku kumpulkan baju yang berserakan di lantai dan melipatnya satu persatu sambil melihat sekeliling kamar.

"Tv! Tv di sini ke mana mas, kok gak ada," aku menunjuk ke arah dinding sebelah pintu kamar

"Ya itu. Yang di ambil mba mu ya tv yang di sana,"

"HUH, seenaknya dia ngomong mba mu! Siapa juga yang mau punya kakak kayak begitu. Tukang ngambek plus jutek. Pantesan aja gini hari belum nikah. Kelakuannya aja kayak gitu. Siapa yang tahan"

"Di ambil mba Maya juga? Gimana caranya, dia naik ke kursi? Itu kan lumayan tinggi mas. Memangnya tv itu bukan punya mas?" banyak pertanyaan yang aku keluarkan

"Bukan, itu punya bapak. Bapak kasih buat mba Maya, tapi mba Maya gak mau. Takut gak bisa tidur katanya."

"Memang mba Maya kalau ngambek kayak gini mas. Buang barang orang yang ribut sama dia? Ini yang di tuju tv, kok malah baju orang lain di awur-awur gini. Sempat-sempatnya pakai buka lemari." aku masih menggerutu.

"Iya Er. Dulu waktu mas Yoga baru nikah juga sama. Lebih parah malahan. Mba Maya afa masalah sama mas Yoga, mba Lita yang kena sasaran. Baju-baju mereka malah di buang ke halaman belakang rumah bapak yang lama di Jakarta dulu. Kotor kena tanah juga karena habis hujan," jelas mas Handi sambil menaruh baju di dalam lemari.

"Mas kenapa gak pernah cerita sama aku. Soal mba Maya juga soal Dito,"

"Kalau mas cerita soal keluarga mas, nanti kamu gak mau nikah sama mas,"

Astaga...kenapa aku merasa di jebak. Dia menyembunyikan keburukan sifat keluarganya, sedangkan aku selalu di tanya dan di paksa menjawab soal kekurangan keluargaku. Lagi lagi aku terdiam karena perkataannya itu benar. Gak akan aku mau menerima lamarannya jika aku tau bagaimana sifat asli keluarganya

"Kita pindah ke rumah mamah mas. Aku gak bisa kalau kayak gini,"

"Jangan Er, nanti apa kata ibu sama bapak."

"Aku gak perduli apa kata ibu dan bapak. Aku butuh ketenangan juga hidup nyaman," jawabku

"Nanti juga mba Maya baik lagi. Dia gak bakal kuat lama kalau marah Er," bujuknya

"Gak. Aku tetap mau balik ke rumah mamah," pintaku mulai bernada tegas. "Kalau kamu gak mau, aku sendiri yang ke sana dan kamu tetap di sini."

"Ya gak bisa gitu dong Erina... Kita kan suami istri, baru menikah pula. Gimana jadinya suami istri hidup terpisah. Jangan ngaco deh kamu," intonasi mas Handi mulai meninggi

"Ya terus kamu mau kita tetap di sini. Di sindir mba dan ibu mu. Aku udah coba tahan sabar mas, tapi aku gak kuat. Dari mulai kita mudik kemarin, sampai detik ini aku udah coba sabar," aku mulai menangis. Emosiku tak dapat aku tahan lagi

"Oke Er, oke... Maafin mas ya," mas Handi menggenggam tanganku. "Nanti mas bicarakan ini ke bapak dan ibu. Mas bakal minta izin buat pindah dari sini. Tunggu mereka pulang ya... Kayaknya mereka lagi pada ke rumah mas Yoga. Palingan sebentar lagi pulang." bujuk mas Handi sambil memeluk bahuku

Aku mengangguk, terisak menahan tangis agar tidak berlarut.

1
Bông xinh
Gak bisa berhenti!
iza
Aku merasa terhubung dengan setiap adegannya.
Suzy❤️Koko
Keren! Bagus banget ceritanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!