Kejadian yang tidak terduga, seorang agen rahasia yang baru menyelesaikan misi nya.
Namun dia dijebak oleh rekannya sendiri yang memang ingin menyingkirkan dirinya. Sehingga dia harus tidur bersama seorang pria asing.
Olivia namanya, sebagai agen rahasia yang selalu sukses dalam menjalankan misinya. Namun hal itu menimbulkan kecemburuan pada rekannya sendiri.
Sehingga Olivia harus melahirkan tiga anak kembar yang super jenius. Dan mereka pun mengasingkan diri di sebuah desa. Delapan tahun kemudian, mereka kembali ke kota.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi semata. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Seluruh cerita di dalamnya hanya imajinasi penulisnya semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
Setelah selesai berkemas, mereka kembali ke mobil untuk menyimpan barang-barang mereka di mobil.
"Awas...!" Dewa memekik lalu dengan cepat menangkap dua anaknya. Lalu berguling ke lantai di parkiran mobil.
Sementara Olivia melindungi Arden dan membawanya berlindung. Karena tiba-tiba peluru melesat ke arah mereka.
"Kalian tidak apa-apa?" tanya Dewa. Olivia dan ketiga anaknya menggeleng.
"Sepertinya mereka menargetkan aku," kata Olivia.
"Sebenarnya ada apa Ma?" tanya Arden.
"Nanti Mama akan menceritakan semuanya agar kalian bisa waspada kedepannya," jawab Olivia.
Kemudian mobil yang mengikuti mereka dan melepaskan tembakan segera pergi dari situ. Senjata yang mereka gunakan tidak menimbulkan suara keras.
Jika orang biasa pasti tidak akan menyadarinya. Namun, Dewa yang peka pun menyadari peluru datang ke arah mereka.
"Sepertinya kalian tidak aman. Lebih baik kalian tinggal saja di rumah ku," kata Dewa.
"Tapi kami ...."
"Jangan pikirkan yang lain dulu, tapi pikirkan keselamatan anak-anak yang tidak mengerti apa-apa," potong Dewa.
Dewa menoleh ke arah tembok yang retak bekas peluru. Andai saja mereka tidak menghindar, mungkin salah satu dari mereka sudah tertembak.
Beruntung Mia tidak berada di dekat mereka. Jika tidak, mungkin Mia akan pingsan karena kaget.
"Kita makan dulu, nanti baru bicarakan lagi masalah ini," kata Dewa.
Olivia pun mengangguk. Mereka pun akhirnya ke restoran hotel. Ternyata di sana sudah ada Mia, Adelia, Robinson, pak kepala sekolah dan Bu Ana.
"Maaf kami terlambat," kata Olivia. Mereka tidak menceritakan tentang kejadian tadi kepada Mia dan yang lainnya.
Baru saja mereka duduk, pesanan mereka pun datang. Karena Adelia sudah memesan sebelum mereka datang.
Dewa pamit ke toilet, padahal dia menghubungi seseorang. Dewa tidak ingin mereka curiga dengan yang baru saja terjadi.
"Halo Tuan." Josua langsung menjawab panggilan telepon saat panggilan terhubung.
"Selidiki orang yang mengikuti kami." Dewa pun menyebutkan plat nomor kendaraan tersebut. "Aku ingin informasinya secepatnya," tambah Dewa.
"Siap Tuan!"
Dewa pun menutup teleponnya secara sepihak. Kemudian kembali ke tempat mereka makan.
"Kok belum makan?" tanya Dewa saat melihat ketiga putranya belum menyentuh makanan.
"Nungguin papa," jawab mereka bersamaan.
Dewa tersenyum, ia merasa tersentuh lalu mengelus kepala putranya satu persatu. Setelah Dewa duduk barulah mereka makan.
Adelia dan Robinson saling pandang kemudian bertukar senyum. Mereka sangat bahagia karena sudah mendapatkan cucu.
Bukan hanya satu, melainkan tiga sekaligus. Mereka tidak ada garis keturunan kembar. Namun, mungkin inilah yang dinamakan takdir.
"Olivia, apa keturunan mu ada yang kembar?" tanya Robinson.
"Aku tidak tahu Om, aku juga besar di panti asuhan. Bahkan orang tuaku pun aku tidak kenal," jawab Olivia.
Ponsel Dewa berbunyi pertanda pesan masuk. Dewa langsung membukanya dan membacanya.
"Siapa?" tanya Adelia saat melihat Dewa membaca pesannya.
"Josua," jawab Dewa singkat.
Mendengar jawaban Dewa, Adelia menebak pasti masalah pekerjaan. Adelia tidak menanggapinya lagi.
Dewa kembali menelepon Josua. "Josua, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan?"
"Siap Tuan, saya mengerti."
Dewa menutup teleponnya. Kemudian kembali berkumpul dengan Olivia dan triple A.
"Kita tunda dulu jalan-jalannya. Sebaiknya kembali dulu ke rumah," kata Dewa.
"Tapi aku ada sesuatu yang ingin diambil di rumah," kata Olivia.
Akhirnya Dewa pun menurut saja mengantar Olivia untuk mengambil barang yang di maksud. Sedangkan triple A ikut bersama Oma dan Opa nya.
"Mama hati-hati," kata Arden.
"Kalian jangan khawatir, Mama bisa jaga diri. Lagipula ada papa kalian bersama Mama," ujar Olivia.
Dewa hanya tersenyum. Dia merasa senang karena Olivia berkata seperti itu. Karena secara tidak langsung Olivia sudah mengakui dirinya sebagai ayah dari anak-anaknya.
Adelia dan Robinson bersama Mia dan triple A pun masuk ke dalam mobil dan segera pergi dari situ.
"Yuk!" Dewa membukakan pintu mobil untuk Olivia.
"Terima kasih," ucap Olivia lalu masuk ke dalam mobil.
Dewa ikut masuk dan menghidupkan mesin mobil lalu pergi dari hotel tersebut. Dewa menoleh ke Olivia. Namun Olivia hanya fokus melihat ke depan.
"Aku meminta seseorang untuk mencaritahu tentang mobil yang mengikuti kita," kata Dewa membuka pembicaraan.
"Tidak perlu, aku bisa menebak pasti itu suruhan Luna," kata Olivia.
"Kenapa dia mengincar mu?"
"Karena iri," jawab Olivia singkat.
Tidak mungkin dia mengatakan jika dirinya adalah mantan agen rahasia. Bahkan berlian yang dicurinya pun masih disimpan oleh Olivia di tempat yang aman.
"Kamu bisa membantuku untuk menjaga anak-anak?" tanya Olivia.
"Tentu. Mereka juga anak-anak ku, aku juga tidak ingin terjadi sesuatu kepada mereka. Nanti jika mereka sudah sekolah, aku akan kirim pengawal untuk mereka," jawab Dewa.
Olivia menoleh ke Dewa. Dewa juga menoleh. Keduanya pun saling bertatapan berapa saat. Kemudian Dewa kembali fokus memandang ke depan.
Akhirnya mereka pun tiba di rumah Olivia. Terlihat rumah Olivia sudah bersih dan rapi. Para pelayan yang bekerja membereskan rumah Olivia pun sudah pulang.
Olivia mengajak Dewa masuk. Olivia yakin jika Dewa tidak akan berkhianat kepadanya. Olivia dan Dewa pun masuk ke dalam sebuah ruangan.
Terlihat tidak ada yang istimewa dari ruangan itu. Namun saat Olivia membuka sebuah lukisan, ada tombol dibalik lukisan tersebut.
Olivia pun menekan tombol tersebut lalu sebuah pintu pun terbuka dan tangga pun terlihat.
"Kamu punya ruangan rahasia?" tanya Dewa.
"Ya, nanti kamu akan tahu isinya," jawab Olivia.
Olivia dan Dewa menuruni anak tangga. Lampu di lorong itu menyala dengan sendirinya menerangi tempat itu.
Tiba di sebuah ruangan lagi, Dewa cukup tertegun melihat senjata yang ada di situ. Bahkan senjata laras panjang khusus untuk sniper pun ada.
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Dewa.
"Sepertinya aku tidak perlu menjawab. Kamu bisa menebak dengan sendirinya," kata Olivia.
Olivia mengambil beberapa senjata yang nantinya akan dibutuhkan olehnya. Mengingat musuhnya sudah mulai bertindak.
"Yuk!" Olivia mengajak Dewa untuk keluar dari situ. Namun mata Dewa tertuju pada satu kotak yang menarik perhatiannya.
"Kotak itu." Dewa menunjuk ke kotak yang tersimpan di lemari kaca.
"Oh itu bukan apa-apa," kata Olivia.
Dewa tahu jika kotak itu adalah kotak berlian yang dicuri oleh seorang agen rahasia. Dugaan Dewa semakin kuat jika Olivia adalah teratai putih.
"Kamu teratai putih?" tanya Dewa.
"Tidak penting. Ayo, kita harus segera pergi dari sini," kata Olivia tanpa menjawab pertanyaan Dewa.
Dewa pun menurut saja. Kemudian mereka pun keluar dari ruangan itu. Setelah mereka keluar, pintu ruangan itu tertutup secara otomatis.
Dewa membantu Olivia membawa senjatanya. Karena salah satu senjata berada di dalam kotak khusus.
Nanti saat ingin digunakan, baru senjata itu dipasang kembali. Untuk keadaan darurat, Olivia hanya menggunakan pistol dan senjata lainnya yang bisa digunakan untuk melarikan diri dalam keadaan terdesak.